Prolog
.
.
Dunia Digital telah berkembang dengan pesat. Kini makhluk-makhluk berbentuk data bernama Digimon itu tak lagi hidup bergantung dengan Manusia. Mereka bisa menjaga diri mereka masing-masing bila ada ancaman yang menghadang. Sebut saja Royal Knight yang menjaga keamanan dunia digital, ataupun berberapa kelompok lain yang saling bahu membahu demi menengakan keadilan dan kedamaian yang ada.
Namun semua itu berbuah dalam waktu sekejap. Sebuah kelompok misterius yang mengaku bernama Tartaros melakukan penyerangan besar-besaran keseluruh penjuru Dunia Digital. Semuanya hancur total, tak ada desa maupun kota yang luput dari serangan Tartaros. Bahkan Royal Knight yang terkenal dengan kekuatan tempurnya terpaksa bertekuk lutut dihadapan Tartaros.
Eternal City yang merupakan simbol sekaligus pusat Dunia digital, kini telah menjadi lautan api. Gedung-gedung yang dulunya berdiri megah membelah langit kini telah menjadi puing-puing tak berbekas. Kobaran api terdapat di setiap sudut kota. Asap hitam menyelimuti Eternal City yang kini hanya menunggu hitungan waktu sebelum benar-benar hancur. Para penduduk sipil mapun pasukan keamanan Dunia digital berjatuhan di jalanan. Tubuh para digimon itu terdistorsi menjadi pecahan data—menandakan bahwa mereka telah tiada. Bahkan dari salah satu sudut kota terlihat sosok Omegamon yang tergelatak begitu saja. Tubuh besar digimon itu perlahan terdistorsi menjadi pecahan data. Salah satu digimon terkuat dalam jajaran Royal Knight itupun tumbang.
Red Palace yang merupakan simbol kekuatan Dunia Digital itupun tak jauh berbeda keadaanya dengan Eternal City yang mengelilinnya. Bangunan yang terletak di pusat kota—diatas sebuah bukit, kini telah bermertamofosa menjadi reruntuhan istana yang sering ditemui di Mesir.
Boom!
Ledakan besar terjadi di salah satu bangunan istana yang masih dikatakan sedikit utuh. Kegelapan yang diakibatkan oleh ledakan kini membuat daerah sekitarnya juga diselimuti kepulan asap hitam.
Diantara kepulan asap itu terlihat dua sosok yang saling berdiri berhadapan. Salah seorang dari kedua sosok itu adalah seekor digimon berwarna merah dengan headphone hijau yang selalu setia terpasang di kedua telinganya. Sedangkan yang satunya adalah sosok yang belum diketahui apakah dia juga digimon atau bukan. Sosok itu mengenakan jubah hitam dengan simbol tengkorak di punggung jubahnya. Sosok itu juga memakai sebuah topeng berwarna merah polos.
Digimon merah itu terlihat sangat kelelahan. Nafasnya sudah tak lagi beraturan. Banyak luka memar dan gores memenuhi tubuh digimon tersebut. Untuk berdiri saja ia harus berpegangan dengan Mic besar kebangaanya. Bahkan syal kuning kebangaanya telah hilang entah kemana. Berbeda dengan sosok berjubah di seberangnya masih menunjukan kondisi segar bugar.
"Bagaimana? Apa kau sudah menyerah?"
Sosok bertopeng merah itu bertanya dengan nada mengejek—memandang angkuh lawannya yang kini sudah tak berdaya. Sedang sosok digimon merah itu hanya menatapnya dengan tajam.
"Tidak perlu menatapku seperti itu". Ucap sosok bertopeng merah. "Menyerah dan bergabunglah dengan Tartaros. Maka aku akan mengampunimu atau mungkin saja akan menghidupkan kembali teman-tamanmu yang sudah mati bagai seekor kecoak yang menyedihkan".
Digimon merah itu menggeram kesal mendengar lawannya itu mengejek rekan-rekannya yang telah berjuang mempertaruhkan nyawa mereka. Dia menggertakkan giginya menandakan dirinya sedang menahan marah.
"Ouch Kawai~~". Ucapnya dengan nada mengejek. "Apakah kau mulai marah ketika aku menghina teman-temanmu. Raja yang Agung Shoutmon-sama?"
"Diamlah kau bajingan!"
Shoutmon melesat ke arah lawan di seberangnya. Dia mengarahkan tinjunya ke arah topeng yang digunakannya untuk menutupi identitas aslinya. Namun serangan seperti itu dapat dengan mudah diantisipasi hanya dengan satu jarinya. Sosok itupun langsung menarik keras tangan Shoutmon dan membanting tubuh digimon merah itu ke lantai.
"Ayolah Raja" ucap sosok tersebut. "Kemampuanmu tak hanya sebatas ini saja bukan? mana sosok Shoutmon-sama yang dulu pernah menyelamatkan dunia digital dan kini disebut sebagai Raja terkuat yang dapat mempersatukan dunia digital? Apakah karena tak ada keberadaan partner manusiamu itu kini kau hanya menjadi sosok yang menyedihkan?".
Sosok itu tertawa dengan keras melihat Shoutmon tak bisa berkutik di hadapannya. Bahkan sosok itu kini tengah berjalan menuju lubang menganga yang ada di dinding—menampilkan keadaan kota yang kacau balau. Sosok itu mengakat tangannya ke atas seolah dia adalah Dewa yang bisa melakukan apapun sesukannya. Shoutmon yang kini sedang berusaha memngumpulkan energi untuk kembali bangkit menatap kesal lawannya tersebut.
"Kau lihat itu Shoutmon" ucap sosok itu yang masih memandang nikmat pemandagan neraka di depannya. Seakan itu adalah sebuah karya seni yang indah.
"Semua yang telah kalian bangun kini telah kuhancurkan hanya dalam waktu sekejap. Harapan, idialis, cinta semua itu telah kuhancurkan berkeping-keping …. Seandainya sejak awal kalian tak menerima keberadaan manusia dan mau bekerja sama dengan kegelapan. Maka tak akan berakhir menyedihkan seperti ini".
Shoutmon menggeram kesal. Ia sudah muak mendengar segala omong kosong sosok yang sudah seenaknya menghancurkan dunia tempat dimana mereka tinggal.
"Jangan bercanda!" jerit Shoutmon yang sudah dipenuhi emosi. "Menyerahkan diri pada kegelapan sama saja kau menghancurkan dirimu sendiri! Kami para Digimon tak akan mudah menyerah begitu saja terhadap kalian. Para Tartaros!"
Sosok bertopeng itu kini membalikan badannya. menatap Shoutmon seakan digimon itu adalah serangga penggangu yang merusak pemandangan—walau tatapan itu tersembunyi dibalik topengnya.
"Terus kau mau apa? Berdoa agar Taiki yang tercinta datang menolongmu? Seperti ketika ia pertama kali datang ke dunia ini? atau kau ingin berharap agar para Digidestined lain datang dan membantu kalian semua ? … apa kalian tak tahu bahwa masa depan kalian telah berakhir?!"
Emosi Shoutmon tak lagi bisa terbendung. Angin berhembus kencang di sekitar dirinya. Perlahan-lahan tubuhnya diselimuti cahanya emas yang menyilaukan. Merubah sosok itu menjadi Omega Shoutmon—evolusi Shoutmon tingkat Ultimate.
"Kelihatannya kau sudah mulai serius".
Omega Shoutmon tak menghiraukan ucapan sosok bertopeng merah tersebut. Dia tengah memfokuskan jurus akan ia kerahkan untuk menghabisi musuh dihadapannya itu.
Sosok berjubah itu mengangkat tangannya kanannya tinggi-tinggi. Sebuah cahaya hijau dengan berberapa percikan listrik tercipta disekitarnya. Tak hanya itu saja berberapa puing yang berada tak jauh dari sosok tersebut terangkat ke atas. Shoutmon dapat merasakan bahwa lawannya itu tengah mengaktifkan sebuah jurus yang pastinya memiliki dampak resiko yang cukup besar bila terkena jurus itu.
"Ha ha ha …. Mari kita akhiri permainan ini Kaisar Dunia Digital!"
Cahaya hijau yang berada di tangannya itu melesat ke langit bagai sebuah misil yang siap meghancurkan. Tiba-tiba langit hitam berputar di atas sosok itu. Suara menggelegar yang dapat merusak gendang telinga terdengar saling bersahutan. Omega Shoutmon mendongakan kepalannya dan menatap takjub apa yang kini dilihatnya. Sesosok naga biru diselimuti kelitan petir sewarna dengan tubuhnya muncul ditengah-tengah pusaran awan itu—meliuk-liuk bagai seekor ular.
"Aku tak menyangka sampai harus menggunakan ini untuk menghadapimu Omega Shoutmon". Ucap sosok itu yang masih mengakat tangan kanannya ke atas. "Yah anggap saja ini adalah hadiah sebelum kau bertemu dengan partner manusiamu di alam sana!"
Makhluk biru itu semakin memekikkan suara yang menyiksa telinga. Bahkan bumi sampai bergetar saking dahsyatnya ruangan keras naga tersebut. Omega Shoutmon berusaha mempertahankan posisinya dari gempa yang terjadi. Netra biru nan tajam itu masih tetap fokus pada apa yang akan dilakukan sosok betopeng merah tersebut.
"Matilah kau Omega Shoutmon!"
"Aku tak akan mati semudah itu!"
Sosok itu menurunkan tangan kenannya dengan cepat. Sedetik itu juga naga biru yang berada di atas langit langsung menerjang ke arah Shoutmon . begitupula dengan digimon berlapis emas itu tengah melancarkan Omega The fusion—melesat bagai kilat berwarna kuning, menerjang langsung naga biru di hadapannya.
Seketika suara dentuman diikuti ledakan dahsyat terjadi begitu kedua serangan itu saling bertemu. Kini seluruh bagian kastil hancur total. Tak hanya itu saja bukit tempat berpijaknya kastil serta kota Eternal di bawahnya juga iku hancur begitu ledakan itu terjadi. Sebuah hempasan angin mengarah ke seluruh penjuru mata angin. Menandakan sebuah pertarungan besar sedang terjadi.
