Sisi Gelap

Murid Baru

By Enji86

"Sepertinya tidak ada siapa-siapa di sini" bisik Shiho pada Shinichi. Mereka berdua berjalan dengan waspada sambil sedikit menunduk di balik tumpukan kotak-kotak kayu dalam sebuah bangunan tua bekas pabrik yang merupakan bagian dari markas besar organisasi hitam.

"Sepertinya begitu. Sebenarnya kemana mereka berdua pergi?" bisik Shinichi khawatir.

"Jangan-jangan... mereka sudah mati..." bisik Shiho tercekat.

"Aku pikir tidak, FBI memberi kita bagian ruangan yang paling tidak berbahaya dari semua ruangan yang ada di markas besar ini untuk diselidiki yaitu ruangan yang kemungkinan besar tidak dijaga anggota organisasi. Aku bisa membayangkan mereka bertengkar sepanjang jalan sehingga tersesat" bisik Shinichi.

"Seharusnya aku tadi pergi dengan Hattori dan kau dengan pemuda pirang itu, siapa tadi namanya?" bisik Shiho.

"Namanya Hakuba, Saguru Hakuba. Aku tidak bisa membiarkanmu pergi dengan Hattori karena aku adalah pelindungmu jadi kau harus pergi denganku, kau mengerti?" bisik Shinichi kesal.

"Bahkan di saat seperti ini, kau masih bersikap kekanak-kanakan" bisik Shiho sinis.

"Aku tidak kekanak-kanakan..." ucap Shinichi.

DOR!

"Suara itu!" seru Shinichi dan Shiho.

Mereka berdua segera berlari ke arah suara tembakan dan menemukan Saguru jatuh berlutut memegangi perutnya. Orang yang menembaknya mengenakan baju serba hitam menodongkan pistol ke kepalanya. Kehadiran Shinichi dan Shiho membuat Saguru dan orang yang menembaknya menoleh. Orang berbaju hitam itu reflek menodongkan pistolnya ke arah Shinichi dan Shiho tapi Shiho lebih cepat darinya. Shiho menembak orang itu tepat di kepalanya sehingga orang itu langsung jatuh dan tidak bergerak lagi.

Shiho segera berlari menghampiri Saguru yang terluka dan meninggalkan Shinichi yang membatu di dekat tumpukan kotak akibat kejadian barusan.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Shiho pada Saguru yang juga membatu akibat kejadian itu.

Tiba-tiba terdengar suara klik di belakang Shiho. Dia langsung berbalik dan melindungi Saguru di balik punggungnya. Tapi belum sempat orang itu menembak, dia sudah jatuh dengan luka tembak di kepalanya.

"Kau hebat juga, detektif" ucap Shiho sambil menyeringai ke arah Shinichi yang kelihatannya masih terkejut dengan aksinya barusan.

"Eh? Ah? Ka-kalian baik-baik saja?" tanya Shinichi terbata-bata.

"Aku baik-baik saja tapi kita harus segera membawa Hakuba ke rumah sakit..." ucap Shiho sambil menyandarkan Saguru ke salah satu kotak kayu di dekat situ.

Pistol jatuh dari tangan Shinichi dan dia jatuh berlutut. Shiho yang mendengar bunyi pistol terjatuh menoleh ke arah Shinichi dan melihat Shinichi yang berlutut gemetaran.

"Sebentar ya" ucap Shiho kepada Saguru kemudian bergegas menghampiri Shinichi dan memegang bahunya.

"A-aku membunuh orang" ucap Shinichi gemetar.

"Kalau kau tidak membunuhnya, dia akan membunuhku" ucap Shiho lembut.

"Tapi pasti ada cara lain..." ucap Shinichi.

Shiho memegang kepala Shinichi agar menghadap ke wajahnya dan menatap matanya.

"Tidak ada cara lain, Kudo. Kita ada di daerah musuh. Kalau kita tidak membunuh mereka, kita yang akan terbunuh. Kau mengerti kan?" ucap Shiho serius.

Mereka berdua bertatapan selama beberapa saat.

"Kau benar" ucap Shinichi akhirnya.

Shiho melepaskan tangannya dari kepala Shinichi dan memungut pistol Shinichi.

"Kalau kau sudah mengerti, ambil senjatamu dan tetap waspada. Kita harus keluar dari sini dan membawa Hakuba ke rumah sakit" ucap Shiho sambil menjejalkan pistol yang dipungutnya ke tangan Shinichi.

"Apa yang terjadi? Aku mendengar suara tembakan..." tanya Heiji yang tiba-tiba muncul dari balik kotak-kotak kayu.

"Kemana saja kau, Hattori? Kenapa kau meninggalkan Hakuba sendiri?" tanya Shiho dengan pandangan membunuh.

"Err. Itu..." ucap Heiji.

"Kalian baik-baik saja" tanya Bu Jodi yang tiba-tiba muncul.

"Kami baik-baik saja tapi Hakuba tertembak" jawab Shiho.

"Kita harus segera membawanya ke rumah sakit. Aku akan menghubungi rekanku. Siapa yang menembak orang-orang ini?" tanya Bu Jodi sambil menunjuk dua mayat pria berbaju hitam yang tergeletak di lantai.

"Aku yang melakukannya" ucap Shiho.

"Eh?" gumam Shinichi sambil menatap Shiho. Shiho hanya mengerlingnya.

"Hmm, begitu" gumam Bu Jodi.

"Wow! Kau memang lain, Miyano" ucap Heiji sambil tersenyum.

"Bersyukurlah kau tidak jadi korban selanjutnya karena melalaikan tugasmu, Hattori" ucap Shiho dingin.

Senyum langsung lenyap dari wajah Heiji dan dia menelan ludah dengan susah payah.

Beberapa saat kemudian, muncul seorang anggota FBI yang kemudian membopong Saguru.

"Miyano, lebih baik kau menemani Hakuba keluar dari sini bersama rekanku karena kau bisa menembak dengan baik jadi kau pasti bisa melindungi mereka" ucap Bu Jodi kemudian menoleh ke Heiji dan Shinichi. "Kalian berdua ikut aku ke tempat pertemuan"

"Baik" ucap Shiho, Shinichi dan Heiji bersamaan.

"Kenapa kau bilang kau yang menembak mereka semua?" bisik Shinichi sebelum mereka berpisah.

"Jangan memikirkan hal-hal remeh seperti ini dan jangan bicara macam-macam, Kudo. Aku pergi dulu" ucap Shiho bergegas pergi.

XXX

Shiho duduk di jok belakang sedan bersama Saguru yang menyandarkan kepalanya ke jendela mobil sedangkan agen FBI yang membopongnya duduk di kursi pengemudi untuk mengantarkan mereka ke rumah sakit. Kotak P3K sudah ada di tangannya.

"Aku akan menolongmu" ucap Shiho.

Saguru hanya mengangguk. Shiho mulai sibuk mengeluarkan barang-barang dari kotak P3K, memeriksa luka Saguru, membersihkan lukanya dan menutupnya dengan perban agar pendarahannya berhenti. Saguru terlihat sangat lemah karena kehilangan banyak darah.

"Bagaimana perasaanmu?" tanya Shiho.

"Baik... Bisakah... kau... menolongku... sekali... lagi?" tanya Saguru.

"Tentu" jawab Shiho.

"Itu... aku... merasa... tidak... nyaman..." ucap Saguru gugup.

"Hmm?" gumam Shiho bingung.

Saguru hanya menatapnya tanpa bisa berkata-kata.

"Oh begitu" ucap Shiho setelah bertatapan dengan Saguru selama beberapa saat. Kemudian dia melingkarkan lengannya ke bahu Saguru dan menyandarkan kepala Saguru ke bahunya dengan tangan yang satunya.

"Lebih baik sekarang?" tanya Shiho.

"Ya... terima... kasih..." ucap Saguru.

Walaupun kalian suka bersikap seperti orang dewasa, sangat percaya diri bahkan sombong, ternyata kalian masih anak-anak, huh, detektif? gumam Shiho pada dirinya sendiri.

XXX

"Bagaimana kondisi Hakuba?" tanya Shinichi ketika dia dan Heiji bertemu Shiho di rumah sakit.

"Dia sudah dioperasi dan sekarang sedang tidur. Pengasuhnya sudah datang dan menungguinya" jawab Shiho.

"Pengasuh?" tanya Shinichi dan Heiji bersamaan.

"Ya, pelayan yang mengurusnya sejak kecil" jawab Shiho.

"Ooo" ucap Shinichi dan Heiji bersamaan lagi.

"Jadi bagaimana dengan organisasi?" tanya Shiho berbisik.

"Kita bicarakan di rumah saja" jawab Shinichi.

"Benar, kami akan menjenguk Hakuba dulu lalu kita pulang ke rumah orang tua Kudo" ucap Heiji.

"Jangan lupa minta maaf padanya, Hattori" ucap Shiho.

"Ya, ya. Siap bos" ucap Heiji.

"Kau mau ikut ke kamar Hakuba?" tanya Shinichi.

"Tidak. Aku sudah dari sana. Aku rasa aku akan menunggu di sini saja" ucap Shiho.

"Baiklah" ucap Shinichi bergegas mengikuti Heiji.

XXX

"Jadi Gin adalah big bos organisasi?" tanya Shiho.

"Yah, begitulah menurut FBI. Kita hanya bisa menduga karena Gin sudah mati" ucap Shinichi.

"Hmm" gumam Shiho sambil berpikir.

"Kenapa? Kau tidak yakin dengan dugaan FBI?" tanya Heiji penasaran.

"Entahlah. Sudah lama aku tidak bisa yakin pada apapun" ucap Shiho.

"Ha ha. Kata-kata bijak hari ini?" ucap Shinichi.

"Terserah. Ngomong-ngomong, kapan kalian kembali ke Jepang?" tanya Shiho.

"Besok lusa, sepertinya" jawab Shinichi. "Kau ikut dengan kami pulang ke Jepang kan?"

"Tidak, aku tidak ikut kalian pulang ke Jepang" jawab Shiho.

"Lho, kenapa?" tanya Heiji.

"Karena aku tidak mau" jawab Shiho.

"Apa?" seru Shinichi dan Heiji bersamaan.

"Hei, hei! Alasan macam apa itu?" ucap Shinichi kesal.

"Aku capek. Aku tidur dulu. Selamat malam" ucap Shiho sambil beranjak pergi meninggalkan ruangan tanpa menghiraukan protes Shinichi dan Heiji.

XXX

"Sejak kembali seminggu yang lalu, Shinichi tidak seperti biasanya" bisik Ran. Dia tidak mau Shinichi yang duduk di belakangnya membaca novel detektif mendengar percakapannya.

"Benarkah? Menurutku dia masih seperti biasanya" bisik Sonoko.

"Tidak. Dia sekarang tidak banyak bicara padahal dulu dia selalu membicarakan Sherlock Holmes sampai aku sebal mendengarkannya" bisik Ran.

"Bukankah itu bagus?" bisik Sonoko.

"Tapi..." ucap Ran.

Pintu kelas terbuka dan Pak Nakamura masuk diikuti seorang gadis berambut pendek berwarna pirang kecoklatan.

"Selamat pagi anak-anak. Hari ini kita kedatangan murid baru" ucap Pak Nakamura di depan kelas kemudian menoleh ke murid baru tersebut. "Silahkan memperkenalkan diri"

"Nama saya Shiho Miyano. Saya berasal dari Amerika. Salam kenal semuanya" ucap Shiho dengan wajah datar.

Semua anak laki-laki di kelas itu menatap Shiho dengan pandangan terpesona kecuali Shinichi yang menatapnya dengan kaget. Dia hanya bisa melongo menatap Shiho.

"Nah, untuk tempat duduknya..." ucapan Pak Nakamura terhenti karena Shiho sudah melangkah menuju kursi kosong di antara Shinichi dan kaca jendela kemudian duduk dan mulai mengeluarkan buku dan alat tulisnya.

"Kenapa kau ada di sini?" seru Shinichi.

Semua mata di kelas itu memandang ke arah Shinichi dengan tatapan heran.

"Apa ada masalah kalau Miyano duduk di sebelahmu, Kudo?" tanya Pak Nakamura.

"Eh? Tidak. Maafkan saya Pak" ucap Shinichi sambil menunduk.

Shiho tersenyum kecil.

"Baiklah kalau begitu" ucap Pak Nakamura kemudian meneruskan pembicaraannya.

"Hei! Kenapa kau tiba-tiba ada di sini?" bisik Shinichi.

Shiho hanya diam saja dan pura-pura tidak dengar.

"Hei! Kok diam saja" bisik Shinichi.

Shiho masih diam saja.

"Hei! Aku bicara padamu tahu" seru Shinichi.

Lagi-lagi semua mata di kelas memandang Shinichi.

"Ada apa lagi, Kudo?" tanya Pak Nakamura.

"Eh? Tidak ada apa-apa, Pak. Maafkan saya" ucap Shinichi menunduk lagi.

Shiho lagi-lagi tersenyum kecil.

Shinichi akhirnya menyerah berbicara dengan Shiho selama kelas berlangsung dan berniat menunggu sampai isirahat makan siang untuk berbicara dengannya.

XXX

Begitu bel istirahat berbunyi dan guru sudah keluar kelas, Shinichi segera menarik tangan Shiho agar ikut bersamanya diikuti tatapan heran semua anak di kelas termasuk Ran dan Sonoko.

"Wow, sepertinya Kudo bertindak cepat terhadap anak baru itu" ucap seorang siswa.

"Yeah, lebih baik kita ikuti" ucap siswa yang lain.

"Ya. Ayo teman-teman" ucap siswa yang lain lagi.

Kemudian teman-teman sekelas Shinichi berbondong-bondong mengikuti Shinichi dan Shiho dengan diam-diam termasuk Ran dan Sonoko.

"Kenapa kau tadi diam saja waktu kutanya?" tanya Shinichi setelah mereka berdua sampai di atap.

"Aku tidak mau melakukan kebodohan yang sama denganmu dan ditegur guru" jawab Shiho.

"Itu bukan kebodohan" seru Shinichi.

"Bukan? Kau berteriak-teriak pada murid baru. Apalagi kalau bukan bodoh?" ucap Shiho.

"Terserah deh. Jadi kenapa kau ada di sini?" tanya Shinichi.

"Kenapa? Kau tidak suka aku ada di sini?" ucap Shiho balik bertanya.

"Bukan begitu. Waktu di Amerika, kau bilang kau tidak mau kembali ke Jepang, padahal aku dan Hattori sudah memohon kepadamu. Sekarang kau ada di sini, tentu aku bingung" ucap Shinichi.

"Aku tidak pernah bilang aku tidak mau kembali ke Jepang" ucap Shiho.

"Tidak. Kau bilang padaku kau tidak mau ikut aku dan Hattori pulang ke Jepang, iya kan?" ucap Shinichi.

"Ya, aku bilang aku tidak mau ikut kau dan Hattori pulang ke Jepang jadi aku kembali ke Jepang sendirian dua hari yang lalu. Apanya yang membuatmu bingung?" ucap Shiho.

"Eh?" gumam Shinichi kehilangan kata-kata.

"Sepertinya kau sudah mengerti. Aku mau kembali ke kelas. Aku mau makan siang" ucap Shiho berbalik dan berjalan ke pintu atap, membuat teman-teman sekelasnya yang mengintip kabur secepat mungkin.

"Miyano" panggil Shinichi.

"Apa?" ucap Shiho sambil menghentikan langkahnya.

"Senang bisa bertemu denganmu lagi" ucap Shinichi sambil tersenyum.

Shiho membalikkan badannya dan menghadap Shinichi.

"Aku juga" ucapnya sambil tersenyum. "Jadi, kau mau tetap di sini atau menemaniku kembali ke kelas?"

Senyum Shinichi semakin lebar mendengar ucapan Shiho. Dia segera menghampiri Shiho dan mereka berdua berjalan bersama kembali ke kelas.

XXX

"Kira-kira apa yang mereka bicarakan ya?" ucap Ran sambil membuka bentonya.

"Entahlah. Kita sama sekali tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan" jawab Sonoko. "Tapi si brengsek itu, main mata dengan gadis lain di depan istrinya, aku pasti akan memberinya pelajaran"

"Sudah kubilang aku bukan istrinya!" seru Ran kesal. Namun dalam hatinya dia merasa khawatir kalau Shinichi benar-benar main mata dengan anak baru itu.

"Speak of the devil" ucap Sonoko ketika melihat Shinichi dan Shiho memasuki kelas. Mereka langsung dikerubungi anak-anak yang ada di kelas.

"Kau curang Kudo!" ucap seorang siswa.

"Ya, kau curang. Sudah nembak anak baru itu duluan sebelum kami bisa kenalan dengannya" ucap siswa yang lain.

"Ya, ya, benar!" ucap siswa-siswa yang lain.

Shiho yang tidak mau repot berjalan meninggalkan Shinichi menuju kursinya untuk makan siang. Anak-anak perempuan di kelas takut mendekatinya karena aura dingin yang keluar dari tubuhnya. Tapi Sonoko akhirnya nekat juga.

"Hei, anak baru. Apa hubunganmu dengan Kudo? Asal tahu saja, gadis ini, Ran adalah istrinya Kudo jadi kau lebih baik jauh-jauh dari Kudo" ucap Sonoko.

"Hmph? Benarkah?" ucap Shiho tersenyum.

"Sonoko, jangan bicara macam-macam" ucap Ran kesal. Wajahnya memerah. "Maaf, jangan dengarkan dia. Aku Ran Mouri dan ini Sonoko Suzuki"

"Senang berkenalan dengan kalian, Mouri, Suzuki, aku Shiho Miyano" ucap Shiho.

"Jadi? Apa yang kalian bicarakan di atap?" tanya Sonoko curiga.

"Bukan apa-apa" jawab Shiho.

Sonoko sudah akan bicara lagi tapi perhatiannya teralih pada Shinichi yang menjatuhkan diri di kursinya di sebelah Shiho. Sepertinya dia telah berhasil melepaskan diri dari teman-teman sekelasnya.

"Sudah kubilang jangan bertindak bodoh" ucap Shiho.

"Jangan mulai deh. Bukannya membantu malah diam saja. Capek banget nih. Dasar mereka itu" ucap Shinichi.

"Aku rasa tidak hanya mereka yang ingin mendengar penjelasanmu. Mouri dan Suzuki sepertinya juga tertarik. Dan aku dengar dari Suzuki kalau Mouri adalah istrimu jadi lebih baik kau memberi penjelasan kepadanya tentang aksimu tadi" ucap Shiho.

"Ap? Ran bukan..." ucap Shinichi. Wajahnya memerah, begitu juga dengan Ran.

"Jadi? Kenapa tadi kau berbuat begitu?" tanya Sonoko tidak sabar.

"Aku dan Kudo berkenalan di Amerika. Kami bertemu dalam sebuah kasus. Dia kaget karena aku tidak memberitahunya kalau aku akan sekolah di sini jadi dia minta penjelasan" ucap Shiho.

"Yah, begitulah" sahut Shinichi.

"Benarkah?" tanya Sonoko masih curiga.

"Uhm, tapi sepertinya kau mirip sekali dengan Ai. Apa kalian berdua ada hubungan keluarga?" tanya Ran.

"Ai? Tentu, dia adalah sepupuku. Dia bilang sekolah di Jepang sangat menyenangkan jadi aku ingin mencoba sekolah di sini. Aku harap kita bisa berteman baik" ucap Shiho.

"Oh, begitu. Yah, aku juga senang kalau kita bisa berteman baik" ucap Ran.

XXX

"Miyano, kau mau pulang bareng kami?" tanya Ran ketika Shiho beranjak dari kursinya.

"Oh, tidak. Terima kasih. Aku ada kerja sambilan" ucap Shiho.

"Kerja sambilan?" tanya Shinichi.

"Ya. Aku duluan ya. Aku tidak mau terlambat. Sampai jumpa" ucap Shiho sambil bergegas meninggalkan kelas.

"Hei!" panggil Shinichi tapi Shiho sudah menghilang.

"Ayo kita pulang Shinichi" ucap Ran.

"Dasar, wanita itu!" gerutu Shinichi sambil mengikuti Ran dan Sonoko.


Review please!