FOOL
By Runa P. Kou
Pairing: Sehun x Luhan
Yaoi, Incest
Summary: satu kesalahan yang membuat diriku sudah tidak bisa melihat dirimu sebagai hyeongku lagi, Luhan
...
12 Juni 2013
Di tengah – tengah acara makan malam kediaman keluarga Kim,
"Luhannie, Sehunnie, eomma ingin mengatakan sesuatu, sebenarnya eomma telah memiliki calon suami lagi dan eomma ingin meminta restu dari kalian. Jika kalian mengizinkan maka eomma akan menikah lagi".
Luhan dan Sehun terkejut mendengar perkataan eommanya hanya dapat berpandang – pandangan. Luhan sebagai yang tertua akhirnya menegak segelas air dan menghentikan keheningan yang telah dibuat oleh eommanya.
"Kenapa tiba – tiba eomma? Aku dan Sehun sampai terkejut mendengarnya".
"Tidak mendadak Luhannie, eomma sudah lama menjalin hubungan dengannya, hanya saja eomma baru terpikirkan menikah dengannya sekarang, kalian sebentar lagi akan kuliah dan akan semakin jarang berada di rumah, eomma pasti akan kesepian sendiri di rumah".
Luhan dan Sehun tahu bahwa bukan itu alasan sebenarnya eomma mereka ingin menikah lagi, karena mereka pun tahu bahwa eomma mereka bukan lah tipe orang yang suka berdiam diri di rumah, bahkan orang yang paling jarang berada di rumah adalah eomma mereka, mengingat beliau adalah seorang presdir perusahaan skala internasional menggantikan mendiang appa mereka yang telah meninggal. Tapi yang mereka yakini adalah eomma mereka benar – benar menyukai pria tersebut hingga memutuskan untuk menikah.
Sehun yang terdiam cukup lama akhirnya menyuarakan isi hatinya. "Baiklah jika eomma ingin menikah lagi, kami tidak akan melarangnya, jadi kapan kami bertemu dengan calon suami eomma?".
"Sebenarnya kalian pasti sudah pernah melihat calon suami eomma, ani maksud eomma Luhan sudah pernah melihat calon suami eomma, akan menjadi sebuah kejutan untukmu Luhan saat kalian saling bertemu nanti, jadi luangkan waktu kalian untuk makan malam bersama pada minggu malam nanti".
"Baiklah eomma", jawab Luhan dan Sehun kompak. Mereka melanjutkan makan malam mereka lagi.
Kim Luhan dan Kim Sehun adalah saudara kembar non identik dimana Luhan lahir 30 menit lebih dulu dari Sehun. Orang tua mereka Kim Jong Dae dan Kim Min Seok adalah pemilik perusahaan Kikoo, sebuah perusahaan skala internasional di bidang manufaktur. Appa mereka, Kim Jong Dae meninggal saat mereka masih di kelas 2 sd karena kecelakaan. Semenjak itu, sang eomma lah yang menggantikan posisi sebagai presdir di perusahaan tersebut dan menjadi eomma sekaligus appa untuk mereka.
14 Juni 2013
Eomma kim menuliskan nama restaurant dan alamat serta waktu makan malam mereka di line group keluarga, mereka membuat group line 'Kim Family' untuk memudahkan berkomunikasi satu sama lain sehingga tidak ada yang ditutup - tutupi diantara keluarga. Luhan telah membaca pesan dari eommanya membalas pesan tersebut dengan sticker dan mengatakan akan berangkat dengan Sehun setelah Ia selesai kerja paruh waktu. Luhan yang bercita - cita ingin menjadi fotografer mendapatkan kesempatan menjadi asisten di sebuah studio ternama di Seoul. Walaupun Ia belum diberi kepercayaan untuk memegang kamera dan hanya mengerjakan pekerjaan – pekerjaan kecil, Luhan menyukai pekerjaan paruh waktunya itu karena Ia bisa melihat dari dekat bagaimana fotografer profesional bekerja.
Waktu berlalu dengan cepat, tak terasa sudah pukul 6 sore saja. Setelah berpamitan memberi salam kepada para pegawai studio, Luhan melangkahkan kakinya keluar studio dan telah disambut oleh mobil Sehun yang berhenti tepat di depan pintu masuk studio. Luhan langsung bergegas masuk kedalam mobil.
"Kau, sudah berapa kali kukatakan untuk tidak memarkirkan mobilmu tepat didepan pintu seperti ini, jika dilihat oleh sunbaenim aku yang akan mendapat teguran".
"Maafkan aku hyeong, tapi akan lebih cepat jika aku menunggumu disini, dan hyeong tidak perlu repot - repot mencariku di Jungiran".
"Sudahlah, mulai besok jika ingin menjemputku jangan didepan pintu seperti ini lagi, kaja eomma pasti menunggu kita"
"Ayay Captain, ini hyeong baju gantimu, aku takut eomma akan berkomentar jika kau tidak menggunakan pakaian yang pantas", Sehun menjalankan mobilnya keluar dari area studio.
Sementara Luhan mengganti pakaiannya dengan jas yang dibawakan oleh Sehun, Sehun mengemudikan mobilnya dengan tenang, Ia pun menyalakan radio untuk memecah keheningan di mobil itu.
"Hyeong, sebenarnya kau tidak menyetujui pernikahan ini kan?".
"Ani, aku setuju - setuju saja Hun, eomma sudah lama sendiri pasti Ia membutuhkan sandaran disaat Ia sedang bersedih dan kita berdua tahu jika kita tidak dapat mengisi peran itu".
"Tapi...".
"Sudahlah, lebih baik sekarang kita buat eomma bahagia, apalagi sekarang kita semakin tidak ada waktu dengannya".
"Iya hyeong".
Dan akhirnya percakapan di mobil terhenti begitu saja, Luhan mengalihkan pandangannya ke jendela samping sementara Sehun fokus mengemudi. 30 menit kemudian, mobil mereka telah sampai di restaurant. Sehun memarkirkan mobilnya dan Luhan menunggu di pintu masuk. Mereka berjalan masuk kedalam dengan posisi Sehun berada di depan Luhan. Mereka diantar oleh waitress menuju meja eomma mereka, ternyata eomma mereka telah sampai lebih dahulu.
Sehun sampai lebih dahulu langsung membungkukkan badan memberi salam yang diikuti oleh Luhan. Setelah selesai memberi salam, Luhan berdiri tegak untuk menatap eommanya dan sang calon suaminya. Saat melihat wajah calon suami eommanya tiba - tiba kaki Luhan lemas dan terjatuh, beruntung Sehun yang berada di sebelahnya langsung menahan tubuh Luhan agar tidak terjatuh.
"Hyeong, gwenchana?".
"Ah, n..ne gwenchana".
Luhan yang masih belum bisa menutupi kegugupannya di bantu Sehun duduk di kursi yang berhadapan dengan eommanya dan Sehun duduk berhadapan dengan calon suami eommanya.
"Kau tidak apa - apa Luhan? Eomma lihat mukamu tampak pucat, apakah kau sedang sakit nak?".
"Ani eomma, sepertinya aku hanya kelelahan".
"Kau masih saja sama seperti saat kau kelas X dulu ya Luhan", tiba - tiba calon suami eomma mengomentari Luhan. Sehun kaget mendengar apa yang diucapkan oleh calon suami eommanya.
"Kau mengenal Luhan, ahjussi?", Sehun yang penasaran akhirnya bertanya.
"Tentu saja aku mengenalnya, aku dulu adalah wali kelas Luhan", Tuan Jung menjawab pertanyaan Sehun diakhiri dengan sebuah senyuman, hanya Luhan dan Tuan Jung lah yang mengerti arti dari senyuman itu.
"Jadi ahjussi seorang guru?", Sehun kembali bertanya kepada Tuan Jung.
"Ani, aku juga berhenti menjadi guru tidak lama setelah Luhan berpindah sekolah. Sekarang aku menjalankan perusahaanku sendiri, meskipun bukan perusahaan besar dan sekarang aku dan eommamu berencana melakukan merger dan menyatukan perusahaan kita,", Tuan Jung menjawab pertanyaan Sehun dengan ramah.
Suasana di meja tersebut tampak baik kecuali Luhan yang sedari tadi hanya menundukkan kepala, sesekali Ia hanya tersenyum saat yang lain tertawa. Sehun tampak menyukai Tuan Jung karena mereka memiliki persamaan, yaitu sama – sama menyukai dunia bisnis dan saham. Walaupun Sehun masih kelas 12 SMA, Sehun telah diberi kepercayaan untuk memegang anak perusahaan eommanya dan Sehun terbukti sukses menjalankan anak perusahaan tersebut.
Tidak lama kemudian, pelayan datang mengantarkan makan malam mereka. Selama acara makan malam tersebut, tidak terlalu banyak percakapan dan pertanyaan yang muncul. Luhan yang biasanya banyak mengeluarkan sura dan berisik pun hanya fokus dengan makan malamnya. Luhan tahu bahwa selama acara makan malam tersebut, Tuan Jung selalu melihat ke arahnya setiap ada kesempatan dan hal tersebutlah yang membuat Luhan semakin tidak nyaman dan ketakutan.
Selesai dengan makan malamnya, Luhan menepuk paha Sehun pelan dan membisikkan sesuatu ke telinga Sehun. Tidak lama kemudian Sehun mengangguk tanda mengerti.
"Eomma, Tuan Jung, kami izin untuk pulang duluan ya. Sepertinya Luhan sedang tidak enak badan".
"Kenapa buru – buru sekali? Luhan, kau harus banyak istirahat padahal badanmu sudah kecil jangan sampai bertambah kecil lagi", eomma Kim menasihati Luhan, sepertinya beliau sedikit khawatir melihat Luhan sangat pucat malam ini.
Luhan hanya mengangguk dan berdiri dengan Sehun hendak memberi salam kepada kedua orang yang lebih tua dari mereka itu.
"Semoga cepat sembuh Luhan", Tiba – tiba Tuan Jung ikut berdiri dan mengajak Luhan untuk berjabat tangan.
Luhan terdiam, Ia terlalu takut untuk menyentuh tangan mantan wali kelasnya itu. Tidak ingin membuat Sehun dan eommanya curiga, Luhan menerima ajakan Tuan Jung untuk berjabat tangan dengan gemetar sedikit. Tuan Jung tersenyum saat Luhan menerima jabatannya.
"Eomma, Tuan Jung, kami duluan ya", Sehun memberikan salam terakhir dan berjalan pulang dengan Luhan.
...
Di mobil
"Hyeong...", tidak ada tanggapan.
"Hyeong...!", Sehun menaikkan nada suaranya dan barulah Luhan tersentak dan menolehkan kepalanya ke arah Sehun.
"Waeyo,kenapa kau selalu mengangetkan diriku Sehun?", Luhan bertanya sambil mengerutkan dahinya, Ia tidak suka jika ada yang mengganggunya saat sedang melamun di dunianya sendiri.
"Ani, aku hanya penasaran saja, tadi saat kita di mobil dalam perjalanan menuju restaurant, hyeong tampak baik – baik saja, lalu kenapa saat kau di restaurant, tidak saat kau sampai di meja dan saat kau melihat calon suami eomma tiba – tiba kau menjadi pucat dan auramu sudah berubah hyeong"
'glek' Sehun menyadarinya batin Luhan, Luhan bingung harus menjawab apa dari pertanyaan yang Sehun ajukan.
"Aku memang sudah merasa tidak enak badan saat di studio, Hun. Dan a..aku juga terkejut saat melihat calon suami eomma makanya aku yang sedang tidak enak badan ditambah dengan terkejut membuat kepalaku menjadi pusing dan akhirnya terlihat pucat, mungkin jantungku lemah dan tidak bisa diberi kejutan, hahahahha", Luhan memberikan alasan yang agak sedikit mungkin bisa diterima walaupun harus diakhiri dengan suara tawa yang hambar.
"Tidak ada yang kau sembunyikan dariku kan hyeong?". Sehun bertanya lagi. Tampaknya jawaban dari Luhan masih belum bisa memberikan kepuasan untuknya.
"Tidak ada Hun, kau yang paling kenal dengan diriku yang tidak bisa menyimpan rahasia ini".
"Hmm, baiklah tapi hyeong harus berjanji jika ada sesuatu yang mengganjal dihati, hyeong harus langsung cerita kepadaku".
"Ne. . Ne, aku berjanji".
"Tapi hyeong, sepertinya aku menyukai calon appa baru kita ini, Beliau sepertinya orang yang pintar dan berpikiran tajam dalam masalah bisnis"
"baguslah jika kau menyukainya, Hun"
Setelah itu tidak ada lagi percakapan yang muncul karena Luhan menurunkan sandaran kursinya dan tertidur atau lebih berpura – pura tidur, karena Luhan takut Sehun akan terus bertanya – tanya kepadanya.
Sesampainya di rumah, Luhan membuka matanya, keluar dari mobil dan langsung masuk kedalam kamarnya dan tidak lupa untuk mengunci pintu. Seluruh orang dirumah mulai dari maid, supir, pegawai kebun, Sehun, dan eommanya sudah mengetahui tabiat Luhan, jika pintu kamar terkunci berarti Luhan tidak ingin diganggu hingga Ia keluar kamar lagi. Pernah Luhan tidak keluar kamar selama 5 hari lamanya saat ia kelas 10 SMA dulu, dan itu artinya makan pun dia tidak, karena di kamar hanya ada dispenser air untuk minum. Sang eomma sangat khawatir karena setiap diketuk Luhan tidak pernah menyahut, hingga akhirnya sang eomma mendapatkan pesan Line dari Luhan yang menyatakan Ia baik – baik saja dan Ia hanya sedang ingin sendiri. Sampai saat ini penghuni rumah tidak ada yang mengetahui alasan sebenarnya Luhan mengunci kamarnya saat Ia kelas 10 SMA dulu yang berujung kepindahan dirinya ke sekolah yang sekarang Ia datangi.
Keesokan paginya Luhan masih mengunci dirinya dikamar. Berhubung hari ini adalah hari sabtu dan tidak ada kegiatan sekolah, Luhan memilih melanjutkan tidurnya di atas untaian kapas nan empuk itu. Tapi sekeras apapun Luhan berusaha untuk melanjutkan tidurnya Ia tidak bisa. Sekarang Luhan menyesali keputusannya untuk mengizinkan eommanya menikah lagi. Luhan pasti akan langsung tidak setuju jika mengetahui sang calon mempelai prianya. Tuan Jung atau Jung songsaenim adalah guru ekonomi bisnis dan juga sebagai wali kelas Luhan saat kelas 10. Luhan dulu bersekolah di sekolah khusus bisnis dimana setelah lulus nanti bisa langsung melanjutkan kuliahnya di universitas yang sama dengan SMA tersebut. Sekolah Luhan dulu adalah sekolah elit khusus pria yang mewajibkan siswanya untuk tinggal di asrama. Luhan dan Sehun tidak bersekolah di tempat yang sama. Sehun yang memiliki otak lebih cerdas dari Luhan, memilih untuk bersekolah di Jepang dengan beasiswa penuh yang Ia dapat saat tes masuk. Karena kasus saat kelas 10 itulah Luhan berpindah sekolah umum, dan Sehun kembali ke Korea untuk menjaga kakaknya yang lebih kecil dan lemah itu. Padahal Sehun sudah berusaha mati – matian untuk dapat diterima di sekolah tersebut. Meskipun di Korea mereka tetap tidak bersekolah di tempat yang sama, Sehun memiliki kewajiban untuk mengantar dan menjemput kakaknya, karena Luhan masih belum bisa mempercayai orang asing lagi.
...
Ruang tengah keluarga Kim
"Jung ahjussi, ada apa datang kemari?, eomma sedang tidak ada dirumah"
"Iya aku tahu Hun, aku kemari ingin melanjutkan pembicaraan seru kita saat makan malam kemarin, apakah aku mengganggumu?"
"Ani, sama sekali tidak aku malah sangat senang karena Jung ahjussi sudah repot – repot untuk datang kemari, kalau begitu kita ke ruang baca saja ahjussi, disana lebi tenang suasananya"
"Baiklah, tapi rumah ini sepi sekali Hun, hanya ada kau saja dirumah?"
"Hari ini hari sabtu, dan semua pegawai dirumah di liburkan oleh eomma kecuali security didepan, dan aku tidak sendiri ahjussi ada Luhan hyeong dikamarnya tapi sepertinya Ia tidak akan keluar kamar untuk beberapa jam nanti"
"Pantas saja rumah ini tampak sepi, eommamu memang sangat baik ya meliburkan pegawai – pegawai rumahnya pada hari libur untuk quality time dengan keluarganya"
"Yah seperti itulah eomma, hahahaha", Sehun mengajak Tuan Jung ke lantai atas menuju keruang baca dan saat itulah terdengar kunci pintu kamar Luhan dibuka.
"Suara apa itu Hun?"
"Aah itu, itu adalah suara kunci pintu kamar Luhan hyeong, Ahjussi. Luhan hyeong memiliki kebiasaan untuk mengunci pintu kamar saat Ia tidak ingin diganggu orang lain, jika kunci pintu telah terbuka tandanya kita sudah boleh untuk berinteraksi lagi dengannya".
"Tipe introvert ya"
"Sebenarnya Luhan hyeong tidak introvert ahjussi, hanya saja Ia memiliki trauma yang membuatnya seperti itu, tapi aku kurang mengetahui detailnya bagaimana karena saat itu aku sedang bersekolah di Jepang"
Tuan Jung hanya mengangguk dan mereka masuk kedalam ruang baca. Ruang baca berada tepat di sebelah kamar Luhan. Cukup lama mereka berbincang kritis mengenai bisnis dan saham. Waktu sudah menunjukkan waktunya makan siang.
"Ahjussi, sebelum pergi lebih baik ahjussi makan siang dulu bersama kita bagaimana? Aku akan keluar sebentar untuk membelikan makan untuk kita bertiga"
"Tentu saja kita harus makan siang bersama, baiklah aku akan menunggu disini ya, ada beberapa buku yang menarik perhatianku untuk dibaca"
"Baiklah ahjussi, aku tidak akan lama. Apa ahjussi ingin kupanggilkan Luhan hyeong? Tidak enak jika meninggalkan ahjussi sendirian disini"
"Tidak usah Sehun, aku menunggu disini sendiri saja tidak masalah. Tidak usah mengganggu kakakmu".
"Baiklah ahjussi, aku tidak akan lama"
Sehun berlari keluar ruang baca dan bergegas pergi untuk membeli makan. Setelah yakin Sehun sudah keluar dari pagar rumah, Tuan Jung menutup buku yang Ia baca dan berjalan keluar ruang baca menuju kamar Luhan. Pertama diketuknya pintu kamar Luhan.
"Masuk saja tidak dikunci Hun"
Tuan Jung tersenyum, saat mendengar suara Luhan menjawab ketukan pintu kamarnya. Ia membuka pintu kamar Luhan dan tampak Luhan sedang telungkup bermain laptop di atas kasur yang membelakanginya. Tuan Jung menutup pintu kamar Luhan dan berjalan pelan menuju kasur tempat Luhan berada.
"Ada apa Sehun?", Luhan menolehkan kepalanya ke belakang untuk bertanya ke Sehun membelalakkan matanya, terkejut karena yang masuk ke dalam kamarnya bukanlah Sehun melainkan Jung songsaenim.
"Terkejut Luhan?", Tuan Jung bertanya dengan senyum evil bak serigala menemukan mangsanya. Tuan Jung melanjutkan langkahnya menuju kasur tempat Luhan berada.
"So..songsaenim, bagaimana kau bisa masuk kemari?", Luhan yang melihat Tuan Jung berjalan menuju dirinya bergegas bangun dari kasur hendak melarikan diri dari kamarnya. Luhan berlari menuju pintu kamarnya. Sedikit lagi tangannya dapat menggapai gagang pintu, tiba – tiba rambutnya di tarik paksa ke belakang membuat Luhan terlempar jatuh ke lantai.
'cklek'
Luhan mendengar suara pintu kamarnya dikunci, menatap horror ke arah pintu. Tuan Jung sudah berada di depan Luhan dan menatap Luhan dengan tatapannya yang buas. Luhan yang terduduk dilantai tidak berkutik, terlalu takut untuk menggerakkan badannya.
"Kau telah berubah ya Luhan, sekarang kau semakin sexy dan menggoda", Tuan Jung berjongkok di hadapan Luhan. Tangan kanannya memegang kedua pipi Luhan dengan kasar dan memaksanya menatap langsung Tuan Jung.
"Kenapa diam saja hmm, buka matamu sekarang atau ku jamah kau sekarang juga!"
Luhan takut dengan ancaman yang diberikan Tuan Jung akhirnya membuka matanya. Linangan air mata pun ikut lolos bersamaan dengan terbukanya mata Luhan.
"Dengar, sepertinya kau sampai saat ini masih merahasiakan apa yang terjadi saat disekolah dulu, dan aku ingin kau terus merahasiakannya sampai kau mati nanti. Jangan sampai pernikahanku dengan eommamu batal, jika rahasia ini bocor dan pernikahan kami batal maka orang pertama yang akan kuhancurkan adalah kau Luhan. Mengerti!"
Luhan berusaha menganggukkan kepalanya namun sulit karena cengkraman tangan Tuan Jung di pipinya sangat kuat.
"Aku ingin mendengar suaramu cantik, iya atau tidak!"
"I..iya Saem, aku ber..janji", Luhan menjawab dengan suara bergetar.
"Bagus", Tuan Jung melepaskan tangannya dari pipi Luhan. Baru saja Luhan bernapas lega karena telah dilepas, merasakan sakit saat rambutnya dijambak dan ditarik kebelakang membuat kepalanya menengadah keatas dan Tuan Jung langsung melumat bibir Luhan dengan kasar. Tuan Jung berusaha memasukkan lidah kedalam mulut Luhan tapi Luhan menutup mulutnya dengan rapat. Karena kesal Tuan Jung menggenggam milik Luhan dengan keras dan membuat Luhan membuka mulutnya berteriak. Kesempatan emas itu langsung digunakan Tuan Jung, Ia langsung melesatkan lidahnya dengan cepat kedalam mulut Luhan. Cukup lama Tuan Jung melumat bibir Luhan sampai tampak air liur menetes dari mulut Luhan. Dimulai dari Luhan yang memberontak hingga Luhan tidak sanggup lagi untuk meronta dikarenakan kurang oksigen ditubuhnya dan Ia sudah mulai sesak napas, saat itulah Tuan Jung melepaskan pagutannya. Tuan Jung berdiri berjalan meninggalkan Luhan yang kehabisan napasnya di lantai.
"Ken..apa hiks kenapa kau menciumku saem, aku tidak melakukan kesalahan hiks. .hiks", Luhan mulai menangis sesenggukan.
Tuan Jung berhenti melangkahkan kakinya.
"Karena kau menggoda cantik, dan aku akan sering mencicipimu setelah menikah nanti hahaha", Tuan Jung melanjutkan lagi langkah setelah menjawab pertanyaan Luhan.
...
TBC
