"Jodohmu sudah ditentukan Mamori, kau tak bisa menolak keputusan keluarga."
Malam itu adalah malam yang sulit bagi Mamori yang masih berumur 8 tahun.
Saat itu dia belum mengerti apa-apa. Dia hanya menatap kearah orang tuanya dengan perasaan bingung karena belum mengerti apa-apa.
Tapi, semakin dewasa, Mamori semakin mengerti apa arti dari perkataan orang tuanya.
Ooooo0ooooO
Eyeshield 21
Disclaimer Yusuke Murata and Riichiro Inagaki.
Pairing: HiruMamo
The Matrimory Chapter 1
By: AkumaFromHell
Story by: Siti Bulqis
A/N: Setting awalnya, Hiruma dan Mamori berbeda SMU, jadi mereka baru bertemu di universitas. Karena itu, jangan bingung.^^
Ooooo0ooooO
"Mamo-nee! Sudah mau pulang?" seru Suzuna dari seberang.
"Suzuna-chan, iya, aku ada perlu di rumah." Jawab Mamori sambil tersenyum.
"Oh, baiklah. Sampai jumpa besok, Mamo-nee." Seru Suzuna sambil melambaikan tangan dan melaju dengan in-line skatenya.
Mamori membalasnya dengan senyuman.
Dia mulai berjalan kearah rumahnya.
Saat sampai, Mamori disambut ibunya.
"Mamori, kenapa lama sekali? Ayo cepat masuk dan ganti bajumu. Calon suamimu akan datang sebentar lagi." Ibunya langsung menarik Mamori masuk.
Mamori hanya masuk dengan lesu.
-
-
Beberapa saat kemudian.
"Mamori, beri salam pada calon suamimu." Ujar ayah Mamori.
Saat Mamori menoleh, terlihatlah sosok sang calon suami.
Rambut pirang, tubuh tinggi, mata tajam, lengan panjang, beranting dan membawa senapan.
'Ayah mau menjodohkan aku dengan orang seperti ini?! Apa yang ayah pikirkan?' batin Mamori.'Tapi..rasanya aku pernah melihat dia di satu tempat…'
"Perkenalkan, namanya Hiruma Youichi. Dia kuliah di universitas yang sama denganmu, Mamori." Perkataan ayah Mamori menjawab pertanyaan Mamori.
'Pantas aku merasa familiar dengannya..' pikir Mamori lagi.
"Nah, pernikahan kalian tak lama lagi, jadi, ngobrollah dulu dengannya, kami tinggalkan kalian berdua ya." Ujar ibu Mamori sambil menutup pintu perlahan.
Sekarang, suasana sunyi senyap. Hanya terdengar bunyi jam dinding.
"Hei." Panggil Mamori.
"Hm?" jawab Hiruma.
"Apa kau mau menikah denganku?" Tanya Mamori.
"Huh, kau melamarku? Berani sekali, gadis bodoh, kita bahkan baru bertemu 1 menit 5 detik." goda Hiruma dingin sambil tersenyum menahan tawa.
Mamori mengerutkan keningnya.
"Apa-apaan kau?! Aku bukan melamar! Aku bertanya padamu, dasar cowok menyebalkan! Perhatikan nada bicaraku! Dasar cowok ge-er!" Mamori dengan marah bangkit dari tempat duduknya.
"Huum..ternyata kau ini pemarah yaa?" goda Hiruma lagi.
"Huh! Asal kau tahu ya, aku ini sangaaatt terpaksa untuk menikah denganmu!" Mamori mulai naik darah.
"Hoo..kau pikir aku dengan senang menikah denganmu, gadis yang selalu membawa kue sus untuk bekalnya di kampus??" Hiruma membalas dengan santai.
"Tidak! Aku tak sudi menikah denganmu sama sekali! Orang sepertimu sangat tidak pantas menjadi suamiku!" Mamori mulai marah-marah.
"Huh, masih bagus aku mau dijodohkan denganmu. Jangan bermimpi yang muluk-muluk seperti pangeran di negri dongeng, gadis naïf."
Wajah Mamori memerah karena marah. Lalu dia beranjak keluar ruangan itu.
"Lebih baik aku mati daripada menikah denganmu!" teriak Mamori.
Hiruma hanya tersenyum sinis melihat gadis manis itu pergi.
Beberapa hari setelah kejadian itu. Mamori dan Hiruma saling membuang muka saat bertemu di universitas.
Sampai akhirnya, ayah Mamori membawa berita buruk bagi Mamori.
"Mamo, kamu menikah minggu depan. Undangan dan persiapan lainnya sudah beres!" seru ayah Mamori.
Mamori hanya terperangah mendengar itu. Sendok yang dia gunakan untuk makan terjatuh dan menimbulkan suara nyaring.
"A..ayah bercanda kan?" Mamori mulai gemetar.
"Tentu tidak, sayang. Kau memang harus menikah secepatnya sebelum kau diambil lelaki lain. Kau tahu Mamori, kami tak mau sembarangan lelaki menjadi pasanganmu. Hiruma adalah laki-laki terbaik untukmu!"
'Ayah tak tahu bagaimana dia sebenarnya!!' Mamori berteriak dalam hati.
"Apa ayah yakin? Ayah tak mau memikirkan dulu?" Mamori berusaha menggoyahkan ayahnya.
"Tentu sayang, Hiruma adalah laki-laki baik yang pantas untukmu."
Namun usaha Mamori tak berhasil.
Mamori serasa mau menangis. Tapi apa daya, dia tak dapat membantah ayahnya.
Maka, pernikahan pun tak terhindari lagi…
-TO BE CONTINUED-
Note: untuk Siti Bulqis, maaf kalau ceritanya diluar harapan yaa.. aku akan lebih berusaha lagi di chapter 2....
untuk para pembaca, mohon reviewnya, maaf kalau banyak kesalahan, typo dll. Gomen~
REVIEW?
