Umm.. Yah, halo.. AKu nyampah lagi di sini.. Ini aku cuma partisipasi buat meramaikan aja, soalnya aku minder kalau ikut kompetisi.. Dan yah, memang ffnya abal ._.
Ah iya, aku mohon maaf kalo tema musimnya kurang terasa, karena aku hanya pakai itu jadi seperti latar waktu kali ya ._. Dan tolong perhatikan latar tanggal juga ya :)
Ya sudah, baca saja ya..
Summer Journal
Disclaimer : Hiro Mashima
Genre : Romance, Drama
Warning : typo(s), OOC, abal, gaje, ide pasaran, for #NaLuDayEvent, AU
Crocus, Heartfilia Konzern
23 Juni
Lucy Heartfilia tersenyum puas menatap pantulan dirinya di cermin. Merapikan sedikit seragam sekolah yang sudah dikenakannya sekarang, Lucy pun menenteng tas sekolahnya, lalu keluar dari ruang kamarnya. Lucy segera menuruni tangga dengan cepat, lalu duduk di meja makan.
Seperti biasa, tak seorang pun duduk di meja makan itu. Papa pasti sudah berangkat, pikirnya dalam hati. Mendudukkan diri di kursinya yang biasa, Lucy langsung mengambil sehelai roti, lalu mengolesinya dengan mentega dengan semangat. Senyuman tak luput dari wajah cantiknya.
Loh, kenapa ia terlihat begitu bahagia?
Tentu saja! Hari ini adalah hari terakhir sekolah, sebelum liburan musim panas selama 1 bulan penuh. Siswa bodoh dan idiot mana yang tidak bahagia dengan fakta itu?
Saat Lucy hendak melakukan gigitan pertamanya pada roti itu, salah seorang maid pribadinya, Virgo, datang dan memanggilnya.
"Lucy-hime."
"Ya, Virgo? Ada apa?" jawab Lucy, sembari menaruh kembali roti itu di atas piring.
"Ini, ada titipan dari Jude-sama," ucap Virgo sopan, sambil memberikan Lucy sebuah amplop.
"Apa ini?" Lucy mengangkat sebelah alisnya karena heran, sambil mengamat-amati amplop putih itu.
"Entahlah, saya tidak tahu, saya permisi," Virgo membungkuk, lalu kembali ke tempatnya, untuk melanjutkan pekerjaannya.
Lucy membuka amplop itu. Amplop putih itu berisi selembar tiket, sehelai surat, dan segepok uang. Lucy mengambil surat itu, lalu membuka lipatannya. Lucy mulai membaca surat dari ayahnya itu sambil memakan rotinya yang terlupakan tadi.
'Maaf, papa tidak bisa memenuhi janji untuk menghabiskan liburan musim panas bersama, ada pekerjaan mendadak, jadi papa harus keluar kota. Papa sudah membelikanmu tiket untuk ke Magnolia, rumah Michelle dan Loke, juga uang. Untuk kompensasi, untuk kali ini saja kau tidak akan diawasi oleh pengawal, tapi kau harus tetap dalam penjagaan Loke dan Michelle. Aku harap kau tetap bisa menikmati musim panasmu, jaga dirimu baik-baik.'
Bersamaan dengan selesainya Lucy membaca surat dari ayahnya, rotinya juga habis. Lucy mengambil tiket dalam amplop itu. Tiket pulang pergi Crocus-Magnolia. Menurut tanggal yang tertera, Lucy akan berangkat minggu depan. Lucy mengeluarkan uang dari amplop itu, lalu menghitungnya. Ya, cukup banyak. Pasti cukup untuk 3 minggu di Magnolia.
Setelah itu, Lucy memasukkan kembali semuanya ke dalam amplop. Ia pun teringat sesuatu.
"Oh iya! Aku bisa telat!"
24 Juni, pukul 10 pagi.
"Hoahmm.." Natsu Dragneel menggeliat malas di kasurnya. Cahaya matahari yang menembus tirai kamarnya, mengusik tidurnya. Natsu pun terbangun dengan rambut acak-acakan, lalu mengucek matanya sebentar. Natsu bangun dari kasurnya, lalu mengambil handuk dan berjalan ke kamar mandi.
10 menit kemudian, Natsu keluar dari kamar mandi dengan rambut basah, dan handuk menggantung di lehernya. Natsu keluar dari kamarnya dan menuruni tangga, menuju ruang keluarga, tempat ayahnya biasa sedang membaca koran.
"Ayah, kau gak pergi ke kantor lagi?"
"Entahlah, aku malas, haha," jawab Igneel, ayah Natsu, sambil menurunkan korannya, lalu mengambil secangkir kopi di meja, dan menyesapnya. Setelah selesai dengan kopinya, ia kembali bertanya. "Kau sendiri, tidak sekolah?"
"Aku sudah libur hari ini, aku bosan," jawab Natsu sambil duduk di sofa di seberang sofa ayahnya.
"Mainlah dengan temanmu sana, naga bandel," jawab ayah Natsu cuek, kembali membaca korannya.
"Hah.. Tidak bisa! Semuanya pergi liburan, ada yang pacaran, ada yang pergi bersama keluarga besar," celoteh Natsu panjang lebar. "Atau ada juga.. Yang menemani ibunya belanja, atau bermain dengan adiknya," lanjutnya dengan suara pelan.
Mendengar perkataan Natsu yang terakhir, membuat Igneel cukup kaget. Igneel melipat korannya, lalu menatap Natsu. "Hm? Kau rindu ibu dan adikmu?"
"Si-Siapa bilang! Aku gak bilang begitu!"
"Kalau begitu, kenapa gak mencoba main dengan tetangga sebelah? Ayah gak pernah melihatmu main dengan orang sekitar sini, sejak setahun lalu kita pindah ke sini," kata ayahnya, tak mengalihkan pandangan dari anaknya itu. "Kudengar anak tetangga sebelah seumuran denganmu."
"Sebelah mana? Rumah besar sebelah? Aku gak kenal. Dia tidak pernah keluar rumah, jadi aku tidak pernah melihatnya dari dekat."
"Benarkah? Naga kecilku ini menyedihkan sekali," jawab Igneel menggelengkan kepala sambil memejamkan matanya. Melihat ayahnya, Natsu hanya mendecak kesal. "Ya sudah, pergilah ke Magnolia."
"A-Apa?" mata Natsu membulat, rasa terkejut terbaca jelas dari mimik wajahnya.
"Berliburlah ke Magnolia. Temui adik dan ibumu."
"Be-benarkah?" ucap Natsu setengah berteriak dengan aura ceria.
"Hng, akan aku pesankan tiket, kau bisa berangkat besok, pulanglah 2 minggu lagi, kau juga harus temani pria tua ini liburan musim panas," ucap Igneel sambil mengusap rambut merahnya yang berantakan dengan pelan.
"Yosh! Baiklah!"
"Ya sudah, yang penting kau senang, bereskanlah barang-barangmu."
Magnolia, 25 Juni
"Ayah, aku sudah sampai!" kata Natsu setengah berteriak, pada telepon yang menempel di telinga kirinya.
"Ya sudah, jangan membuat kekacauan di sana," jawab Igneel dari seberang sana. Walaupun tak melihat wajah puteranya itu, Igneel juga tahu Natsu sedang mengeluarkan grins andalannya. Yang kata anak-anak perempuan rekannya bisa bikin gadis meleleh.
Natsu memutuskan sambungan teleponnya. Lalu terdengarlah teriakan menggelegar ibunya, yang sudah tak ia dengar kira-kira setahun.
"Natsu! Jangan di kamar saja! Keluarlah! Aku sudah masak makan siang untukmu!"
"Iya! Sebentar!" Natsu bangun dari kasur itu, lalu berjalan keluar kamarnya. Terlihatlah ibunya, Grandine, bersama adik perempuannya, Wendy Marvel, sudah duduk di meja makan itu. Natsu berjalan ke meja makan, lalu duduk di sebelah adiknya.
Natsu mengambil nasi, lalu lauk-pauk lain yang sudah dimasak ibunya. "Itadakimasu!" Natsu langsung melahap suapan pertamanya, lalu angkat bicara. "Masakanmu tak berubah, tetap buruk, bu," ucapnya agak tak jelas, karena makanan di dalam mulutnya.
"Diam dan makanlah, naga bandel!" tangkas Grandine dengan perempatan urat di dahinya.
"A-Aye!" aura gelap yang sudah menguar dari ibunya itu, memaksa Natsu untuk tetap patuh, dan menghabiskan makanan di piringnya itu.
Magnolia, 30 Juni
"Nee-san!" Michelle Lobster melambaikan tangannya, berusaha agar terlihat oleh Lucy yang tengah menengok kanan kiri, mencari sosok yang menjemputnya. Dan upayanya berhasil. Lucy berjalan ke arahnya, sambil menarik sebuah koper.
"Michelle!"
"Nee-san! Apa kabarmu?" jawab Michelle ceria.
"Tentu aku baik! Mana Loke-nii?"
Baru saja Michelle hendak menjawab, ada serangan aura blink-blink dari sebelahnya.
"Lucy-chan~" Loke muncul, dengan segala kilauan imajiner, juga bunga moe-moe yang biasa digunakannya sebagai playboy untuk mencari mangsa.
"Eh, panjang umur sekali, Loke-nii," jawab Lucy, berusaha tetap tersenyum, walaupun dalam hati rasanya sangat ingin menjedutkan kepala kakak sepupunya yang masih juga belum bertobat dari profesi playboynya, juga incest pada Lucy.
"Kau pasti lelah, ayo kita segera pulang," Loke langsung menyambar koper, juga tangan kanan Lucy, dan menggandengnya paksa. Lucy mencoba untuk menarik tangannya, namun akhirnya ia menyerah juga.
"Haha, mereka tetap tak berubah," gumam Michelle yang berjalan di belakang mereka.
Keesokan harinya, 1 Juli.
Setelah mandi, Lucy keluar dari kamarnya. Tepatnya kamar sementara selama ia berada di Magnolia dalam waktu 3 minggu ini.
"Nee-san, tanjoubi omedetou!" ucap Michelle yang langsung bangun dari sofanya dan menghambur memeluknya. "Sweet seventeen kan?"
"Haha, arigatou na!" Lucy balas memeluk Michelle sambil tertawa girang.
"Hime," terdengar suara genit Loke dari arah belakang Michelle, menarik Michelle agar melepaskan pelukannya, lalu berniat menggantikannya memeluk Lucy, namun Lucy lebih cepat untuk menahan keningnya, agar ia tak bisa maju.
"Jangan macam-macam, Loke," balas Lucy sambil menghembuskan nafas berat.
"Lucy, aku hanya ingin memelukmu!"
"Tidak," Lucy melepaskannya, lalu langsung berjalan melewati Loke dan menarik tangan Michelle bersamanya. "Ayo sarapan!"
Setelah ketiganya duduk di meja makan, dan menyantap makanan mereka dengan tenang, suara Loke memecahkan keheningan yang sudah mereka ciptakan sedari tadi.
"Lucy, habis ini aku akan mengajakmu ke Magnolia Park," ajak Loke sambil curi-curi mengerling genit ke arah Lucy, yang tentu saja hanya dibalas anggukan dingin Lucy.
"Baiklah, Michelle ikut?"
"Ah, tidak bisa, nee-san, libur masih panjang, tapi tugasku banyak, aku akan menyelesaikannya," sambar Michelle yang menghentikan makannya sejenak.
"Hah, sayang sekali, ya," gumam Lucy pelan.
"Tidak apa, berdua saja denganku!" Loke kembali bicara dengan antusias, dengan aura berbinar.
"Hah, baiklah, kali ini saja."
'Aku sedang di Magnolia, stripper! Aku pastikan kau akan iri saat aku pamerkan fotoku di sini saat aku pulang nanti! Haha! Balasan karena kau menolak ajakan battle PS 2 karena ajakan kencan Juvia-mu itu!'
"Send! Haha!" Natsu memencet tombol send dengan kekuatan berlebihan karena efek semangat berkoar. Lalu dia menyeringai puas, sambil berimajinasi nakal soal Gray yang iri setengah mati padanya. "Haha! Kau dapat balasanku, boxer!"
"NATSU!" teriakan Grandine yang menggelegar terdengar oleh indera Natsu. Tak ingin diserang serentetan omelannya, ia segera keluar dari kamarnya.
"Aye! Ada apa, bu?"
"Tolong antarkan adikmu, ya."
"H-Hai, nii-san, mohon bantuannya!" ucap Wendy kelewatan formal dengan wajah setengah tertunduk. Natsu hanya bisa sweatdrop melihat tingkah adiknya. Mungkinkah karena mereka kurang dekat, karena mereka tinggal di tempat berbeda dalam waktu lama?
"Ah, jangan begitu formal," jawab Natsu mengacak pelan rambut adiknya. "Baiklah, memangnya ada apa?"
"Dia harus mengerjakan tugas kelompok di rumah temannya yang akan dikumpul saat masuk sekolah nanti, tapi ini kali pertamanya datang ke rumah temannya, jadi dia akan dijemput temannya di Taman Magnolia, dekat kok."
"Begitu kah? Sekalian jalan-jalan deh, hihi!" Natsu sudah pamer cengiran kemana-mana.
"Tapi jaga adikmu baik-baik! Jangan tinggalkan dia sendirian, pergilah keliaran kalau adikmu sudah aman dengan temannya. Kalau pulang, temannya akan mengantarnya ke sini, jadi kau tidak perlu repot-repot menungguinya."
"Baik-baik, aku mengerti," Natsu memasukkan handphonenya ke dalam saku celananya dengan acuh, mulai berjalan ke arah pintu.
"Ah, iya, jika ada apa-apa, atau tersesat, telepon ibu," pesan ibunya sebelum mereka pergi.
"Wakatta da."
" Kaa-san, Ittekimasu!" pamit Wendy, menyusul kakaknya yang sudah berjalan lebih dulu di depan.
Natsu dan Wendy berjalan beriringan. Mereka mulai memasuki kawasan taman yang rimbun, juga ramai oleh pengunjung.
"Tempat ini tetap ramai, ya," gumam Natsu sambil tersenyum senang menatap taman ini. Tak banyak berubah semenjak setahun lalu. "Jadi, temanmu menjemputmu dimana?"
"Sebentar, nii-san," Wendy mengedarkan pandangannya sebentar, sambil berjinjit sedikit. "Ah, itu teman-temanku!" Wendy berjalan cepat ke arah mereka, diikuti Natsu dari belakang.
"Maaf menunggu, Romeo, Chelia," Wendy meminta maaf pada kedua temannya.
"Tidak apa, baru sebentar kok," anak laki-laki seusia Wendy, yang sepertinya bernama Romeo itu tersenyum.
"Ayo, Wendy-chan!" gadis yang bernama Chelia itu menggandeng tangan Wendy.
"Nii-san, aku pergi, ya," pamit Wendy sebelum pergi. Kedua temannya pamit juga pada Natsu, lalu mereka bertiga terlihat menjauh.
Natsu hanya mengawasi Wendy dari kejauhan. "Yang laki-laki itu bukan pacarnya kan?" tanya Natsu pada dirinya sendiri sambil mengernyitkan keningnya heran. "Ya sudah lah, aku mau cari tempat yang enak," Natsu berbalik secara tiba-tiba, lalu menabrak seseorang di belakangnya.
"Tada! Taman Magnolia!"
"Hm, bagus juga," pikir Lucy sambil mengedarkan pandangan ke kanan dan kiri, melihat pemandangan yang agak sulit ditemui di Crocus yang sudah didominasi gedung-gedung tinggi.
Lucy baru saja menoleh ke sebelah kanannya, dimana Loke seharusnya berjalan bersamanya tadi. "Lo–"
"Wah, Aries-chan yang manis di sini~" rayu Loke pada seorang gadis yang terlihat malu-malu, yang dipanggil Aries.
Lucy hanya bisa terdiam melongo di tempatnya. Terdengar kata-kata Loke pada Aries di sana. "Tunggu sebentar, ya."
Loke melesat ke arah Lucy, lalu membisikinya. "Dengar, aku tahu kau ingin tak diawasi kan? Jalan-jalanlah, kalau sudah selesai, telepon aku," bisik Loke cepat. Lucy hanya menatap Loke dengan tatapan yang sulit diartikan. "Tolong, dia gebetan baruku, ehem, tentu aku tak akan melupakanmu! Tapi ini penting," mohon Loke pada Lucy. Lucy hanya sweatdrop mendengar bagian dimana ia mengatakan ia belum tobat juga.
"Baiklah," jawab Lucy dengan nafas lelah.
"Terima kasih, Lucy-chan," dan Loke melesat lagi dengan kecepatan cahaya. Terlihat ia menarik cepat tangan gadis itu, dengan tatapan playboy bertemu mangsa.
Lucy hanya menghela nafas sebal, lalu berjalan-jalan di sekitar sana. Ia melihat stand es krim. Wow, just a great ice cream in a hot summer.
Lucy membeli 1 scoop es krim strawberry, dan berjalan pergi setelah membayarnya. Namun, baru saja ia hendak menjilat es krim itu, tubuh tegap di depannya tiba-tiba berbalik dan menabraknya. Es krim strawberry yang malang itu terjatuh dengan sangat menyedihkan.
Mata Lucy membelalak karena terkejut, lalu menengadah untuk melihat wajah orang yang lebih tinggi darinya itu. Saat melihat wajah pria itu, entahlah, Lucy sempat terpaku sejenak. Segala kata-kata bentakan, juga caci maki yang hampir meledak dari mulutnya rasanya tertahan di tenggorokan.
Mata pria itu masih tertuju pada es krim yang jatuh, lalu menuju ke mata Lucy. Mereka sempat saling pandang sejenak, sebelum Lucy tersadar lebih dulu.
"Hei, kau menjatuhkan es krimku!" ujar Lucy setengah membentak karena kesal.
Pria di hadapannya langsung menunjukkan cengiran bersalahnya sambil menggaruk belakang kepalanya itu. "Haha, gomen, aku gak sengaja!"
"Enak aja main minta maaf! Es krimku gak akan bisa kembali hanya dengan minta maafmu!" Lucy menunjuk-nunjuk es krimnya yang jatuh dan mencair itu.
"Ya-Ya sudah, aku ganti!"
Lucy dan pria itu kini duduk di kursi taman, sama-sama menjilati es krim masing-masing.
"Terima kasih untuk ganti ruginya!" Lucy menengok ke arah pria berambut merah muda itu dengan senyuman simpul di wajahnya.
"Tentu!" es krim pria itu sudah habis.
"Jadi, siapa namamu?"
"Natsu, Natsu Dragneel!" jawab Natsu itu sambil tebar senyuman lagi.
"Aku Lucy, Lucy Heartfilia, yoroshiku ne," Lucy baru saja menghabiskan es krimnya, lalu mengulurkan tangannya, mengajak Natsu untuk berjabat tangan. Tentu disambut Natsu dengan senang.
"Kau sendirian saja?" tanya Lucy pada Natsu yang sedang merogoh handphone di sakunya.
"Ya, tadi aku habis mengantar adikku, lalu dia dijemput temannya, dan ya.. Sekarang aku bersamamu kan?"
Lucy bisa merasakan sensasi hangat di pipinya. Bisakah Natsu jangan mengatakan kalimat seperti itu? Kalimat itu bisa saja menimbulkan kesalahpahaman!
"I-Iya."
"Kau sendiri?" Natsu sudah negotak-atik handphone touchscreennya.
"Aku? Aku datang dengan kakak sepupuku yang playboy itu, lalu ditinggal pacaran! Huh, dasar," gerutu Lucy sebal, sambil sesekali membisikan caci makinya yang tak tersampaikan pada udara hangat musim panas ini. "Malah aku tidak tahu jalanan sini, pulang tidak tahu jalan, mau jalan-jalan juga tidak tahu kemana."
"Oh, jadi kau seperti orang tersesat sekarang?" Natsu kembali mengantongi handphonenya, lalu berdiri dan merenggangkan pinggangnya. Tiba-tiba, dia menjulurkan tangannya di hadapan Lucy yang langsung menatap tangan Natsu seperti manusia purba yang baru saja menemukan makanan. "Ayo ikut aku, aku masih tahu jalanan sini kok."
Lucy ragu. Ia baru mengenal orang ini sekitar setengah jam lalu. Apa ia bisa mempercayakan dirinya pada pria asing ini? Dengan perlahan, Lucy meletakkan tangannya di tangan Natsu.
"Ya sudah, tunggu apa lagi, ayo!" dan Lucy bingung ia menentukan pilihan yang salah atau benar. Natsu langsung menyeretnya pergi entah ke belahan dunia mana.
"Aku capek, bodoh!" nafas Lucy tersengal, lalu memegang lututnya saat mereka berhenti.
"Yang penting kita sudah sampai sekarang," sanggah Natsu semangat, sambil merentangkan kedua tangannya lebar-lebar. "Ini tempat kesukaanku dulu!"
Lucy melihat pemandangan di depannya. Sebuah danau yang berada di tengah pepohonan rimbun yang tinggi. Udaranya cukup sejuk, dan tentu, suasananya sangat tenang.
"Sayang sekali, gak ada Happy, dan aku gak bawa pancingan," gumam Natsu sambil berkacak pinggang di tepi danau itu. Lucy menyusulnya dan berdiri di sebelahnya.
"Happy?"
"Kucing peliharaanku. Bukan kucing sih, tepatnya ras exceed. Ras kucing langka. Wendy juga punya kok."
"Wendy?"
"Adikku. Miliknya namanya Charle. Hah.. Aku yakin Happy kangen sekali dengan si Charle, mereka berpisah setahun!"
"Setahun?" tanya Lucy dengan sebelah alis terangkat.
"Ya, dulu aku tinggal di sini, tapi.. Setahun lalu aku dan ayahku pindah rumah, ayah dan ibuku berpisah entah karena apa, adikku ikut ibuku dan tetap tinggal di sini. Dan yah.. Kali ini aku datang berlibur ke sini untuk mengunjungi ibu dan adikku," kenang Natsu, masih dengan senyum mengembang di paras tampannya. Matanya terlihat menerawang ke arah air danau yang tenang.
Lucy cukup terkejut, namun selanjutnya menepuk bahu Natsu ringan. "Yang sabar, aku tahu perasaanmu."
"Loh? Orangtuamu juga berpisah?" Natsu menengok ke arah Lucy.
"Tidak sih.. Tapi ibuku sudah pergi lebih dulu."
"Pergi lebih dulu? Ke mana?"
"Ke tempat yang tidak bisa ditemui siapapun. Surga."
Natsu dengan cepat meneguk ludahnya gugup, merasa sangat bodoh. "Maaf, aku menyinggungmu?"
Lucy menoleh, lalu tertawa ringan. "Ah, tidak apa! Sudah biasa kok, lagi pula kejadiannya sudah lama."
Natsu mengangguk-angguk, lalu duduk di pinggir danau itu.
"Ngomong-ngomong, tadi kau bilang kau tidak tahu jalanan Magnolia?"
Lucy ikut duduk di sebelah Natsu. "Ya, aku gak tahu apa-apa di sini."
"Memangnya kau bukan orang sini?"
"Bukan, aku dari luar kota, aku baru tiba kemarin, sampai akhir bulan aku di sini," Lucy memungut sehelai daun yang gugur dari pohon-pohon tinggi di sekitar mereka, sambil mengamatinya.
"Aku sudah di sini sejak seminggu lalu, aku akan kembali minggu depan, ayahku menyuruhku untuk menemaninya di sisa liburan musim panas."
Lucy menjatuhkan daun gugur itu, lalu menoleh. Ada sebersit rasa aneh saat mendengar kalau Natsu akan pulang minggu depan. Entah perasaan apa, Lucy tak tahu.
"Begitukah? Kau masih punya waktu seminggu kan?"
"Yup!" Natsu menyanggakan tangannya di tanah, lalu menguap sedikit.
"Bisa jadi tour guide aku seminggu ini? Aku benar-benar tidak bisa mengandalkan kakak sepupuku itu! Lihat saja hari ini, aku dicampakkan!" kata Lucy heboh, rasa kesalnya kembali merembes keluar.
"Baiklah, aku juga gak ada kerjaan! Jadi.. deal?" Natsu menyeringai sambil memberikan telapak tangannya pada Lucy. Lucy melihat ke arah Natsu lalu menepukkan tangannya di sana.
"Deal!"
"Baiklah!" kata Natsu kembali memasang grinsnya ke arah danau. "Nanti malam ku ajak kau makan malam di tempat makan terenak di Magnolia!"
Lucy tersenyum kecil, dengan rona merah yang mempermanis wajahnya. Lucy mengambil handphone di tasnya, lalu mengetikkan sesuatu di sana.
'Loke, tidak usah jemput aku, aku akan pulang sendiri setelah makan malam.'
Send!
"Terima kasih sudah menemaniku hari ini," ucap Lucy ketika mereka telah sampai di depan rumah Loke.
"Douita! Setidaknya aku jadi gak bosan jalan-jalan sendirian," jawab Natsu gugup sambil menggaruk belakang kepalanya. "Ah iya, ibuku akan mencariku, aku pulang dulu, Jaa!" Natsu langsung berbalik dan berjalan pulang.
Lucy hanya tersenyum melihat punggung Natsu yang semakin menjauh. Sebelum membuka pagar, ia mengeluarkan handphonenya, dan mengetikkan sesuatu di sana.
'Petualangan hari pertama selesai!'
TBC
Um.. Aku gak tau ini bagaimana. Tolong tuangkan pendapatnya ya. Oh iya, aku baru bisa update dan baca fanfic lain hari Jumat depan ._. Aku UN, jadi harus fokus dan gak boleh buka-buka alat elektronik ._. Ah iya, mohon doanya juga ya semuanya untuk UN-ku *bungkuk-bungkuk*
Oh iya, aku punya target :/ Jadi, sampai aku online lagi tanggal 9, aku menargetkan 5 reviews, walaupun gak bagus, aku mohon saran dan kritiknya ._. Yah, aku mohon pendapatnya aku harus keep atau delete.. Ah iya, karena ini seperti jurnal tentang libur musim panas mereka dalam 1 minggu, alias 7 hari, jadi 1 chapter isinya tentang 1 hari ._. Oh iya, gak akan aku jelaskan secara detail, mungkin akan lebih.. yah, lihat nanti saja deh :)
Oke deh, aku mohon reviewnya ya, jaa~
