Panas.
Sejak tadi hanya itu yang dirasakan oleh tubuh mungil yang meringkuk di atas kasurnya yang nyaman. Malam telah membumbung tinggi, namun sejak tadi tubuh dan pikirannya tidak dapat beristirahat dengan tenang. Sebaliknya, ia semakin sulit untuk memejamkan mata beriris birunya.
Tubuh yang dibalut dengan kulit berwarna tan itu hanya membolak-balikkan tubuhnya ditambah keringat dingin yang terus mengucur dengan deras. Sudah sejak tadi bajunya telah basah dan melekat pada tubuhnya yang ramping namun memiliki otot yang jelas terlihat, karena meskipun masih bocah ia tetaplah seorang lelaki.
Ia mengerang merasakan keadaan tubuhnya yang tak biasa. Dirinya hanya mengira-ngira, penyakit apa yang kini hinggap ditubuhnya? Namun ia merasa bahwa hal tersebut mustahil dengan adanya siluman yang berdiam di dalam tubuhnya dan selalu menyembuhkan semua penyakit yang dideritanya. Atau mungkinkah ia keracunan makanan? Well, hal itu masih memungkinkan bagi tubuhnya yang kecil.
Tapi tidak, ia kembali menampik pemikiran tersebut. Ada yang berbeda dengan kondisinya saat ini.
"Huh?"
Ia melihat tubuh bagian bawahnya. Dan mata birunya membulat dengan lebar seolah ingin lepas dari rongga kelopak matanya. Dirinya dapat melihat celananya yang kini telah basah dan membasahi tempat tidurnya. Sudah jelas ini bukan karena dirinya yang mengompol, karena demi Tuhan, ia sudah berumur 13 tahun.
Tubuhnya gemetar dengan hebat. Ia menggelengkan kepalanya seolah tak percaya. Dirinya tak ingin mengakui hal ini, meskipun ia sering dikatai bodoh, namun ia tahu tanda-tanda apa yang terjadi padanya.
"Tidak…" lirihnya sambil meneteskan air mata dari iris biru matanya yang jernih. "Tidak mungkin… TIDAAAAAAAKKK…!"
Jeritan melengking yang dikeluarkannya di malam hari pada musim panas saat umurnya baru menginjak 13 tahun, menjadi momok yang ditakutinya dalam meraih mimpinya dimasa mendatang.
|\_/|
( ^_^ )
Love vs Instinct
Naruto © Masashi Kishimoto
Warning : SasuNaru, Alpha Beta Omega Dynamics, Ninja-verse, Alpha/Omega pair, pheromone, mating in heat
|\_/|
( ^_^ )
For Fujodanshi Independence Day #8
|\_/|
( ^_^ )
Manusia adalah makhluk dengan intelijensi yang tinggi sehingga dianggap sebagai makhluk yang memiliki tingkat derajat lebih tinggi bila dibandingkan dengan hewan atau lainnya. Namun di dunia ini, insting yang terdapat dalam manusia pun tak ada bedanya dengan insting hewan. Mereka tetap membutuhkan makanan, air, keinginan bertahan hidup, berkembang biak dan sebagainya. Hal inilah yang membentuk manusia menjadi tiga kategori berbeda dalam menjalani kehidupan mereka, yakni Alpha, Beta dan Omega.
Alpha, adalah jenis manusia yang memiliki kemampuan tinggi untuk menjadi pemimpin dalam kelompoknya. Dimana para Alpha memiliki kecerdasan, kekuatan dan kemampuan lainnya jauh lebih baik bila dibandingkan dua jenis lainnya. Ada sekitar 15 persen Alpha di dunia, namun mayoritas adalah pria. Meskipun ada beberapa juga Alpha berkelamin wanita, tetapi Alpha wanita tidak akan dapat memiliki keturunan karena tidak memiliki rahim dan tidak dapat membuahi. Namun kemampuan Alpha wanita sangatlah tinggi sehingga disegani oleh Alpha lainnya bahkan Alpha pria. Karena memiliki kemampuan yang baik, maka indera mereka lebih tajam bila dibandingkan dengan jenis manusia lainnya. Sehingga mereka dapat membedakan antara jenis Alpha, Beta maupun Omega dan dapat membaca emosi mereka berdasarkan aroma tubuh.
Lalu Beta, adalah jenis manusia yang memiliki kemampuan tak sebaik Alpha, namun jika memfokuskan pada satu atau dua kemampuan maka akan ahli di bidangnya. Beta sering disebut sebagai standar manusia yang normal sehingga jumlah merekalah yang terbanyak yakni sekitar 80 persen. Jenis manusia ini akan selalu menjadi bawahan Alpha dan tidak akan bisa menandingi kemampuan Alpha. Beta pria layaknya seorang pria yang subur dapat membuahi Beta wanita. Umumnya Beta berpasangan dengan Beta juga, meski tak jarang Beta juga dapat menjalin hubungan dengan jenis lainnya. Beta wanita dapat dibuahi pula oleh Alpha pria, namun anak yang dihasilkan akan selalu menjadi Beta juga. Sehingga tak banyak jenis Alpha yang mau berhubungan dengan Beta wanita.
Sedangkan Omega, adalah jenis yang paling langka bila dibandingkan dengan tiga jenis lainnya. Berbeda dengan Alpha yang terbentuk sebagai pemimpin, atau Beta sebagai masyarakat umum, Omega adalah jenis manusia yang dikhususkan untuk berkembang biak, alias sebagai subjek khusus untuk dibuahi dan melahirkan. Mayoritas Omega adalah wanita, namun terkadang ada pula Omega pria. Dimana Omega pria tidak dapat membuahi siapapun. Dikatakan bahwa Omega adalah pasangan ideal bagi seorang Alpha karena persentase untuk mendapat keturunan dengan jenis Alpha juga jauh lebih besar yakni 70 persen bila dibandingkan berhubungan dengan Beta wanita. Jenis ini berjumlah kurang dari 5 persen bila dibandingkan dengan jenis lainnya, sehingga Omega sering menjadi incaran banyak Alpha.
Di dunia ini, Omega dianggap sebagai jenis manusia yang sangat dilindungi karena dapat menghasilkan Alpha yang berkualitas apabila dipasangkan dengan Alpha dengan kemampuan tinggi. Namun banyak pula yang menganggap bahwa Omega hanya bertugas untuk dibuahi saja dan sering tidak mendapat perlakuan baik terutama jika memiliki kemampuan yang tak kalah bagus seperti dua jenis lainnya.
Hal ini karena ketika Omega tengah mengalami Heat atau musim untuk dibuahi, mereka akan mengeluarkan feromon yang menarik Alpha mendekat disekitarnya, namun feromon ini tidak akan diketahui oleh Beta. Alpha yang terkena feromon ini akan mengikuti instingnya untuk membuahi sang Omega dan menandainya sebagai milik mereka. Banyak pikiran kolot yang menganggap bahwa Omega hanya boleh diperlakukan sebagai 'istri rumahan' saja dan tidak berhak untuk menerima posisi penting dalam suatu pekerjaan. Karena dianggap akan mengganggu lingkungan sekitarnya terutama jika berada di lingkungan dimana Alpha bekerja.
Karenanya banyak sekali Omega yang menyembunyikan identitas dirinya ketika berada di tempat umum dan sangat berhati-hati untuk tidak keluar dari rumahnya ketika tengah mengalami Heat. Mayoritas Omega mengalami Heat setiap tiga bulan sekali dan berlangsung selama tiga hari berturut-turut dimana tubuh mereka sedang berada dalam tingkat birahi tinggi untuk dibuahi. Karenanya pada saat-saat seperti itulah para Omega akan mengunci diri di rumah mereka.
Namun kini sudah ada obat penahan feromon yang dikeluarkan untuk para Omega ketika akan mengalami Heat. Obat ini disebut dengan Suppressant dimana akan menahan feromon para Omega sehingga tidak akan terlalu meluas dan mempengaruhi Alpha yang ada disekitarnya. Karena banyak sekali terjadi kasus dimana beberapa Alpha bertarung untuk membuahi Omega yang sedang mengalami Heat. Untuk itu akhirnya peneliti kesehatan membuat obat tersebut untuk mengurangi jatuhnya Alpha dan semakin berkurangnya jenis Alpha.
Para petinggi di jajaran pemerintahan biasanya menyembunyikan keberadaan seorang Omega untuk nantinya dipasangkan dengan seorang Alpha. Karena Omega harus dipasangkan dengan seorang Alpha untuk melahirkan Alpha berkualitas sehingga mereka sangat dilindungi.
Dan disinilah ketiga jenis manusia ini hidup berdampingan. Dimana para Shinobi yang terdiri dari Alpha dan Beta menjadi pelindung bagi koloni dan desa mereka. Namun diantaranya masih ada Omega yang berjuang untuk mendapatkan pengakuan dan tak hanya diperlakukan sebagai 'peliharaan' saja.
|\_/|
( ^_^ )
Berkedip sekali, dua kali…
Cahaya matahari perlahan memasuki ruangan gelap itu dari celah tirai jendela yang tertutup. Namun hal tersebut sudah cukup untuk membuat kedua iris berwarna gelap itu terbuka dari kelopak yang tadi menutupnya. Ia memperhatikan sekelilingnya dengan seksama dan menghela nafas begitu tahu bahwa ia berada di dalam kamar tidurnya.
Perlahan dan pasti Uchiha Sasuke bangkit dari tempat tidurnya dan mulai melakukan kegiatannya di pagi hari, seperti membasuh wajah, berganti pakaian dan membuat sarapan. Sambil menyantap sarapannya, ia memperhatikan cuaca di luar jendela apartemennya yang sangat cerah. Pemuda berkulit putih tersebut hanya mendengus sambil menyunggingkan sedikit senyuman.
Sasuke tak menyangka bahwa kini ia telah kembali berada di tengah-tengah Konoha Gakure yang menjadi tempat dirinya dilahirkan namun juga bersamaan dengan kenangan pahitnya yang kelam. Ia yang sebelumnya adalah seorang buronan, kini telah kembali meski masih sering diawasi oleh Anbu yang diperintahkan oleh sang Hokage. Mantan buronan ini masih sulit mendapat kepercayaan dari warga Konoha, namun ia tak peduli. Asalkan ada satu orang saja yang percaya, maka ia akan bertahan.
Iris oniks miliknya memperhatikan jam yang terpasang di dinding, saat ini baru pukul 7:15 pagi. Masih ada waktu panjang sebelum ia beranjak dari apartemennya dan keluar untuk bertemu dengan yang lainnya.
Setelah pertarungan panjang dengan leluhurnya, ia kini tinggal disebuah apartemen di suatu daerah berada di dalam Konoha yang baru dibangun kembali. Sejujurnya, Sasuke sedikit bersyukur dengan kehancuran Konoha. Karena dengan begitu, Uchiha Mansion yang menjadi kenangan pahitnya kini telah terhapuskan.
Dan kini, ia menjalani kehidupan yang tenang bersama rekan-rekannya. Pemuda yang selalu berekspresi stoic ini jadi sering tersenyum ketika ia sedang seorang diri seperti ini. Well, walaupun tak jarang pula ia tersenyum ketika bersama orang lain. Contohnya…
DOK. DOK. DOK.
Sasuke tersentak dari tempat duduknya yang masih mencoba menghabiskan sarapan yang tengah disantapnya. Ia merasa tahu siapa yang mengganggu paginya yang tenang ini.
"Temeeee… Ohayooouu… Bukakan pintunyaaa… dattebayooo…" teriak suara cempreng itu dari pintu luar apartemennya.
Pemuda bermarga Uchiha tersebut hanya mendengus kesal mendengar suara yang sudah dikenalnya tersebut. Ia berjalan dari dapurnya dan menuju pintu depan. Begitu dibukanya, helaian rambut pirang jabrik, cengiran lebar cerah yang semakin memperjelas ketiga garis pipinya yang terbalut oleh kulit berwarna tan eksotis tampak di depannya. Sasuke memasang ekspresi wajah masam.
Wajah ceria Naruto tak juga menghilang meskipun diberi sorotan mata tajam dari pemilik apartemen yang diganggunya. Sebaliknya aura yang terpancar justru tampak semakin cerah saja. Pemuda berambut raven itu hanya menghela nafas dengan berat. Ia tidak lupa bahwa apaartemen yang ditinggalinya tidak berjauhan dengan tempat tinggal si pirang ini. Hanya saja, jika diganggu seperti ini setiap harinya… tetap saja menyebalkan.
"Dobe…" desisnya. "Bisakah kau datang dengan lebih tenang? Kalau kau belum sadar, ini masih sangatlah pagi."
Namun yang didengarnya hanyalah tawa kecil dari bibir yang menyeringai dengan lebarnya. Salah satu dari tangan berkulit tan itu menepuk pundak lebar Sasuke dengan santainya, sedangkan tangan satunya menunjukkan jempolnya.
"Tidak apa-apa 'kan, Teme? Kita kan bertetangga," ujarnya dengan riang.
Rasanya ia tak tahan untuk menjitak kepala pirang itu, namun ternyata pemuda bermarga Uzumaki itu sudah membuka suaranya kembali. "Ah, Teme, kau sedang sarapan, ya? Masak apa? Sepertinya aku mencium aroma yang enak. Hey, aku boleh masuk? Ngomong-ngomong aku juga belum sarapan. Hehe…"
Sasuke mengusap wajahnya dengan sebelah telapak tangannya. Jujur saja, sudah beberapa hari ini ia sudah lelah untuk bertengkar dengan Naruto di pagi hari karena suaranya yang selalu mengganggu. Yang dapat ia lakukan saat ini hanyalah membuka pintu apartemennya selebar mungkin agar dapat dimasuki oleh pemuda pirang itu karena ia tidak ingin mendengar suaranya yang kelewat tinggi dan mengeluarkan protes.
"Oh, Teme, terima kasih. Hehe… Permisi."
Sriiiing.
Begitu Naruto melewati tubuhnya dan masuk ke dalam apartemennya menuju dapur, kembali Sasuke dapat mencium aroma manis yang menguar dari tubuh pemuda yang bercita-cita menjadi Hokage itu. Alis hitamnya berkerut memperhatikan sosok ceria yang hanya mengenakan kaos hitam dan celana oranye pendeknya. Perlahan ia menutup pintu apartemennya.
Ia berpikir, sudah 3 hari ini hidung Sasuke mencium aroma manis yang terdapat pada diri Naruto. Awalnya ia mengira bahwa hal tersebut mungkin karena si pirang memakai parfum, namun sudah beberapa kali ia tanyakan namun hanya dijawab dengan tidak. Sempat juga ia berspekulasi bahwa si pemuda kelewat ceria ini memakan makanan manis selama beberapa hari ini dan hanya dijawab dengan gerakan pada bahunya.
Kaki putih itu melangkah menuju dapurnya dan mendapati Naruto sudah bersiap untuk menyantap makanan yang ia ambil sendiri dari dapur Sasuke tanpa mengatakan apapun lagi. Dan Sasuke? Ia hanya memijat jembatan hidung mancungnya yang terasa sedikit pusing dengan polah Naruto.
Akhirnya mereka pun sarapan bersama, meski sebenarnya Naruto tidak diundang. Sambil menghabiskan makanan yang ada di hadapan mereka, Sasuke mulai menyadari bahwa hari ini, aroma manis yang diciumnya terasa lebih pekat bila dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya.
"Dobe, ada yang ingin kutanyakan," ujar Sasuke sambil meletakkan sumpitnya agar dapat memandang sosok pemuda beriris biru yang masih menikmati sarapannya.
"Hm?"
Hening sesaat sebelum akhirnya Naruto memfokuskan pandangannya pada sosok pemuda tampan di hadapannya. Alis pirang itu mengernyit heran. "Apa?"
"Kau benar-benar tidak memakai parfum atau makan kue sebelum kemari?"
Kepala berambut pirang itu menggelengkan kepalanya. "Tapi…" jeda sesaat. "Hari ini, aroma tubuhmu jauh lebih pekat bila dibandingkan kemarin."
Kali ini Naruto menaruh sumpitnya di samping makanan yang belum dihabiskannya. Ia memperhatikan ekspresi serius yang ditunjukkan oleh rivalnya. Sedikitnya ia bertanya-tanya, mengapa hal seperti aroma tubuhnya ini bisa menjadi masalah bagi temannya yang terkenal irit bicara ini?
Perlahan ia mencoba untuk mencium aroma tubuhnya sendiri. Tapi yang dapat ditangkap oleh hidungnya hanyalah wangi sabun yang ia pakai saat mandi semalam. Kembali ia mengernyitkan alisnya sambil memandang Sasuke yang tak kalah mengeluarkan ekspresi heran. Dan Sasuke dapat merasakan rasa heran pada si pirang di depannya.
"Teme, mungkin kau salah. Tapi aroma tubuhku yang dapat kucium hanyalah sabun yang semalam aku gunakan. Tak lebih," ujarnya sambil mengedikkan bahunya.
Kali ini Sasuke mengeluarkan ekspresi kesal yang kentara. "Kau mau mengatakan bahwa penciumanku ini salah?" geramnya. "Dengar, meskipun penciumanku tak setajam Kiba atau Kakashi, tapi aku masih sangat yakin bahwa penciuman hidungku ini masih berfungsi dengan baik."
"Tapi Teme, aku tidak mencium bau apapun dari tubuhku. Mungkin aroma yang kau cium bukan berasal dariku."
Grak.
Sasuke beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke arah Naruto dan berdiri di belakang pemuda berisik tersebut. Perlahan ia menghirup aroma yang keluar dari tubuh si pirang. Yang sesungguhnya tanpa ia sadari, Sasuke sudah mendekatkan wajahnya pada ceruk leher Naruto yang sejak tadi memperhatikan tingkah laku aneh rekannya.
"Aku… benar-benar bisa mencium aroma manis dari tubuhmu, Dobe," gumamnya masih sambil mendekatkan diri pada leher Hokage-wanna-be tersebut.
"Eh?"
Naruto tersentak di tempatnya ketika merasakan nafas hangat Sasuke yang terasa menggelitik di lehernya. "Sasu… apa yang kau…"
"Kau yakin tidak memakai parfum atau makan kue, Dobe?" tanya Sasuke memastikan.
Semakin lama, tubuhnya terus dicondongkan kearah leher tan itu. Sejujurnya pemuda stoic ini tidak menyukai aroma manis atau makanan manis. Hanya saja entah mengapa ia merasa tidak membenci aroma manis yang menguar dari tubuh rival berisiknya ini. Sebaliknya, ia justru semakin ingin menghirup aroma ini sebanyak yang ia bisa. Ditambah lagi wangi yang dapat dihirupnya terasa semakin pekat dan membuatnya ingin menyentuh pemuda pirang ini.
Rasanya ia ingin memeluk tubuh pemuda yang tak lebih tinggi darinya ini. Pemuda yang selalu mengejarnya tanpa lelah untuk terus percaya padanya bahwa masih ada titik kebaikan yang ada dalam diri keturunan Uchiha terakhir ini. Ingin rasanya Sasuke menggerayangi tubuh yang terbalutkan kulit eksotis ini dan melakukan hal yang tak pernah terpikirkannya. Hal ini membuatnya terus menghirup aroma manis itu dan semakin mendekatkan wajahnya pada ceruk leher Naruto hingga nafas hangatnya menyapu kulit tan itu.
"Te-teme… harus berapa kali kujawab? Ah…"
Oke, desahan itu langsung mengejutkan Sasuke dan tersadar akan tindakannya. Segera ia menjauhkan tubuhnya pada Naruto dan memperhatikan tubuh yang terbalutkan kaos hitam itu sedikit gemetar. Naruto menolehkan kepalanya sedikit dan memandang kearah Sasuke dengan warna merah menyapu pipinya.
"Bi-bisakah kau hentikan itu? Kau membuatku merinding saja," dengusnya.
Perlahan Sasuke duduk kembali ke tempatnya semula. Selama beberapa saat suasana menjadi sedikit canggung. Iris kelam Sasuke memperhatikan sosok Naruto yang kini tertunduk dalam. Ia tak dapat memperhatikan ekspresi apa yang tengah dipasang oleh pemuda keturunan dari Yondaime Hokage itu. Tapi ia dapat melihat telinga tan itu sedikit memerah karenanya.
Sasuke berdeham sedikit sebelum dengan perlahan meminta maaf kepada si pirang. Dan iris berwarna langit itu menunjukkan keindahannya perlahan, memandang langsung tepat kearah Sasuke. Naruto menganggukan kepalanya dengan canggung.
"Su-sudahlah, Teme. Rasanya aneh kau bersikap seperti itu."
Tak ingin meneruskan rasa canggung di antara mereka, sarapan pun dilanjutkan. Namun kali ini mereka lakukan sambil berbincang santai. Tak jarang pula mereka sambil bertengkar hanya karena hal-hal sepele.
|\_/|
( ^_^ )
"Sasuke-kun! Naruto!"
Suara Sakura memanggil dari kejauhan ketika melihat kedua rekannya sedang berjalan bersama. Ditangannya terdapat sebuah keranjang bambu yang tertutup oleh kain berwarna merah. Gadis dengan warna rambut seperti namanya tersebut berlari kecil mendekat. Senyuman manis tersungging dibibir mungil gadis itu.
Sasuke dan Naruto menunggu hingga rekan wanita mereka berhasil menyusul. Dan tentu saja Naruto menyambut gadis itu dengan keceriaan yang berlebih.
"Kudengar kalian sudah membantu beberapa orang dalam memperbaiki rumah yang hancur, ya?" tanya gadis itu dengan senyuman yang cerah.
Naruto menjawabnya dengan penuh semangat, sedangkan Sasuke, ia membiarkan rekan berisiknya yang menjelaskan. Ia tak ambil pusing dengan sikap Sakura yang masih saja mengejarnya untuk memperhatikan lebih dari sekedar teman. Selama beberapa saat mereka berbincang bersama. Namun kini Sasuke dapat merasakan bahwa aroma manis yang sejak tadi dapat diciumnya ketika bersama Naruto semakin pekat. Dan ia dapat melihat bahwa keranjang yang dibawa oleh rekan wanitanya adalah kue.
Sedikit ragu, Sasuke bermaksud untuk menanyakannya, namun ia juga dapat membedakan aroma manis pada tubuh Naruto dan kue yang dibawa oleh Sakura. Keduanya memiliki aroma yang berbeda meskipun keduanya beraroma manis.
"Oh ya, aku membawakan kue buatanku untuk kalian," ujar Sakura sambil memperlihatkan kue hasil buatannya pada kedua temannya.
Sasuke yang tak mengerti apa-apa hanya heran begitu melihat ekspresi yang diperlihatkan oleh Naruto ketika melihat kue yang dibawakan oleh Sakura. Karena meskipun dirinya tidak menyukai makanan manis, tapi ia bisa melihat bahwa kue itu tampak enak. Naruto yang sangat suka makan ini seharusnya menyukai kue yang tampak lezat itu, tapi reaksinya justru sebaliknya.
"Maaf Sakura, aku tidak terlalu menyukai makanan manis," ucap Sasuke.
"Ah… eh… aku… a-aku sudah makan, Sakura-chan. Hehe…" sahutnya dengan wajah yang pucat.
Sedangkan Sakura hanya menggembungkan pipinya dengan kesal melihat penolakan yang diberikan oleh rekan-rekannya. Sesungguhnya Sakura cukup tahu bahwa rekannya yang tampan itu tidak terlalu menyukai makanan manis, membencinya malah. Tapi penolakan yang diberikan oleh Naruto lebih membuatnya kesal, meskipun ia juga tahu bahwa kue buatannya pernah membuat pemuda pirang itu mengalami gangguan pencernaan karenanya.
Melihat hal itu, Naruto mencoba untuk mengalihkan perhatian temannya dan perlahan ia mulai berjalan terlebih dahulu. Perlahan Sasuke dan Sakura berjalan di belakang Naruto dan memperhatikan sosok pemuda kelewat ceria tersebut. Hal ini tentu membuat hati Sakura senang karena dapat jalan berdampingan dengan sosok yang disukainya.
Namun sejak tadi pandangan Sasuke hanya pada sosok Naruto yang berjalan tak jauh darinya dan Sakura. Ia mengetahui bahwa sejak tadi rekan wanitanya ini mencoba untuk menarik perhatiannya dengan berbincang, namun ia sedikit mengacuhkannya.
"Jadi Sasuke-kun, bagaimana kalau-"
"Sakura, apa kau sering membuatkan kue untuk Naruto?"
"Eh?"
Ekspresi bingung dikeluarkan oleh Sakura. Sambil tetap berjalan santai, gadis beriris hijau itu memperhatikan ekspresi yang terpatri pada pemuda di sampingnya. Mendengar pertanyaan itu, dirinya merasa senang dan menganggap bahwa kemungkinan Sasuke cemburu jika mendengar Naruto mendapat kue buatannya.
"Eh, tentu saja. Ada apa, Sasuke-kun? Kau juga mau kue buatanku? Hehe…"
"Bukan itu."
Doeng.
Penolakan itu membuat jiwa Sakura terpuruk sambil menangis dan berteriak 'shannaro' di dalamnya. Namun ia berusaha untuk tetap mempertahankan ekspresinya yang tersenyum. "Lalu apa?"
"Apa kau sering memberikannya kue beberapa hari ini?"
"Hmm…" gumam Sakura sambil berpikir. "Terakhir kuberi kue pada Naruto, itu sekitar seminggu lalu."
"Jadi bukan kau? Apa ada orang lain yang memberikan kue pada si bodoh itu?"
"Aku tidak tahu. Sebenarnya ada apa, Sasuke-kun? Kenapa kau menanyakan hal itu?"
Sesaat Sasuke terdiam, memutuskan untuk menceritakannya lebih dulu pada Sakura atau tidak. Namun karena hal ini mengganggu pikirannya, ia memutuskan untuk bercerita pada gadis di sampingnya. Karena mempertimbangkan bahwa gadis inilah yang mungkin paling sering bersama dengan Naruto disaat Sasuke pergi dari Konoha. Jadi mungkin hanya Sakura yang lebih memahami bagaimana kondisi Naruto saat ini.
"Sejak tiga hari lalu aku mencium aroma manis yang menguar dari tubuh Naruto. Kupikir mungkin itu karena dia memakai parfum atau memakan kue manis. Tapi saat kutanya, ia selalu menjawab tidak," ujar Sasuke masih tetap memperhatikan sosok Naruto yang berjalan di depan mereka. Ia tak memperhatikan ekspresi Sakura yang terkejut mendengarnya dan melanjutkan kalimatnya. "Ditambah lagi, hari ini aroma yang dikeluarkannya jauh lebih pekat bila dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya. Apa kau tahu sesuatu?"
Kembali Sasuke merasakan keheningan yang diberikan oleh Sakura. Penasaran, ia menolehkan pandangannya pada gadis di sampingnya. Namun ternyata langkah Sakura terhenti beberapa langkah di belakangnya. Hal ini tentu membuat Sasuke heran. Hal apa yang membuat gadis itu begitu terkejut dengan ekspresi seperti itu?
"Sakura?"
Lagi, tak ada jawaban dari gadis itu. Sasuke mengernyitkan alisnya pertanda heran. Perlahan gadis itu mendekatinya dan memandangnya dengan ekspresi yang bercampur aduk antara khawatir, cemas, tak percaya dan sebagainya. Tangan mungil milik Sakura mencengkram lengan baju yang dikenakan Sasuke dengan gemetar.
"Sa-Sasuke-kun…" panggilnya. Sasuke hanya menaikkan sebelah alisnya untuk menanggapi panggilan gadis tersebut. "Apakah…" jeda lagi. "Apakah aroma itu… aroma yang dikeluarkan oleh Naruto… membuatmu… ingin menyentuhnya lebih?"
Sasuke sedikit terperanjat mendengarnya. Ia ingin mengatakan tidak tapi lidahnya terasa kelu dan tubuhnya juga ikut menegang karenanya. Melihat reaksi ini, Sakura sudah memprediksinya. Gadis itu melepaskan cengkraman tangannya pada lengan baju Sasuke. Lalu ia berjalan melewati pemuda itu.
"Sasuke-kun, untuk beberapa hari ini, aku ingin kau menjauh dari Naruto," ucap Sakura tegas.
"Ap- Tunggu, Sakura, apa maksudmu?"
Bukannya menjawab, gadis itu justru terus menjauhinya dan mendekati Naruto. Sakura menarik lengan pemuda berambut pirang tersebut dan berbicara yang tak dapat Sasuke dengar. Maka Sasuke pun segera menyusul kedua rekannya.
"Tidak mungkin sekarang saatnya, Sakura-chan. Bagaimana kau tahu? Aku-"
"Sasuke-kun seorang Alpha dan ia sudah mencium aromamu sejak tiga hari lalu, Naruto!"
Kini Sasuke dapat melihat ekspresi terkejut yang dikeluarkan oleh rekan lelakinya. Iris biru itu memandang tak percaya pada Sasuke, sebelum berganti menjadi pandangan yang ketakutan. Wajah itu begitu pucat sebelum tiba-tiba tubuhnya gemetar dan nafasnya berubah menjadi semakin pendek.
Sasuke yang melihat reaksi aneh pada rekannya itu tiba-tiba mencium aroma yang jauh lebih pekat dari Naruto. Aroma manis itu membuat kepalanya terasa pusing dan pandangannya sedikit mengabur. Ia merasa pikirannya sulit untuk dikontrolnya, karena saat ini entah kenapa ia ingin menyentuh kulit tan itu lalu menggerayanginya. Sasuke merasa ingin menjilati seluruh tubuh itu dan menggigit leher jenjang Naruto dan menandainya.
Tanpa sadar hal ini membuatnya terus melangkah dan tangannya sudah terjulur untuk mencengkram pergelangan Naruto. Ia ingin menyeret pemuda itu ke dalam apartemennya. Merobek baju yang dikenakannya dan…
Plak.
Sebelum Sasuke bisa menyentuh Naruto, Sakura sudah menghadang di depannya dan menampik tangan putihnya dengan cepat. Sesaat Sasuke merasa terkejut dengan reaksi yang diberikan. Ia dapat melihat pandangan tajam yang dikeluarkan oleh gadis di depannya seolah mengatakan 'jangan sentuh'.
"Sakura…" tanpa sadar pemuda stoic itu menggeram pada rekan wanitanya. Suara geraman yang dikeluarkannya terdengar sangat dalam dan seperti percikan kemarahan. Hal ini membuat baik Sakura maupun Naruto sempat gemetar karenanya. "Apa yang kau lakukan?" pertanyaan yang dikeluarkan Sasuke terdengar sangat dingin.
"Sa-Sasuke-kun, tenanglah. Kau sedang tidak mengendalikan dirimu. Saat ini kau sedang dikendalikan oleh instingmu, bukan dirimu."
Sebaliknya, respon itu membuat Sasuke menggeram semakin keras dan ia telah memasang kuda-kuda untuk merebut apa yang diincarnya. Pandangannya fokus pada Sakura dan hendak menyingkirkan gadis itu dengan kekerasan. Hal ini tentunya membuat gadis itu juga waspada apabila pemuda yang disukainya itu menyerang dengan tiba-tiba.
Wush. Duak. Brak.
Belum sempat keduanya bereaksi, sebuah pukulan telak mengenai wajah Sasuke. Dan yang menyerangnya adalah Naruto yang memukul wajahnya langsung dan terpental sejauh beberapa puluh meter dari tempat ia berdiri semula. Sasuke bisa merasakan ngilu dan darah yang merembes dari mulutnya keluar.
"Hentikan, Sasuke! Kalau kau berbuat sesuatu pada Sakura-chan, aku akan membuat perhitungan denganmu, kau dengar aku, Teme?!" teriaknya. Namun tak lama tubuh pemuda berambut pirang itu gemetar dengan hebat. Ia merasa kakinya menjadi lemas seperti jeli. Kaki Naruto berjalan mundur untuk mencari penopang.
Bruak.
"Uaaahh…!"
"Naruto!" teriak Sakura terkejut ketika yang membuat Naruto jatuh terbaring adalah Sasuke yang menindih di atasnya. Kedua tangannya mengunci tangan Naruto agar tak memberontak.
"Sa-Sasuke, lepaskan! Aah…"
"Naruto… kau…" pandangan Sasuke hanya berfokus pada sosok yang berada dalam kurungan tubuhnya. Aroma manis yang menguar dan membuat tubuhnya bereaksi diluar kendalinya ini, tidak salah lagi. "Kau seorang omega?"
Iris biru yang biasanya cerah bagaikan langit di musim panas, kini meredup bagaikan tertutup mendung. Dan setetes dua tetes air mata terjatuh dari kelopak mata yang terpejam itu. Menyembunyikan keindahannya di antara rasional dan instingnya yang terus bertabrakan dimana ia ingin meraup tubuh itu atau memeluknya dengan kelembutan yang tak biasa.
"Dobe…" sebelah tangannya mencoba untuk menghapus air mata yang terus mengalir.
Degh. "Aah…"
Keduanya tersentak dan sedikit mendesah ketika kulit mereka saling bersentuhan dengan lembut. Rasa panas menjalar dari interaksi tersebut. Tubuh Naruto memberikan respon dengan mencoba untuk mendapatkan sentuhan yang terasa nyaman di wajahnya itu. Ia ingin disentuh lebih jauh lagi.
Sedangkan Sasuke, dari sentuhan itu ia dapat merasakan panas yang membuat dirinya bergairah dan ingin menjadikan tubuh itu miliknya. Tak pernah ia merasakan hal seperti keinginan sekuat ini meskipun ini bukanlah kali pertamanya bertemu dengan seorang Omega yang mengalami Heat di depan matanya. Sebagai seorang Alpha, ia dapat mencium aroma feromon yang dikeluarkan para Omega, tapi tak pernah ia merasa terpengaruh hingga sekuat ini. Biasanya ia merasa sedikit pusing seolah kesadarannya dikendalikan sebelum rasa jijik memenuhi rongga hatinya dan menampik semua Omega yang mendekatinya. Namun kali ini berbeda. Ia tahu, dan ia ingin dengan suka hati untuk menyentuh pemuda di depannya dan menjadikan Naruto sebagai miliknya.
Dan itulah hal yang akan dilakukannya. Ibu jarinya menyentuh bibir yang biasanya berteriak memaki Sasuke dengan kesal. Ia bisa merasakan kelembutan pada bibir tipis itu. Dirinya bertanya-tanya, jika bibirnya saja selembut ini, bagaimana dengan bagian lainnya? Akankah sama atau lebih lembut dan menggairahkan? Ia ingin merasakan lebih, namun instingnya ingin menjadikan makhluk di bawahnya ini miliknya terlebih dahulu.
"…milikku…" gumamnya sambil mendekatkan wajahnya pada ceruk leher Naruto.
Hal ini membuat mata biru itu terbuka lebar dan memperhatikan rekannya yang kini berusaha untuk menandainya. Naruto berusaha untuk mengembalikan kesadarannya yang tadi sempat terbuai oleh sentuhan Sasuke. Sekuat tenaga ia memberontak dan menolak sosok pemuda Uchiha di atasnya meskipun kekuatannya perlahan mulai memudar setiap sentuhan yang diberikan pada tubuhnya. Tapi tidak, ia tidak menginginkan hal ini.
"Tidak! Sasuke, lepaskan aku! Sasuke… kumohon…"
Duak.
Kali ini giliran Sakura yang menyelamatkan Naruto dari Sasuke dengan memukul wajah tampan itu sekuat tenaga. Dan lagi, sosok Sasuke terpental sejauh beberapa puluh meter karena tidak bersiaga pada sekitarnya. Sesaat pandangannya mengabur sebelum ia dapat melihat Sakura mencoba membantu Naruto untuk berdiri.
"Sakura-chan… bawa aku ke tempat baa-chan. Ada yang tak beres dengan tubuhku kali ini," ujar Naruto dengan suara yang gemetar.
Sakura hanya mengangguk sebelum ia membopong pemuda pirang itu di pundaknya dan segera melompat menghilang dari pandangan iris hitam Sasuke yang masih berusaha untuk menghilangkan rasa sakit di pipinya. Melihat tak ada lagi Omega yang diincarnya, iris mata itu pun berubah menjadi semerah darah dengan pola tiga magatama yang melingkar disekitarnya. Jiwa Alpha miliknya merasakan amarah yang menguasai ketika melihat Omega yang menjadi potensial pasangannya menghilang dibawa oleh orang lain. Yang terparah, dibawa oleh seorang Beta wanita. Ia menggeram dengan keras.
"Naruto… kau milikku!"
|\_/|
( ^_^ )
Continue? Yes or no?
|\_/|
( ^_^ )
Loohaaa, Fujodanshi-minna…
Udah lama ya gw ga bikin penpik. Kalau kalian ngerasa cerita ini berkesan terburu-buru n ga ada feel-nya, maaf ya. Gw dah lama ga bikin penpik, apalagi di fandom Naruto. Gw ngerasa kayaknya udah out dari fandom ini sejak adegan NaruSaku kissing di manganya. Ditambah lagi sekarang mereka udah nikah ama cewe n punya anak. Rasanya makin ogah gw balik ke fandom ini. Makanya gw ga tau latar mereka selesai perangnya kayak gmn dan ga gw jelasin disini. Wkwkwkwk… :v
Rasanya pengen bye maksimal dr fandom ini. Tp ga tau kenapa malah bikin lagi pair fave pertama gw ini. Mgkn ini yg namanya cinta pertama sulit dilupakan ya? Halah preeett… _
Gw lebih suka di fandom western dr pd anime skrg. Lbh bervariasi aja pairnya jd ga ngebosenin. Dan soal ABO Dynamics ini juga pertama kali gw tau pas di fandom Avengers dan ternyata seseru ini. Jadi makanya gw pengen coba fandom eastern juga ada cerita soal Male-Omega gini. Mgkn gw bukan yg pertama bikin ABO Dynamics di fandom Naruto, tp gw harap kalian suka. ^_^
Kalo kalian kurang ngerti dengan dasar ABO Dynamics ini, bisa coba cari di wiki ya?
Thanks for reading.
Mind to review?
