Author: aurorarosena
Cast: GOT7, BTS, iKON, Seventeen, etc.
Pairing: MarkBam
Rate: T
Genre: School-life, mystery/horror, romance
Disclaimer: Casts aren't mine, storyline/plot is mine
Warning: typo(s), boyxboy, indonesian, bahasa amburadul/?, etc.
Please leave this story quickly if you don't like the casts, story, and author :)
.
.
.
.
"Mmm, kau masih waras kan?"
"Aku seratus persen waras! Aku tidak gila!"
"Kau... apa sih yang kau bicarakan?"
"Sakit, ya?"
"IH! Kenapa tidak ada satupun dari kalian yang mengerti?!"
"Karena... hal itu sangat tidak mungkin."
"Tapi ini terjadi, benar benar terjadi."
"Pulang gih, Bam, kau mungkin perlu istirahat."
"AAARGHH!"
"Omo! Marah dia!"
"Terserah kalian saja! Percaya atau tidak, tapi hal ini benar-benar nyata."
"Habisnya itu kan tidak masuk akal."
"Ya, ya, ya. Talk to my hand!"
"Which hand? Right or left?"
"JUNHOEEEEEEEEE!"
"Ya, ampuni Junhoe, ya."
"Sekali lagi kalian bicara, akan kurobek mulut kalian satu persatu!"
"Lemnya permanen, Bam, tidak akan robek."
"..."
Jantung Bambam nyaris saja berhenti berdetak karena terlalu kelelahan menghadapi sikap sahabat-sahabatnya yang menyebalkan, super menyebalkan. Bukannya meyakini apa yang Bambam katakan, mereka malah mengolok-oloknya. Memang terdengar tidak masuk akal, tapi setidaknya mereka punya simpati dan rasa penasaran walaupun hanya sekedar berpura-pura.
Bambam menyerah, ia tidak ingin lagi berbicara dengan teman-temannya untuk beberapa saat. Ia memilih untuk pergi sendirian ke suatu tempat yang sepi dan melupakan segala beban di kepalanya sejak beberapa waktu yang lalu.
Sepi...
Sepi...
Mulai detik ini, Bambam membenci yang namanya kesepian.
"Haduh..." bulu roma Bambam seketika merinding, padahal dia baru berjalan beberapa meter saja jaraknya dari teman-temannya.
Malu-malu, Bambam kembali mendatangi para sobatnya dan diam-diam muncul di tengah-tengah mereka.
"Mwoya?!"
"Hhe..." Bambam menyeringai polos.
"Kenapa? Tidak jadi perginya, huh?"
"Hehe... jangan begitu dong, kalian ini jahat sekali."
"Takut, yaaaaa?"
"Iya."
"Penakut."
"Kalau bertemu lagi bagaimana?"
"Tandanya kalian berjodoh, Bam."
BUGH! Dengan penuh kasih sayang, Bambam memukul punggung Junhoe hingga suara tulangnya terdengar dari jarak dua meter. Saking kerasnya, kaki Junhoe melemas hingga ia terjatuh ke lantai menahan rasa sakit.
"Bam, pernah nonton smack down tidak? Kita bertengkar, yuk! Persis seperti itu." Junhoe meringis kesakitan di lantai.
"Siapa takut!?" tantang Bambam.
"Sudah, Bam, jangan menyiksa Junhoe terus. Kasihan pacarnya, mereka belum menikah." ujar seorang teman yang lainnya, Jungkook.
"Tidak usah menikah saja!" balas Bambam galak. "Sekali lagi kau meledekku, penismu hilang!"
"Memang Junhoe punya penis?" tanya yang lainnya seraya menahan tawa.
"Nah! Tidak punya kan!?"
"Kalau memang benar begitu adanya, bisa kau tunjukkan, Bam?"
"Pergi saja sendiri ke toilet laki-laki, aku tidak mau buang air di sana lagi."
"Jadi nanti kau akan buang air di mana? Toilet perempuan?"
"YA! TERSERAH!"
Kali ini, Bambam benar-benar pergi meninggalkan teman-temannya dan tidak berniatan untuk kembali. Ia pergi ke suatu tempat yang ramai, di mana ia tidak sendirian lagi, di mana banyak orang dan kegiatan di tempat itu.
Mulai hari ini, mulai jam ini, mulai menit ini, mulai detik ini juga, Bambam tidak akan membiarkan dirinya pergi sendirian, kemana pun. Tidak perduli siapa orangnya, intinya Bambam harus selalu memiliki orang di sampingnya untuk sekedar menemani.
Ya... kemana saja, terutama tempat yang sepi.
Penakut.
Memang.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Oh? Boo!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bambam POV -
Aniyo, aku tidak akan pergi ke tempat itu lagi. Aku akan bersumpah pada diriku sendiri, aku rela buang air di toilet perempuan dan diejek sekali pun, yang pasti aku tidak akan pernah pergi ke toilet laki-laki lagi. Atau perlu aku buang air di bawah pohon? Siapa yang peduli, aku namja, hal seperti itu adalah hal yang biasa.
Sahabat-sahabatku, mereka semua memang sahabatku, tapi terkadang sikap acuh tak acuhnya mereka itu sedikit keterlaluan. Apakah mereka tidak melihat wajahku yang kebakaran jenggot itu? Aku nyaris saja pingsan di kamar mandi laki-laki karena...
Ah, aku bahkan benci untuk mengatakannya.
Duduk sendirian di tempat ramai seperti ini saja sudah membuatku takut, padahal di sekitarku banyak orang yang berlalu lalang. Aku benar-benar membenci hal ini, aku rela mengidap amnesia demi bisa melupakan kejadian ini.
"Ekhm." seseorang menyadarkanku dari lamunan. Aku baru sadar kalau daritadi aku tengah bersandar di atas motor orang lain.
"Oh!" aku buru-buru menjauh dari motornya.
Phew, ternyata motor ini milik Mark hyung, pantas saja motornya keren dan mengkilap begini.
"Mianhae, hyung." kataku dengan pelan.
Hyung ini tidak sendirian, di belakangnya ada seorang yeoja cantik, yeoja ini bagaikan bidadari yang jatuh ke bumi. Begitu juga dengan Mark hyung... parasnya yang bak pangeran itu membuat mereka sangat serasi bersama-sama.
Mark hyung dan Jiyeon nuna, sepasang kekasih paling top dari kelas tiga, semua orang di sekolah ini mengenal mereka dan memuja-muja mereka layaknya raja dan ratu, mungkin termasuk aku. Keduanya sama-sama punya sifat yang dingin dan cuek, tapi ketika mereka jadian, mereka menciptakan sebuah hubungan yang sempurna dan tak ada yang menandingi.
"Siapa dia, chagi?" tanya Jiyeon nuna.
"Oh, adik kelas." Mark hyung menjawab dengan santai.
Karena merasa kikuk, aku memutuskan untuk pergi dan membiarkan mereka berduaan saja. "Ehm, aku permisi dulu hyung, nuna."
"Mmm." jawab Mark hyung dengan gumamannya. Buru-buru aku meninggalkan mereka berdua dan mencari lagi keberadaan teman-temanku yang menyebalkan itu.
Si Junhoe, Jungkook dan Mingyu, tiga orang tinggi-tinggi yang membuatku terlihat seperti kurcaci setiap kali aku berada di antara mereka. Sial memang.
Mungkin mulai saat ini, aku tidak akan buang air di sekolah lagi. Aku akan buang air sebanyak-banyaknya di rumah dan tidak meminum apapun sebelum sekolah usai.
"BOO!"
"OMO!"
"Hahahahaha."
"Yak! Hyung!"
"Hehe, sendirian saja, Bam? Teman-temanmu yang jahil itu kemana?"
"Entahlah, mereka da di suatu tempat."
Huft, kukira dia adalah sesuatu yang kulihat di WC, ternyata hanya Youngjae hyung. Selain teman-temanku, Youngjae hyung juga orang yang menyebalkan dari kelas dua, dia sering menjahili adik kelas dengan kedua sahabat kembarnya, Kwangmin dan Youngmin. Tapi di samping itu, Youngjae hyung adalah orang yang menyenangkan.
"Wajahmu terlihat pucat. Kau sakit?"
"Aniyo." aku menggelengkan kepala.
"Eish, kau sepertinya sedang dalam masalah." tebaknya. "Tidak apa-apa, kau bisa bercerita kepadaku."
"Mmm, aniyo, hyung pasti akan menganggapku gila seperti sahabat-sahabatku." aku manyun.
"Kita sesama gila, kan? Tidak apa-apa saling berbagi." Youngjae hyung terkekeh seperti idiot.
"Masalahnya aku tidak gila."
"Oke, oke," dia berhenti tertawa, "kalau begitu ceritakan saja apa yang membuat wajahnya terlipat seperti itu. Choi Youngjae siap untuk mendengarkan." dia terlihat sangat aneh. apalagi saat ia berseri-seri sendirian seraya menepuk dadanya. Tapi, jika dilihat dari wajahnya, Youngjae hyung mungkin bisa dipercaya untuk hal yang satu ini.
Akhirnya, aku mengajaknya duduk di kantin berduaan dan menceritakan segala macam hal yang baru saja kualami hari ini. Kejadian gila yang nyaris membuatku pingsan di toilet pria hari ini.
- flashback -
Author POV -
"Saya permisi dulu." Bambam memberi hormat kepada gurunya lalu berjalan keluar dari kelas menuju ke toilet yang paling dekat.
Sudah dari setengah jam yang lalu Bambam menahan diri untuk keluar dan buang air kecil, tapi guru tidak memperbolehkannya sebelum ujian biologi milik Bambam selesai di kerjakan.
"Aaaaah..." bulu roma Bambam bergidik saat air mani yang ia tahan daritadi akhirnya bisa terbuang juga. Karena ditahan terlalu lama, Bambam juga harus berdiri lebih lama lagi karena air yang keluar sangat banyak lewat batang pipa miliknya itu.
Selesai sudah merasa lega, Bambam menutup resleting celananya dengan hati-hati dan berjalan menuju washtafel untuk mencuci tangan. Di hadapannya ada sebuah kaca besar dan ada bayangan Bambam serta segala benda yang ada di sana toilet terpantulkan dari sana, namun bukan hanya itu, di bagian sebelah kanan, ada sebuah lukisan yang dibuat dengan cermin sebagai kanvas dan embun sebagai warnanya, tentu saja jari-jari jahil seseorang menjadi kuas yang melukis sebuah tulisan lewat embun itu.
L
"Hmm," alis Bambam terangkat sebelah, "anak-anak zaman sekarang ternyata sudah pandai bahasa inggris."
Bambam melepas lirikannya dari tulisan embun itu dan mengangkat gagang keran hingga air keluar dari lubangnya. Seraya mencuci tangan, Bambam selalu berkaca dan memastikan apakah dirinya hari ini sudah tampil dengan sempurna atau belum. Ia mengangkat kepalanya dan menghadap ke arah kaca cermin.
"..."
Hening, hanya suara air dari keran, bahkan saat ini telinga Bambam seketika menjadi tuli.
Jantung Bambam hampir meledak saat matanya melihat seorang namja rambut blonde berkulit pucat seperti albino berdiri tanpa ekspresi di belakangnya, kelopak dan kantung matanya yang berwarna agak kehitaman membuatnya terlihat seperti namja itu baru saja dikeroyok oleh massa. Bukan... tapi bukan itu...
Hal yang membuat kaki Bambam melemas adalah ketika melihat banyak darah berlumuran di seragam namja itu, seragam yang sama persis dengan apa yang Bambam kenakan saat ini, apalagi pipi namja itu nyaris robek dengan beberapa sayatan.
Bambam memutar kepalanya dengan perlahan untuk menengok ke belakang, tapi begitu ia menengok ke belakang, sosok yang mengerikan itu seketika menghilang dari pandangan Bambam.
"Hnggg..." Bambam segera memutar kepalanya lagi dan meringis sendirian dengan mata tertutup.
Wush~~ ada angin dingin yang lewat di tengkuk Bambam. Tangan Bambam membeku hingga tidak sanggup untuk mematikan keran air, darah di kepalanya turun dengan sangat cepat hingga otaknya tidak berguna lagi, hanya ada pikiran tidak masuk akal di kepalanya. Jika Bambam bisa jatuh dan pingsan saat itu juga, ia akan lebih memilih untuk pingsan dan ditertawakan banyak gadis karena lemah. Sayangnya, tubuhnya terlalu kuat untuk pingsan.
Buru-buru Bambam menyadarkan dirinya kembali dan bergerak secepat mungkin yang dia bisa. Ia mematikan keran airnya dengan segera lalu...
BOO!
"Aaaaaaaaaaa!"
- flashback end -
Bambam POV -
"Jinjja? Kau melihatnya?!" Youngjae hyung sangat terkejut, tapi dia tidak terlihat ketakutan sama sekali.
"Ne," jawabku, "tapi... hyung kok terlihat antusias?"
"Dengarkan aku ya, Bam!" Youngjae hyung membenarkan posisi duduknya hingga menghadap ke arahku dengan sempurna. "Ada yang bilang bahwa... jika kau dapat melihatnya, itu pertanda bahwa kau akan mendapat keberuntungan."
"Keberuntungan apanya? Aku nyaris mati di toilet gara-gara penampakan itu!"
"Dengarkan dulu!"
Baiklah, mungkin aku harus lebih banyak mendengarkan daripada terus menerus mengeluh. Tapi sumpah, aku lebih baik tidak mendapat keberuntungan sama sekali daripada harus melihat makhluk itu.
"Sekolah ini memiliki sebuah kisah yang menyeramkan, tapi juga sangat difavoritkan orang-orang."
Aku terdiam.
"Dulu, pada masa sekolah ini masih berada di tahun-tahun awal, semua siswa dan siswinya adalah orang Korea, tidak ada orang asing di sekolah ini. Katanya, di angkatan yang keempat, ada konglomerat dari Cina berdinas ke Korea dan menyekolahkan anak laki-lakinya di sini. Anak itu menjadi orang asing pertama yang bersekolah di sini, yang kudengar sih, anak itu juga punya darah keturunan konglomerat inggris."
"Tapi... wajahnya tidak mengandung unsur barat sama sekali."
"Kau bilang wajahnya nyaris hancur, bagaimana kau bisa melihatnya?"
"Oh iya." aku menepuk jidatku sendiri. Ah, Youngjae hyung, dia membuatku terpaksa mengingat kembali wajah yang mengerikan itu.
"Karena dia adalah orang asing yang memiliki darah campuran, dia sering dibully oleh murid yang lain dan mereka menyebutnya dengan mix breed, bahkan si anak konglomerat ini diperlakukan seperti anjing pada masa itu."
Mendengar ceritanya, itu membuatku malah menjadi prihatin dengan sosok yang hari ini kulihat. Ternyata di balik parasnya yang menyeramkan itu, dia punya masa lalu yang sangat kelam di sekolah ini.
"Saking kerasnya mereka membully namja ini, mereka sampai membawa namja ini ke toilet dan memasukkan kepalanya ke dalam kloset. Jahat, kan? Mereka bahkan menyiksanya di toilet pria hingga namja ini nyaris sekarat. Lalu, namja berdarah biru ini memutuskan untuk bunuh diri."
"Lalu-"
"TAPI." sela Youngjae hyung, bahkan aku belum menarik napasku. "Sebelum namja ini tewas, dia mengucapkan sebuah kalimat sakral."
"Apa itu?"
"Dia mengatakan: jika aku sudah mati, siswa berdarah campuran selanjutnya yang beruntung di sekolah ini akan melihat arwahku dan menjadi orang terhebat. Begitu katanya, dan sayangnya, kutukan itu menjadi kenyataan."
"Mengerikan." reaksiku singkat, namun tetap saja, bulu romaku berdiri lagi akibat cerita yang tragis itu. Kenapa orang-orang saat itu sangat kejam terhadap namja ini?
"Kau lihat, kan? Sekarang di sekolah ini banyak sekali orang berdarah campuran. Contohnya kau, Amber nuna, Wendy, Joshua, Jia nuna, Namjoon hyung, Mark hyung, dan banyak lagi. Tapi sepertinya, orang yang beruntung itu adalah kau."
"Aku?!" aku menunjuk hidungku sendiri, lalu Youngjae hyung mengangguk dengan seyakin-yakinnya. Entahlah apakah ini bisa dikatakan sebuah keberuntungan, namun jika aku bisa memutarbalikan waktu, aku tidak akan pergi ke toilet pria siang hari ini. Dengan begitu, aku tidak akan bertemu dengan sosok yang selalu menghantui kepalaku itu.
"Mungkin kau akan menjadi orang yang sangat disegani di sekolah ini."
"Aniyo, aku tidak membutuhkan itu! Ini mengerikan."
Kurasa aku mulai gelisah, ternyata memiliki darah campuran dan bersekolah di sini tidak seindah yang kubayangkan. Pada dasarnya, aku tidak percaya dengan hal mistis seperti itu, namun setelah aku melihat hantu dengan mata kepalaku sendiri, kini aku percaya dengan adanya dunia lain. Bahkan, itu membuatku ingin memiliki darah thailand atau korea sepenuhnya.
"Sudahlah, Bam, tidak usah terlalu dipikirkan. Mungkin itu hanyalah sebuah takhayul, tidak seratus persen benar kok." kata Youngjae hyung.
"Ne, aku akan mencoba untuk melupakannya."
.
.
.
.
Author POV -
Kelas yang membosankan, kebetulan saja pelajaran pada jam ini adalah pelajaran yang sangat Bambam benci, yaitu fisika. Bambam berani bersumpah demi apapun, jika ia mendapatkan nilai seratus pada ulangan fisikanya, ia akan menraktir seluruh kelas untuk makan di restoran yang mahal di Gangnam Street.
"Bam, psst! Bambam!"
"Hm?" Bambam menoleh ketika suara Jungkook menginterupsi aktivitas tidurnya.
"Kau tahu jawaban nomor sepuluh?" bisik Jungkook.
"Aniyo."
"Kau sudah selesai dengan ulanganmu?"
"Su-"
"Bambam dan Jungkook!" gertak suara menggelegar dari arah depan kelas, siapa lagi kalau bukan guru yang menangkap basah mereka. "Tidak ada diskusi saat ulangan!"
"Ne." Jungkoo dan Bambam kembali dengan kesibukan mereka masing-masing; Jungkook yang masih sibuk memutar otaknya untuk menyelesaikan soal-soal, sementara Bambam melamun dan pasrah akan jawabannya di atas kertas ulangan.
"Oh iya, Bambam," panggil sang guru, Bambam hanya menoleh dan menunggu kalimat selanjutnya, "kau sudah selesai dengan ulanganmu?"
"Sudah."
"Bisa kau ambil beberapa buku fisika yang terbaru di perpustakaan? Secukupnya saja."
"Ne."
..
..
Library
..
..
"Dua belas, tiga belas..." dengan teliti, Bambam menghitung jumlah buku yang ia tumpuk di atas meja. Di perpustakaan yang besar itu, hanya ada Bambam dan penjaga perpustakaan yang duduk di meja paling depan dekat pintu, sementara Bambam berada di sisi lain dari ruangan besar dan megah itu. "Yah, kurasa ini cukup, hari ini Hanbin tidak masuk."
Beres dengan menghitung, Bambam mengangkut semua buku-buku itu dengan kedua tangannya.
BRUK!
Tumpukan buku itu jatuh begitu saja dari tangan Bambam hingga suara gaduhnya terdengar sampai ke meja depan.
Di lorong di mana Bambam sedang berdiri, ia melihat ada sosok yang sama; namja blonde denga kulitnya yang pucat seperti albino, tengah berdiri di ujung lorong seakan menunggu kedatangan Bambam di sana. Lampu perpustakaan yang redup, rak-rak buku yang tua dan berdebu, juga lorong yang sempit membuat suasana menjadi semakin mengerikan, ditambah lagi, Bambam adalah seorang penakut yang sering menonton film hantu.
"Bambam! Apa ada masalah?" teriak si penjaga perpustakaan dari tempatnya.
"Eh... uhm... ani-aniyo... ini hanya... buku-buku jatuh..." sahut Bambam dengan suaranya yang bergetar dan nyawanya yang nyaris hilang. "Tidak lagi..." ringis Bambam seraya menahan air mata.
Dengan tenaga yang seadanya, Bambam mencoba untuk membereskan buku-buku itu dan menaruhnya kembali di tangannya. Gerakan tangan Bambam semakin dipercepat ketika ujung matanya merasakan bahwa makhluk itu seakan bergerak dan berjalan semakin mendekat padanya.
"Aniyo... jangan datang... jangan..." ringis Bambam penuh harap.
Hap! Bambam menaruh segala energi pada kakinya lalu berdiri secepat yang dia bisa. Namun, begitu Bambam akan berlari, makhluk itu sudah berada tepat di hadapan Bambam, jarak mereka sangat dekat sehingga nyaris membuat nyawa Bambam terbang. Namun, kali ini Bambam lebih dikejutkan lagi karena semua sayatan, luka, darah, dan wajah yang mengerikan pada namja itu sudah sirna, dan digantikan dengan senyuman hangat dan manis-dan tetap saja mengerikan.
"Mau apa kau..." ujar Bambam mencoba untuk berani, namun sayangnya ia tidak cukup kuat untuk menjadi berani. Kaki bergetarnya memaku di tumpuan dan matanya selalu berusaha untuk menghindar agar Bambam tidak melihat wajah dari makhluk itu. "Pergi! Jangan ganggu aku!"
"..."
"Kenapa kau mengikutiku, huh? Apa maumu?"
"..."
"Kenapa kau tersenyum seperti itu? Kubilang pergi!"
"..."
Makhluk itu tetap tersenyum dan tidak menjawab, itu membuat Bambam merasa bodoh dan takut dalam waktu yang bersamaan. Nyalinya sudah di ujung tanduk, hatinya mulai lemah untuk terus berhadapan dengan makhluk yang tidak wajah itu.
"Kumohon jangan ganggu aku, aku pun tidak pernah mengganggumu... jangan ganggu aku, kumohon!" air mata Bambam akhirnya jatuh membasahi pipi lembutnya. Bambam menutup wajahnya dengan tumpukan buku itu dan menangis dengan suara yang seminim mungkin agar tidak terdengar oleh sang penjaga.
"Bambam?" sahut suara seseorang dari arah yang berlawanan. Segera Bambam memutar balikkan tubuhnya dan berharap bahwa suara itu tidak berasal dari makhluk aneh yang lainnya.
"Mark hyung?!"
Kini hatinya mulai merasa jauh lebih lega.
"Bambam?" seorang namja tinggi bernama Mark menghampiri Bambam layaknya tidak ada hal apapun yang terjadi. "Mwoya? Ada apa dengan buku-buku itu?"
"Ani-"
"Kau menangis, huh?"
"Aniyo, hyung.. aku.. tidak apa-apa."
"Sepertinya kau membutuhkan bantuan."
"Aniyo."
Sementara Mark kebingungan dengan sikap Bambam yang menjadi aneh itu, Bambam masih menyembunyikan wajahnya di balik tumpukan buku dan mencoba untuk bertingkah senormal mungkin yang ia bisa.
"Sini biar kubantu." Mark langsung mengambil sebagian buku dari tumpukan yang ada di tangan Bambam. "Kemana harus kuantarkan buku-buku ini?"
"Ke.. aduh.." kaki Bambam masih terasa lemas karena sosok yang misterius itu masih berada di dekat mereka. "Kelasku, sepuluh C." kata Bambam memelas.
"Kau sakit?" tanya Mark.
"Aniyo, aku... hanya... ayo hyung kita pergi saja!" Bambam memutar tubuh dan berjalan gontai ke arah yang berlawanan untuk menghindari makhluk itu, lalu diikuti dengan Mark di belakangnya.
Selama di perjalanan menuju kembali ke kelas, Mark merasa heran dengan tingkah laku Bambam yang tiba-tiba menjadi diam dan selalu kikuk, karena biasanya, Bambam dikenal sebagai namja yang banyak omong dan juga hangat setiap kali di sapa oleh siapapun. Wajah Bambam belakangan ini pun selalu terlihat pucat dan lemas seperti seorang penderita anemia.
"Kau terlihat tidak baik." kata Mark ketika melihat wajah Bambam dari samping.
"Yah.. aku kelelahan." Bambam memaksakan sebuah tawaan kecil.
"Yakin? Tidak mau cek ke dokter saja?"
"Aku yakin hyung." Bambam mengangguk, walaupun sebenarnya ia tahu, dokter pun tidak akan dapat mengobati kegelisahannya yang satu ini. "Hyung sedang apa di perpustakaan?"
"Tadinya aku akan mengambil buku, hanya saja aku melihatmu bergetar seperti tadi..."
"Hehe, kejadian yang tadi lupakan saja ya, hyung." Bambam menyeringai. Hmm, tumben sekali hyung ini menjadi baik, pikir Bambam. Dia baru saja sadar, bahwa seseorang yang kini menolongnya adalah seorang Mark Tuan, pangeran sekolah yang di dambakan oleh semua kaum hawa, yang biasanya menolak untuk berada di dekat siapapun kecuali geng dan pacarnya. Namun kali ini, nampaknya Mark sedang dalam kondisi yang berbeda.
"Mmm, Bam,"
"Ne hyung?"
"Boleh hyung bertanya satu hal?"
"Boleh. Tanyakan saja."
Gulp~~ Mark menelan salivanya dengan tujuan untuk meminimalisir rasa gugup yang ada di dalam benaknya. Mark pernah berjanji bahwa ia tidak akan mengeluarkan pertanyaan yang satu ini, tapi apa yang terjadi sangatlah berbeda, ini penting bagi Mark.
"Apa kau mengenal seseorang yang bernama..."
"Bernama siapa, hyung?"
"Uhm..." lagi-lagi Mark menggantung kalimatnyan dan membuat Bambam penasaran. Sudah berada di ujung lidah, namun pada akhirnya Mark tetap menyimpan pertanyaannya itu untuk dirinya sendiri. "Aniyo... mungkin bukan kau, hehe. Nanti aku tanya Jiyeon saja."
Selesai urusannya dengan Bambam, Mark segera kembali menuju ke arah perpustakaan. Begitu sampai di perpustakaan, Mark mendatangi lorong di mana Bambam nyaris pingsan tadi. Mark mengambil buku-buku dari rak dengan apik dan sangat hati-hati, wajah tampannya tetap terlihat bersinar walau di bawah lampu yang redup. Sementara itu, pikiran Mark kini berada di tempat yang lain.
.
.
.
.
"Yak! Neo, nawa!"
"..."
"Yak! Kau! Keluar! Sekarang!"
"..."
"Jangan pura-pura tidak dengar! Keluar sekarang!"
"..."
"Haish."
"Mwoya?"
"Heh! Jelek! Apa yang tadi kau lakukan, huh?"
"Apa yang tadi kulakukan?
"Kenapa kau muncul?"
"Kan biasanya memang muncul."
"Ya tapi tidak di depan orang seperti dia!"
"Aku bosan muncul di depanmu terus."
"Tapi kau gila!? Dia bisa mati ditempat kalau seperti itu."
"Kau juga nyaris mati di tempat waktu pertama kali kita bertemu."
"..."
"Dia cantik, kan?"
"Maksudmu?"
"Dia... cantik, kan?"
"Kau muncul hanya karena dia cantik?! Atau karena dia adalah orang beruntung yang selanjutnya? Seperti yang kau katakan itu?!"
"Dua-duanya."
"Cabul."
"Aku sedang membutuhkan pertolongan nih."
"Pertolongan apa? Meminta pertolongan kepadanya? Yak! Ada aku di sini yang bisa membantumu! Dia hanya manusia yang polos."
"Ya.. tapi kurasa kau tidak akan bisa melakukan segalanya sendirian. Makanya aku ingin seseorang menemanimu."
"What?"
.
.
.
- To be continued -
Question: Kalian, apakabar? Sehat? Gimana UAS? wkwk. HALO! Author kembali membawa FF teraneh dan terabsurd yang pernah ada khsusus untuk kalian yang dicintai. Main cast nya masih Bambam, pairingnya masih MarkBam. Bosen? BUBAR! Wkwk canda. Udahlah nikmatin aja yah pokoknya, kalo gak suka gapapa ditinggal juga :') Please review nyaaaa! Kasih kritik dan saran sesuka hati kalian selama itu baik, author akan berusaha bikin FF ini jadi rame lah pokoknya nggak mau tau harus rame :') Semoga author bisa bekerja dengan baik di FF yang satu ini. AMIN. Yang pada minta AS3, BUBAR KALIAN SEMUA WKWK MOVE ON DONG MOVE ON ! wkwk. Okeh, sampai ketemu lagi di chapter selanjutnya. Amiinn~~~
