Fic baru lagi! XD *plak!*

Well, aku agak tertantang bikin fic kayak gini! Jadi, tolong maklum kalau aneh! ^^V

Happy Reading! :D


Disclaimer: Hetalia bukan milikku, tapi fic ini, NNG Series dan OC-nya iya! :D

Warning: Gaje, abal, OOC, OC nyasar, Gakuen!AU, cross dengan fandom lain (kalaupun ada), dan yang lainnya tidak dapat dijelaskan lebih lanjut! *plak!*


Prolog: Awal dari Misteri


Luthias tengah mengecek sekumpulan proposal di meja belajarnya. Yah, mengingat dia juga Nation, jadi banyak sekali kerjaan yang menumpuk.

Tapi masalahnya, Luthias tidak bisa serius. Dia berkali-kali meletakkan jarinya tengahnya di atas 'jembatan' kacamatanya (kebiasaan yang selalu dilakukannya ketika sedang berpikir) karena sebuah rumor yang didengarnya dan tantangan yang diterimanya di sekolah tadi siang.


-Flashback-

"Eh, Luthias! Lu pernah denger tentang rumor sekolah ini, kagak?" tanya Hadi kepada pemuda jabrik yang sedang membaca buku tersebut.

Sekarang keduanya sedang berada di ruang klub koran sekolah karena mereka berdua adalah anggota klub tersebut.

"Rumor apaan?" Anak itu bertanya balik dengan bingung sambil menutup bukunya.

"Itu lho, rumor tentang piano di gudang sekolah! Katanya piano itu udah tiga bulan di sana, tapi masih terlihat seperti baru! Banyak yang mengira kalau piano itu ada penunggu-nya!" jelas Hadi.

Luthias hanya bisa memutar bola matanya dan meletakkan jari tengahnya di atas 'jembatan' kacamatanya dengan tampang meragukan.

"Aku tidak tertarik! Kalau kau traktir aku buku cerita mistis 'Misteri Toilet Nomor 105' yang sering dibaca pak Lance, aku baru tertarik!" balas pemuda Greenland itu datar.

"Ya ampun! Lu sama nekatnya dengan pak Lance, deh!" sindir Hadi jengkel.

"Masih mending dia berani baca cerita cewek yang diaborsi gurunya sendiri sampe tewas itu! Lha, daripada kau yang terkurung sendirian di ruangan gelap dengan lagu 'Lavender Town' yang berkumandang, mau pilih yang mana coba?" tanya Luthias dengan tampang menakutkan.

"ANJIIIIIIIIIIIIIIIIIIIR!" teriak Hadi ketakutan, entah karena melihat wajah pemuda Greenland itu atau mendengar pertanyaannya yang mengerikan tersebut. "Lu jangan bikin suasana horror, apa?!"

"Lha? Bukannya kau duluan yang mulai, kenapa malah menyalahkan aku? Salahmu sendiri membicarakan itu!" ujar pemuda jabrik di depannya itu cuek sambil kembali membaca bukunya.

Akhirnya, Hadi memilih untuk tidak banyak berdebat dengan Luthias. Soalnya, dia kalau udah sekali ngomong langsung to the point tanpa tambahan yang melenceng dari topik sama sekali!

"Ya udah, deh! Kalau lu kagak percaya, gue tantang lu buat menyelidiki rumor itu! Kalau lu bisa, gue traktir buku yang lu maksud! Tapi kalau kagak, lu harus ikut gue berenang di empang sekalipun kagak mau! Gimana?!" tawar Hadi menantang.

Webek, webek...

Entah kenapa, tantangan itu sedikit menyulitkan. Bahkan, pemuda jabrik itu sampai memasang pose berpikirnya dengan sedikit merinding.

Tolong maklum, lha! Luthias paling takut sama yang namanya berenang. Jangankan empang, bak mandi yang biasa dipake buat berendam aja udah bisa bikin dia histeris selama sebulan. Bahkan, Mathias sampai terpaksa memasang shower di kamar mandi rumahnya karena adiknya yang satu ini paling kagak suka berendam.

Bayangin aja sendiri kalau kagak percaya seberapa konyolnya!

"Kenapa diem?! Takut?!" tanya Hadi yang masih menantangnya.

"Err, baiklah! Kalau itu maumu!" jawab Luthias dengan PD-nya, padahal udah ketakutan setengah mati.

"Hehe! Kalau lu udah tau tentang rumor itu, nanti lu kasih tau gue! Soalnya gue pengen jadiin Hot News di koran sekolah!" balasnya dengan seringai licik.

-Flashback End-


'Duh! Kenapa harus pake ngancem berenang, sih?! Jadinya aku terpaksa nerima tantangan konyol itu!' batin Luthias stress sambil memegangi kepalanya yang pusing karena memikirkan hal itu.

"Oy, Luthias-pyon!" panggil seseorang di belakangnya.

Anak itu pun berbalik dan langsung kaget mendapati Giro sudah berada di belakangnya.

"Anjrit! Demi sepatu Aniki yang diumpetin Noru-nii di tong sampah (?), sejak kapan lu ada di sini?!" pekik Luthias yang langsung frontal mode on.

"Sejak tadi! Lagian, lu ngomongnya frontal banget, deh! Santai aja, apa?" balas Giro watados sambil menepuk pundak pemuda Greenland tersebut.

Tiba-tiba, terdengar suara lain dari lantai bawah (Karena kamar Luthias berada di lantai atas!) yang sukses mengagetkan mereka berdua.

"KAMPER LU, NORGE! SIAPA YANG NYURUH LU NGUMPETIN SEPATU GUE DI TONG SAMPAH, HAH?!"

"Eh, tunggu dulu Anko! Lu tau darimana?"

"GUE DENGER DARI GREENY, PUAS?! SEKARANG GUE MAU NYARI KE TPA (Tempat Pembuangan Akhir, bukan Tempat Pemakaman Ayam (?)) DAN JANGAN GANGGU GUE, NGERTI?!"

"Et, det! Denmaku-pyon ngamuknya kagak kira-kira!" komentar Giro sweatdrop.

"Yah, begitulah!" balas Luthias datar sambil merebahkan kepalanya di atas meja. "Aku mesti bagaimana ini?"

Tiba-tiba, Lukas langsung masuk ke kamarnya dengan muka kusut yang 'sungguh-bukan-Lukas-banget-!' tersebut.

"Eh, Green! Lu abis ngomong apaan sama Anko tentang sepatu itu?! Perasaan gue kagak pernah kasih tau, deh!" tanya Lukas dengan emosi, gondok, stress, dan berbagai macam campuran ekspresi lainnya.

"Hah? Sepatu apaan?" Luthias malah nanya balik dengan bingung.

Giro pun langsung double sweatdrop, sementara Lukas hanya bisa facepalm.

'Gampang banget dia ngelupain apa yang barusan dia omongin!' batin keduanya dengan tatapan yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.


To Be Continue...


Well, walaupun ini belum masuk ke genre mystery karena aku masih suka bikin humor garing kriuk-kriuk kayak kerupuk goreng (?), tapi aku akan berusaha sebisanya! :D

Review! :D