You For Me...

Naruto by Masashi Kishimoto Sensei..

Pair: NaruSasu (tapi belum muncul di chapie ini), KakaSasu, NejiSasu, ItaSasu.

Warning: Lime, Lemon, OOC, AU, Incest, abal, TYPO, gaje-ness, dll.

'...' mine

"..." talk

Xxxx xxxx xxxxX

Di sebuah kamar salah satu apartemen di kota Konoha. Terlihat seorang pemuda berambut raven sedang mendesah dan mengerang saat laki-laki berambut perak di atasnya tengah 'memanja'nya. Pria itu sedang menggerayangi tubuh si raven hingga membuatnya menggeliat tak nyaman. Bibirnya melengkungkan sebuah senyum saat melihat rona merah muda di wajah pucat sang raven. Jemari putihnya ia gunakan untuk membelai pipi halus dan kenyal itu. Menyeka keringat di kening sang raven yang nampak terengah, sebelum kembali menyerang bibir mungil pemuda bermata onyx itu. Menjilat, mengulum, dan menggigit, lidah terampilnya sedang beradu dengan lidah sang raven yang tak kalah lihai.

"mmnn.." sang raven mendesah liar saat jemari laki-laki berambut silver itu memilin tonjolan di dadanya, menekan, dan mencubitnya, membuat sang raven merasakan sensasi yang begitu aneh menjalar dalam tubuhnya. "akh! ugh..." sang raven melenguh saat tanpa peringat lidah yang baru saja menjelajahi rongga mulutnya beralih mengulum putingnya. Sementara tangan kanannya sedang mempompa kejatanannya yang sudah menegang dan siap untuk klimaks yang ntah keberapa kalinya malam ini.

"ahh.. ennh... mmhp..." si raven berusaha keras mengatupkan bibirnya agar tidak mengeluarkan desah dan erangan yang akan menganggu tetangga di sebelah apartemennya. Tapi, tidak bisa... erangan meluncur mulus begitu saja dari bibirnya tanpa komando. Matanya terpejam erat, ia pasrah dengan semua yang dilakuakan oleh pria berambut silver itu padanya. "Shi..shou.. akh! sssh.." ia mendesis sambil mencengkram erat sprei yang sudah tak berbentuk di bawahnya ketika pria itu memasukkan ujung kejantanannya ke dalam liangnya yang tetap sempit meski berkali-kali dimasuki. Ia memekik, rasa sakit dan nikmat bercampur menjadi satu dalam tubuhnya. Ia mendesah nikmat ketika tangan laki-laki itu memompa kejantanannya, dengan tempo semakin cepat dan cepat.

"Shishou.. Shishou.. Shi.. ennngh, aku..." ia melesakan kepalanya ke bantal dan tubuhnya mengejang kuat saat kejantanan lelaki itu menyentuh titik kenikmatannya. Ia melenguh keras saat mencapai klimaks. "Ukh.. SHISHOOOOU..."erangnya bersamaan dengan keluarnya cairan bening dari dalam kejantanannya, membuat basah sprei, perut serta tangan lelaki yang ia panggil Shihsou itu.

"akh.. Sas-sukeee.." pria berambut silver itu mengejang dan menyemprotkan cairannya di lubang Sasuke. Nikmat rasanya, saat ia dapat melihat ribuan bintang bersama dengan pemuda raven di bawahnya.

"Shishou.." desis sang raven di antara deru nafasnya yang memburu. Ia menatap lekat pada orang yang baru saja melepaskan kesejatiannya dari liangnya dan tengah terbaring di sebelahnya.

"Tidurlah!" komando sang pria.

"hnn.." hanya itulah kata yang keluar dari bibir sang raven saat laki-laki itu memeluk tubuhnya dan mendekapnya erat, lalu menarik selimut dengan dominan warna putih sampai sebatas pundak. Ia sempat mencium puncak kepala si raven sebelum tertidur.

._._. X ._._.

Pagi terasa begitu cepat menjelang, lelaki muda dengan nama asli Uchiha Sasuke itu masih lelap di atas tempat tidurnya, tidak peduli pada alarm Hp yang berdering-dering sedaritadi, atau sinar mentari yang dapat menyilaukan matanya. Ia tetap tak bergeming.

Tak lama kemudian, seorang lelaki berambut perak menyembul keluar dari kamar mandi, dengan hanya mengenakan sehelai handuk yang melilit di bagian pinggulnya. Jemari putihnya meraih sebuah telpon genggam milik si raven dan menekan tombol 'off' untuk mematikan suara alarm yang berdering-dering itu. Iris hitamnya melirik dan tersenyum simpul melihat wajah damai seseorang yang masih tertidur itu.

Ia duduk di tepi ranjang, tangannya yang dingin ia gunakan untuk membelai wajah halus dan putih milik sang raven. Mengusap-usapnya hingga membuat pemuda yang 11 tahun lebih muda darinya itu menggerakan-gerakan alis dan kepalanya.

"Bangun, Sasuke.." kata pria 27 tahun itu dengan nada lembut.

"nnngh.." lelaki muda yang dipanggil Sasuke itu melenguh, ia tetap tidak membuka matanya dan memilih menyamankan posisi tidurnya.

"Hey, kau bisa dapat hukuman kalau telat sekolah," Hatake Kakashi nama si lelaki, berbisik di cuping telinga Sasuke, hingga membuatnya begidik geli. Ia mengusap-usap rambut raven sang pemuda dengan manja.

"hn.." lelaki itupun berusaha duduk saat Kakashi mulai menjauh, dan menarik lengannya membantuhnya berdiri. "akh... ssssh.." Sasuke mendesis saat merasakan sekujur tubuhnya terasa lelah dan sakit.

"Kau masih bisa jalan?" tanya Kakashi yang melihat muridnya berjalan tertatih menuju kamar mandi.

"he'em.." balas Sasuke seadannya.

.

.

.

Keduanya sampai juga di Konoha High School, guru dan murid itu keluar dari mobil jaguar silver milik Kakashi.

"Kau terlihat tidak sehat, Sasuke? Yakin kau masih kuat?" Kakashi membingkai pipi putih Sasuke yang bersuhu lebih hangat dari yang biasanya.

"Yah, aku masih kuat kok. Lagipula hari ini ada ujian, dan aku tidak mau kalau ikut ujian susulan," jawab Sasuke sambil menatap lekat-lekat wajah tampan sang Shishou yang kini tersembunyi di balik masker, wajah yang hanya ia tunjukkan padanya. Khusus untuknya.

"Aku antar sampai ke kelas ya?" tawar Kakashi dengan terus membingkai wajah muridnya yang nampak pucat. Dan Sasuke hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban.

"Jaa ne, Shishou!" Sasuke melambaikan tangannya pada Kakashi. Dibalik, maskernya pria berambut silver itu tersenyum menatap punggung Sasuke yang makin menjauh. Dan ntah kenapa, ingatannya pada kejadian 4 tahun yang lalu kembali berputar di otaknya. Dimana, seorang Uchiha Fugaku muncul di depannya, membawa Sasuke yang saat itu masih berusia 12 tahun dan mengatakan kalau laki-laki itu menjual anak kandungnya sendiri padanya.

Oh, benar-benar ironis, Fugaku menjual anaknya sendiri yakni Uchiha Sasuke padanya hanya demi mendapat uang 500 juta. Yah, saat itu keluarga Sasuke sedang mengalami kebangkrutan dan memiliki hutang yang lumayan banyak, jadi Fugaku memutuskan untuk menjual sang anak padanya. Kakashi yang tidak tega pada Fugaku akhirnya memenuhi permintaan orang itu untuk membeli Sasuke yang terlihat begitu 'cantik' untuk ukuran anak laki-laki, apalagi dimata Kakashi adalah seorang homoseksual, jadi wajar saja ia tertarik pada Sasuke yang begitu menarik.

Tapi, Kakashi bukanlah orang yang menjadi budak nafsu, ia tidak pernah memaksa Sasuke untuk melakukan 'itu' dengannya. Ia tau Sasuke dalam keadaan yang tidak baik, mengingat ia baru saja dijual oleh sang ayah untuk melunasi hutang keluarga. Sampai akhirnya, Sasuke sendirilah yang mendekati Kakashi. Orang baik yang kini memilik hak penuh akan dirinya.

"Lakukan apa saja yang ingin anda lakukan padaku," itulah yang Sasuke ucapkan pertama kali pada Kakashi. "Karena sekarang aku milikmu seutuhnya, Shishou.."

Rasanya, Kakashi ingin tertawa mendengar ucapan anak itu. Yah, walaupun Sasuke memang menjadi satu-satunya miliknya dan ia berhak melakukan apapun padanya. Termasuk berhubungan sex. Dan Kakashi tidak akan pernah lupa bagaimana ekpresi anak itu saat pertama kali melakukan hal 'itu'. Tapi, meski dimulai dengan keadaan seperti itu, toh sekarang hubungn mereka memang sangat dekat. Keduanya saling mengisi kekosongan satu sama lain. Meski Kakashi sedikit risih saat Sasuke memanggilnya dengan sebutan 'Shishou' yang menurutnya sangat tidak cocok itu.

Ntah bertepuk sebelah tangan atau tidak, karena Kakashi sangat mencintai pemuda itu. Pemuda yang telah hadir dengan cara unik dalam hidupnya, pemuda yang mengisi hari-harinya sepinya menjadi lebih semarak.

._._. X ._._.

Baru saja Orochimaru, guru biologi di kelas Sasuke keluar meninggalkan ruangan. Menyisakan beberapa siswa yang bersiap untuk pulang. Termasuk Sasuke. Tapi, ada yang berbeda dengannya hari ini, wajahnya pucat, keringat dingin mengucur di pelipisnya. Ia memegangi kepalanya yang terasa begitu pening, apalagi padandangan matanya terlihat berkunang-kunang.

tanya Hinata teman baiknya.

"Hn.." balasnya sambil memasukkan buku-bukunya ke dalam tas.

"Ba-baiklah, aku duluan ya!" ucap Hinata sebelum melenggang keluar.

Setelah merasa peningnya sedikit hilang, Sasuke melangkahkan kakinya menuju keluar gedung sekolah. Yah, hari ini Kakashi tidak bisa pulang bersamanya karena ada rapat dengan guru yang lain.

.

.

.

Sasuke berjalan terseok menuju komplek apartemennya. Peningnya kembali menyergapinya, apalagi saat ia terpapar langsung sinar matahari. Tiap ia melihat ke arah jalanan, matanya terlihat berkunang-kunang dan sekitarnya terasa berputar.

Kakinya terasa lemas untuk menopang berat tubuhnya.

'Aku tidak boleh pingsan disini,' pikirnya. Sekuat tenaga ia berjalan menuju lift. Dengan bantuan tembok ia berjalan agar tubuhnya tidak jatuh karena hampir seluruh pengelihatannya terlihat memburam.

Bruk

Sasuke langsung menghempaskan tubuhnya di atas sofa ruang tamu. Sambil memejamkan mata ia memijat keningnya. Ntah mengapa, udara di sekitarnya menjadi begitu panas, atau lebih tepatnya suhu tubuhnyalah yang meningkat.

Baru saja ia hendak memejamkan mata, tiba-tiba terdengar bunyi ketukan pintu.

'Shishou?' pikirnya.

Ia berusaha bangkit dan berdiri. Dan lagi-lagi, ia merasa sekitarnya menjadi berputar, kepalanya begitu berat. Semua terlihat menjadi blur di mata Sasuke.

Ckreek

Pintu terbuka, dari balik pintu nampak sosok pemuda seumaran dengannya, bermata lavender keperakan yang seakan menjerat semua yang melihat bola mata itu.

"Hai Sasuke, aku kesini unt-" belum selesai ia menyampaikan maksud kedatangannya, ia dibuat terkejut karena mendadak tubuh Sasuke limbung ke arahnya. "Sasuke?" serunya panik. Dengan sigap ia menangkap tubuh rapuh Sasuke yang sudah pingsan dalam dekapannya. Tanpa permisi dan tidak bermaksud melanggar norma kesopanan, Neji segera membopong tubuh ringkih teman sekelasnya itu, menggedongnya ala bridal style lalu menidurkannya senyaman mungkin di atas sofa berdominan warna biru shapire.

Neji mengulurkan tangannya, menyentuhkan telapak tangannya ke kening Sasuke, dan ia makin panik saat mengetahui suhu tubuhnya yang begitu tinggi. Neji menengok ke kiri dan kanan, mencari dimana letak pantry. Begitu menemukannya, ia bergegas masuk ke dalam sana, mengambil handuk kering yang kebetulan berada di tempat yang sama, juga baskom berisis air dingin untuk mengompres kening Sasuke.

.

.

.

Sasuke terbaring lemah di atas sofa, nafasnya yang pendek-pendek terdengar memburu. Wajahnya yang pucat dipenuhi oleh semburat pink mengingat suhu tubuhnya yang tinggi. Pria muda berambut coklat kehitaman dengan panjang sepinggang itu, meminumkan sebutir obat dengan cara yang 'unik' pada Sasuke.

'Hangat' dan 'kenyal', itulah yang Neji rasakan saat bibirnya menyentuh bibir pucat Sasuke. Merasa tidak yakin dengan rasa bibir yang hangat itu, Neji menurunkan kepalanya, mendekatkan wajahnya ke wajah Sasuke, untuk kembali mencium bibir mungil itu. Melumat, menghisap, dan menggigit, seperti anak kecil yang mendapat sebuah lolipop rasa lemon, Neji menjelajahi rongga Sasuke. Hangat, dan lembab, tiap mili lidahnya menyusuri mulut Sasuke. Hatinya berdesir saat iris lavendernya menatap wajah manis sang Uchiha yang terlihat begitu manis. Wajah dari sosok yang sudah lama membuatnya terbuai, membuat sang Hyuuga Neji mabuk kepayang. Yah, Neji menyukai Sasuke sejak keduanya duduk dibangku SMP, sampai sekarangpun perasaannya tidak berubah, ia tetap mencintai Sasuke meski ia tau jika Sasuke sedang terikat dengan orang lain, yakni gurunya sendiri.

.

.

.

"mmnn... ukh.." Sasuke mendesis dan memegangi kepalanya yang masih terasa pening.

"Syukurlah kau sudah sadar?" Neji yang duduk d single sofa yang terletak tak jauh dari tempat Sasuke nampak begitu lega.

"Neji?.." pemuda itu berusaha untuk duduk, dan ia senang karena Neji mau membantunya mengubah posisi. "Maaf, sudah merepotkanmu," desis Sasuke dengan nada yang terdengar lemah, dan hal itu membuat kuping Neji memanas, karena baginya suara Sasuke itu terdengar seperti desahan.

"Oya, ada keperluan apa kau kemari?"

"Ano, aku.. mau meminjam buku catatanmu, kau taukan hampir seminggu aku tidak masuk sekolah," Neji tertawa hambar.

"Begitu ya?" Sasuke mulai berdiri, langkahnya terlihat lemah saat berjalan. "Ayo ikut, kau bisa memilih buku apa yang mau kau pinjam!" Sasuke mengayunkan tangan putihnya mengintrupsikan Neji agar mengikutinya. Pemuda Hyuuga yang awalnya ragu akhirnya menuruti ajakan Sasuke.

.

.

.

Bukannya langsung mengambil buku untuk Neji, Sasuke malah menghempaskan badannya ke atas ranjangnya, karena tubuhnya begitu lemas saat ini.

"Kau pilih saja buku yang mau kau pinjam, ada disana!" Sasuke menunjuk salah rak buku, tepat di sebelah meja belajarnya.

Neji diam mematung. Melihat posisi Sasuke yang sedang terlentang, dengan nafas sedikit terengah membuatnya harus berkali-kali menelan ludah. Sementara Sasuke yang sedang memejamkan mata, tidak menyadari jika iris lavender Neji tengah mengamatinya.

"hnn?" Sasuke membuka matanya yang sedaritadi terhalangi oleh lengan kanannya, bola mata onyxnya mendapati Neji tengah merangkak naik ke atas tubuhnya. Makin mendekat ke wajahnya.

"Apa yang-.." Sasuke terbelalak saat Neji mengunci bibirnya, menciumnya kasar. "Nnnh.." Sasuke mengerang tertahan, kedua lengan putihnya berusaha mendorong dada bidang Neji. Tapi, ntah dia yang terlalu lemah, atau tenaga Neji yang lebih lebih kuat, membuat usaha menyingkirkan sang Hyuuga berjalan sia-sia.

"akh.. hmmn.." Sasuke memekik sesaat sebelum bibirnya dilumat kembali oleh Neji, ia mati-matian agar tidak membuka mulutnya, ia tidak mau Neji melakukan lebih dari ini. Tapi, sayang.. dengan kuat Neji menggigit bibir merahnya, hingga berdarah. Dan saat itulah, lidah sang Hyuuga melesak masuk untuk menginvasi tiap inchi rongga mulutnya.

"ennh.. aah.. ahh.." Neji mengakhiri permainan lidahnya barusan, meski lidah Sasuke tak seantusias indra mengecapnya. Kini, lidah cekatan miliknya beresonansi dari bibir mungil Sasuke, turun ke rahangnya, berhenti sejenak di bagian cuping telinga Sasuke hingga sang Uchiha menggelinjang sesaat. Puas menjilat cuping itu, lidah itu kembali turun, hingga sampai ke perpotongan leher Sasuke.

"Hentikan, Neji!" Sasuke berusaha mendorong pundak lelaki itu, airmatanya mengalir tanpa aba-aba, hatinya sakit. Ia tidak mau melakukan hal 'itu' dengan orang yang tidak ia cintai. Karena bagi Sasuke, hati, jiwa dan tubuhnya hanya milik Kakashi seorang.

"Neji, kumo- ukh.." Sasuke memejamkan mata saat Neji menggigit kecil titik sensitif di lehernya. Neji terus menyerang bagian itu, sambil mengesek-gesekkan gesekkan miliknya pada milik Sasuke yang sama-sama terhalang oleh celana.

"Aku, mencintaimu Sasuke.." desah Neji, ia menyusupkan kedua tangannya ke dalam kaos Sasuke, meraba kulit putih susu di baliknya, dan berhenti saat ia menemukan dua tonjolan di dada bidang Sasuke. "Tapi.. kau tak pernah melihatku.." lanjutnya dengan nada kecewa.

"hhh.. mmnn.." Sasuke mengatupkan bibirnya kuat-kuat, ia tidak mau mendesah, ia tidak boleh mengeluarkan suara yang akan membuat Neji makin terangsang.

Sambil mencubit dan menekan nipple Sasuke, Neji berujar, "Aku tertarik padamu, pada senyummu, wajahmu, tubuhmu, aku suka semua yang ada pada dirimu, Uchiha-kun.." Neji kembali mengecup bibir Sasuke, singkat dan tak ada lumatan. "Tapi, kau tidak pernah peduli.." Neji kini berusaha mengenyahkan seluruh pakaian Sasuke, ia mencengkram erat kedua tangan Sasuke agar tidak ada perlawanan dari bocah itu. Dan saat tubuh Sasuke sudah polos, lidahnya menyusuri dada porselen Sasuke. Menari-nari membasahinya dengan salivanya.

"Henntikkan... ku-mohhonn.." kata Sasuke mencoba berbicara dengan nada senormal mungkin. Karena saat ini, Neji tengan mengulum putingnya, menghisapnya seperti lolipop, lalu menggigit kecil disana. Dan sensasi yang dirasakan Sasuke hampir membuatnya gila. Ia ingin semuanya segera berakhir, ia ingin menghentikan Neji. Tapi sialnya, tubuhnya yang lemah serta sensasi yang dibuat oleh Neji membuat tubuhnya menolak semua perintah otaknya. Menangis, itulah yang dapat ia lakukan saat Neji mulai memompa miliknya yang sudah basah oleh cairan pre-cum.

"hhh... nnnggh.. ukh.. emmmh.." Sasuke memejamkan matanya erat-erat, tidak mau melihat Neji mengulum kenjatannya, menghisap dan memasukkan ke dalam rongga mulutnya dan menjilatinya dengan lidah cekatannya. "sssh.. unnnghh, cukupp, Neji!" ia tidak dapat menahan suaranya, ia terus mendesah, membuat Neji makin tergugah untuk menikmati tiap inchi tubuhnya. "haah.. aah... Nejiii, aku milik Kakashi.. aku..." Neji menghentikan kegiatannya. Sasuke membuka mata, ia melihat bola lavender Neji menatap tajam ke arahnya. Penuh kebencian dan amarah.

"Aku tidak suka kau menyebut namanya, Sasuke," Neji meremas milik Sasuke kuat, menggerakannya naik turun dengan tempo yang cepat.

.

.

.

"ennnh.. aah.. hhh.. ARRGH!" Sasuke memekik saat cairannya tumpah ke tangan Neji, perut dan tangannya. Neji menyeringai puas melihat ekpresi Sasuke yang terlihat kelelahan, dan merona ekpresi langkah itu hanya Sasuke tunjukkan pada Kakashi, guru Matematika-nya.

'Memuakkan' umpat Neji.

"ahh.. haa.. Shishou.. Shis-shou... uuh.." Sasuke menangis, ia tidak suka semua ini. "Shis-"

Plak

Neji menampar Sasuke, keras hingga membuat sudut bibirnya berdarah, "Jangan pernah sebut nama orang itu Sasuke!" bentak Neji. Ia meremas kedua sisi pipi halus Sasuke yang lembab dengan jemari kanannya. "Tatap aku Sasuke! Lihat aku!" perintahnya.

"uh.. ukh.." bulir-bulir air mata itu membanjir membasahi pipi mulus Sasuke. Sakit, hatinya merasa tercabik oleh perbuatan Neji. 'Cinta', jika Neji benar-benar mencintainya, sikap seperti inikah yang harus ia tunjukan padanya.

"Apa kau tuli sayangku? Kubilang... BUKA MATAMU, DAN TATAP AKU!" sergahnya.

"hhh.." onyx Sasuke mulai menampakkan cahaya. Ragu, ia menatap bola mata Neji yang harusnya terlihat indah, kini nampak begitu menyakitkan dan menyesakkan dadanya.

"Kau tau, tiap hari aku selalu membayangkan dapat melakukan hal 'ini' dengamu. 'Memanja'mu, tidur sambil memelukmu, membelai rambutmu, tapi... itu mustahil, karena kau sudah dimiliki oleh si brengsek itu," Neji menjilat airmata Sasuke. Sebelum melumat bibir Sasuke dalam ciuman panas yang menuntut.

Neji menjauh dari wajah Sasuke, sebelum mengubah posisi Sasuke menjadi tengkurap. Melihat punggung halus bak porselen itu, Neji kembali menyeringai.

"hhh.. sssh.. aah.." Neji mengecupi punggungnya, membuat kissmark di punggung mulus nan putih itu. Sementara tangannya yang bebas ia gunakan untuk meremas kedua sisi pantat Sasuke.

"akh! ennnh.." Neji memasukkan satu jemarinya, membuat sang Uchiha mengerang kesakitan. "hhnn.. jangan, Nejii.." mohonnya.

"hah! arrgh... uh.." Sasuke memejamkan matanya, jemari kedua dan ketiga Neji masuk ke dalam lubangnya, sakit dan perih itulah yang ia rasakan. "ugh.. ennh.. ssakitt.." rintihnya, saat dengan kasar Neji mebuat gerakan zig-zag, berharap liang sempit itu sedikit melebar. 'Shishou.. enng.. to-long...' teriak Sasuke dalam hati.

Neji menarik kembali jemarinya, menyiapkan barangnya yang sedang menengang di depan lubang Sasuke. Dan dalam sekali hentakan keras, seluruh benda miliknya tertanam sempurna dalam tubuh Sasuke.

"AAAARRGH! Haaah.. Neji, sakit... ukh..." Sasuke melesakan kepalanya ke belakang saat benda Neji masuk dalam lubangnya. Nafasnya memburu, tubuhnya lemas seketika.

"uhh.. sempit sekali..." ucap Neji sambil mencoba menggerakan kejantanannya di dalam lubang Sasuke. Si raven ingin semua mimpi buruknya segera usai, tapi tubuhnya sekali lagi menolak keingannya itu.

"aah.. haa.. enngh.." Sasuke mendesah dan mengerang ketika Neji menghentak-hentakkan pinggulnya berulang kali dengan gerakan cepat. Sementara tangannya ia gunakan untuk memompa milik Sasuke yang kembali tegang. Sasuke meremas kuat sprei di bawahnya, bulir-bulir airmata meleleh keluar dari kedua matanya. Neji memaju mundurkan pinggulnya, terus dan cepat, hingga ia menemukan titik yang sedaritadi dicarinya. Dan, yup...

"Aaah.. Nejiii..." Sasuke menjerit saat benda Neji menyentuh titik kenikmatannya. Ia menegang hebat, saat merasa cairan ditubuhnya akan mendesak keluar.

"Neji.. singkirkan.. aku.. ahh.. hnn.." jemari Sasuke mencoba meraih telunjuk Neji yang sedaritadi menahan jalan keluarnya.

"Tidak.. ahh.. aku ingin kita ber-sama, 'Suke.." Neji memaju-mundurkan pinggulnya lebih cepat, membuat frekuensi erangan Sasuke makin sering terdengar, ia menggeliat liar menahan gejolak yang sudah tidak dapat ia bendung lagi.

Neji makin menggila, bahkan ia tidak memberi kesempatan pemuda di bawahnya hanya untuk sekedar menghirup oksigen.

"aku.. mohon.. Neji.. aah.. mmm..." pinta Sasuke.

Merasa ia juga akan mencapai klimaks, Neji menarik jemarinya yang ia gunakan untuk menghalangi jalan keluar Sasuke.

"AAARGH.. NEJI! NEJIIII..." Sasuke menjerit dan mengejang hebat. Ia kembali dapat melihat jutaan bintang yang tengah menari di kelopak matanya, ia mencapai surga dunia, hanya saja tidak bersama orang itu, Hatake Kakashi. Tubuhnya langsung ambruk di ranjang empuk itu begitu mencapai klimaksnya yang kedua. Tubuhnya lelah, dan lemas. Nafasnya memburu dan penglihatannya mendadak menjadi buram. Detik berikutnya, semua menjadi gelap...

"uuh.. Sasuke.." Neji menyemprotkan cairan kental miliknya di dalam tubuh Sasuke. Sebelum ambruk di samping Sasuke, Neji terlebih dahulu, menarik kembali kejantanannya dari lubang Sasuke.

"Kau luar biasa Sasuke, pantas saja pria itu menyukaimu," kata Neji sambil menyibak poni Sasuke. Tapi iris lavendernya mengecil seketika saat ia melihat Sasuke sudah pingsan. Menyadari hal Sasuke itu, Neji seakan terhenyak, "Maaf-kan aku Sasuke.. maaf.. aku sudah kasar padamu..." desis Neji sambil menarik tubuh Sasuke yang memanas karena demam. Memeluknya erat seakan tidak mau lepas. Ia menyesal sudah melakukan 'itu' pada orang yang harusnya ia lindungi. Ia mengecupi wajah Sasuke, tak terkecuali di bibirnya. Ia mengusap pipi Sasuke yang memerah dan panas. Neji mengeliminasi semua jarak diantara mereka berdua, hingga kedua tubuh polos mereka saling bersentuhan. Ditariknya selimut tebal untuk menutupi tubuhnya dan Sasuke sebelum tertidur bersamanya. Tidak peduli jika ada orang yang bisa masuk kapan saja.

._._. X ._._.

TBC

._._ X ._._.

Oke jangan lupa review N no flame...