Dia Miliku Tapi Juga Obsesi Ayahku
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Pairing : SasuNaru (sudah pasti), FugaMina, masih akan bertambah
Hujan hari itu turun cukup deras mungkin alam ini mengerti perasaan dari pria yang tengah ia guyur. Pria berambut kuning itu sudah sejam tak bergeming di dapan sebuah batu nisan maskipun tubuhnya telah basah.
" Kushi, kenapa kau tinggalkan aku ? " meski tau pertanyaan tak mungkin bisa dijawab pria itu tetap bertanya membuatnya terlihat gila " Aku tak berguna tanpamu, kau tau itu Kushi ?"
Pria yang bernama Minato, Namikaze Minato itu benar-benar telah hanyut dalam kesedihan. Bahkan ia tak sadar ketika ada tangan kecil yang menarik lengan bajunya. " Tou – san... tou-san jangan hujan-hujanan terus nanti sakit " disamping Minato tengah beridiri seorang anak kecil yang rambutnya bewarna sama dengan Minato, kuning cerah dan mata juga sama biru yang menyejukan. Anak itu membawa payung terlihat kesusahan membawa payung besar itu, ia berusaha memayungi ayahnya.
" Naru-chan..." Minato mulai tersadar dari lamunannya. Enatah mengapa melihat anaknya yang manis air matanya mulai jatuh.
" Ne... tou–san kenapa nangis? Apa karena ka-san tidur di bawah tanah itu?" tanya Naruto anak Minato itu dengan polosnya.
" Tak apa Naru, tou-san hanya teramat sayang pada kau dan ka-san mu" jawab Minato nggak nyambung.
" Unn... tou-san, kapan ka-san akan bangun dari tidurnya. Naru gak mau lama-lama pisah dari ka-san." bulir-bulir air mata mulai muncul dimata Naruto. Mendengar pertanyaan anaknya itu Minato hanya bisa diam, ia membalas pertanyaan anaknya itu dengan peluakan. Peluakan yang sangat erat. Dalam pelukan tersebut kedua makhluk berambut pirang itu saling berdu tangisan bahkan langit pun tak mau kalah dengan keduanya, hujan menjadi semakin lebat.
Dibalik sebuah pohon yang tak teralu jauh dari makam Kushina ada seorang laki-laki lain yang sedang menyeringai melihat adegan dramatis dari ayah dan anak Namikaze tersebut. "Sebentar lagi kalian akan jadi milikku "
~~~ 1 Tahun Kemudian~~~
Disalah satu lantai sebuah gedung yang sangat besar, ada ruangan yang selama ini digunakan sebagai kantor atau tempat kerja sang kepala keluarga Namikaze. Seorang pria sedang duduk di kursi sambil melihat lembaran-lembaran kertas yang tertata rapi di atas meja kerjanya itu terlihat frustasi.
" Aghhh... sebenarnya apa yang salah sih, kenapa jadi kacau seperti ini." Namikaze Minato sang kepala keluarga Namikaze ini sedang kebingungan dengan masalah yang menjerat perusahaannya. Sebenarnya ia tak sepenuhnya kebingungan, Minato tau betul penyabab masalah perusahaannya itu. Itu terjadi ketika mentalnya masih labil saat Kushina, istri tercintanya baru saja meninggalkannya ke dunia yang abadi. Namun Minato tak menyangka bahwa kelabilannya itu bisa menyababkan sebuah kesalahan dan menjadi masalah sebesar ini sehingga perusahaannya terancam bangkrut.
Bawahan Minato yang melihat kefrustasian dirinya hanya bisa menunduk. Mereka sama frustasinya dengan Minato, wajah mereka benar-benar kusut dan lesu. Dapat diyakini sekali bahwa mereka belum mau kehilangan pekerjaan karena bangkrutnya perusahaan.
"Ugh... maaf, tak seharusnya kalian ikut khawatir seperti itu. Aku akan berusaha agar kemungkinan terburuknya tak terjadi. Jadi tenanglah." Meski belum mendapatkan jalan keluar dari masalah yang menjerat, Minato berusaha ternyum menenangkan para bawahannya. Sungguh berutung orang-orang ini mememiliki atasan yang baik, bijaksan, dan bersungguh-sungguh akan tanggung jawabnya.
Dari arah luar ada seorang anak yang sedang menuju kearah kantor Minato sambil bersenandung riang. Ini adalah salah satu keberuntungan lain untuk perusahaan ini. Selalu dikunjungi seorang anak yang layaknya seperti mentari pembawa kebahagiaan. Anak itu adalah Namikaze Naruto atau ketika di sekolahnya dikenal dengan nama Uzumaki Naruto. Itu adalah kebijakan Minato mengikuti saran almarhum istrinya mengganti Namikaze menjadi Uzumaki. Untuk mencegah penculikan atau kejahatan lainnya terhadap Naruto, karena ia bersekolah di sekolah umum. Ini dimaksudkan agar Naruto bisa berteman deng siapapun tanpa harus memandang status keluarganya. Meskipun begitu kepala keluarga Namikaze ini tak mengetahiu bahwa anak tersayangnya ini selalu digoda oleh anak perempun maupun laki-laki, bahkan gurunya disekolah pun ikut menggodanya karena wajahnya yang amnis sekali.
"Tou-san..." Naruto berlari dengan riangnya menuju sang ayah dan langsung di sambut sebuah pelukan. Senyum anaknya yang lebar sedikit mengurangi kegundahan yang melanda Minato, ia pun ikut tersenyum.
"Ne... tou-san tau tadi di sekolah Naru dipuji sama bu guru loh. Bu guru bilang Naru itu pinter sama kuat karena gak nangis waktu jatuh diganggu temen di sekolah" Naruto terus mengoceh tentang kejadian disekolahnya, suaranya yang cempreng membuat cerita yang bisa saja menjadi menarik untuk didengarkan. Ocehan Naruto itu mampu membuat Minato tersenyum dan sesekali tertawa. Melihat ayahnya bahagia Naruto makin semangat menceritakan kegiatannya disekolah.
Dulu ketika Kaa-san meninggal, Naruto selalu melihat wajah Tou-san nya yang bersedih. Mulai saat itu pun ia berjanji untuk selalu membuat ayahnya tersenyum. Berbagai cara selalu Naru lakukan setiap harinya, dari yang seperti ini menceritakan pengalamannya, membuat gambar, bahkan dia belajar melawak dari acara TV yang ia tonton. Yahhh, mesik lawakannya selalu garing, tapi tetap saja itu dapat membuat Minato tersenyum. Naruto memang punya segala cara untuk membut Minato tetap bahagia.
Suasana yang ceria memenuhi ruangan kerja Minato itu telah menyebar keluar. Pntu yang terbuka mengundang setiap karyawannya yang melewati depan kantornya untuk tesenyum tersenyum, mereka tersenyum melihat seorang matahari yang sedang semangat bercerita. Bahkan ada beberapa karyawan bergerombol didepan pintu untuk mengintip keceriaan yang Naruto bawa. Mungkin salah satu dari mereka adalah shotacon yaaa...
Saat orang-orang asik menikmati kebahagiaan yang dibagikan Naruto, tiba-tiba ada seseorang yang beraura gelap mengganggu keasikan tersebut. Merasa jalannya terhalangi pria itu pun berdehem dibelang gerombolan makhluk yang sedang menikmati keimutan Naruto. "Ehmm..." Para karyawan itu melihat tatap tajam yang menusuk dari mata hitam pria tersebut langsung menyingkir memberikan jalan bagi dirinya.
Pria itu masuk kekantor Minato, dengan berjalan angkuh melewati para gerombolan karyawan itu. Ia meras terganggu mengapa orang-orang ini yang dia anggap rendah berani berkumpul di depan kantor atasannya begitulah yang ia pikirkan.
Keceriaan didalam kantor itu terhenti ketika Minato melihat siapa yang datang. " Ah... Uchiha- san silahkan masuk." Minato mempersilahkan pria yang ternyata bernama Uchiha Fukagu itu untuk masuk. Fugaku hanya menjawab denha kan 'Hn' kata yang artinya tak jelas dan ia pun duduk di sofa yang tersedia dikantor tersebut.
"Nah... Naru-chan sekarang bermain di luar ya. Tou-san harus kembali bekerja " kata Minato menyuruh Naruto bermain diluar. Minato tersenyum ke arah Naruto sambil mengacak-ngacak rambutnya.
"Un... baik tou-san" Naruto pun pergi keluar kantor dengan sedikit berlari.
Di sofa, Fugaku mentap kepergian Naruto dengan tatapan tajam sambil menyeringai, ia mentup bagian bawah wajahnya dengan tangannya. 'Manis... benar-benar manis. Khu... tunggu saja kau akan jadi milikku. Semua Namikaze akan menjadi miliku' pikir Fukagu tak waras, entah mengapa Uchiha satu ini sangat terobsesi pada para Namikaze. Padahal Namikaze itu adalah makhluk yang terang sangat kebalikan dari Uchiha yang gelap. Apakan Fugaku sebagai Uchiha tak merasa terganggu nanti dengan cahaya yang terang dari kedua Namikaze itu ya.
" Ehmm... Jadi apa tujuanmu kemari Uchiha-san" kata Minato membuyarkan lamunan gila sang Uchiha.
"Hn..." kata Fugaku gak jelas sambil menatap Minato, lalu matanya mengedarkan kearah para karyawan Minato yang ada disana lalu kearah pintu.
"Huff... Baiklah aku mengerti" Entah bagaimana caranya Minato dapat mengetahui dua kata tak jelas itu. Minato menyuruh karyawan yang ada didalam untuk keluar lalu menutup pintu kantornya. Kini Minato kembali duduk di sofa, depan sang Uchiha.
"Aku akan membantu perusahaanmu tapi..." Baru saja Minato duduk, Fugaku malah berdiri lalu memutari meja berjalan menuju Minato.
"Tapi apa ?"
"Kau harus menjadi miliku " kata Fugaku yang kini ada dibelakang Minato seduktif sambil menyeringai.
"Apa maksudmu Uchiha-san" Minato lantas berdiri mendengar kata-kata itu.
"Sederhananya kau harus menikah dengan ku"
"Kau gila, kita ini sama-sama seorang pria"
"Kau kan tau di negara ini hubungan sesama jenis itu legal"
"Aku menolaknya, aku masih normal" Minato berbalik lalu mulai menjauh dari Fugaku
"Hnnn... benarkah. Tidakkah kau kasihan pada karyawan mu." Tiba-tiba Fugaku sudah ada dibelakang Minato lagi, tubuh mereka sangat dekat. "Kau ada di posisi yang tidak memungkinkan, Minato"
Minato hanya bisa diam tak menjawab atau pun menyangkal pernyataan Fugaku.
...
Oke memang chapter ini nggak ada lemonnya tapi yang selajutnya pasti ada ^_^. Bagian SasuNaru nya juga belum ada, malah kebanyakkan FugaMina. Maaf yaa.
Ngomong2 aku gak ngerti harus ngisi genre nya apa ada yang bisa tolong aku.
Yah... aku gak terlalu baik berkata-kata yang pasti, terima kasih telah membaca fic gak jelas ini.
