Naruto ©Masashi Kishimoto

Story ©Hitsune Rika

.

Sasuke / Sakura

Hinata / Sai / Gaara / Neji / Sasori

.

Humor GAGAL [Garing Gaje Lol(?)] / Rated T

.

DLDR! OOC parah / AU / typo(s) / bahasa semi-baku / cerita suka-suka-gue / dkk(?)

.

.

Aku melirik ke arah depan, di mana gadis pujaanku tengah duduk. Itu, gadis yang duduk di sebelah kiri paling depan, bersurai lavender, dengan netra indigo miliknya yang selalu menatapku malu-malu. Namanya Hinata, Hyuuga Hinata. Meskipun ia sudah memiliki kekasih bernama Naruto dari kelas sebelah, aku tetap tidak peduli, toh tidak ada yang punya hak melarang perasaan seseorang. Apa aku salah, heh?

Aku sedikit tersentak saat irisnya menatapku bingung, sesegera mungkin aku mengalihkan pandanganku dan pura-pura bicara pada Sasori—teman sebangkuku.

Dari sudut mataku, dapat kulihat gadis itu kembali berbicara asyik pada teman sebangkunya. Ah, bicara soal teman sebangku Hinata, namanya Sakura, Haruno Sakura, gadis tinggi semampai dengan kacamata minus bertengger di hidungnya.

Ehm, sebenarnya Sakura itu bukan teman sebangku Hinata, ia hanya bertukar tempat duduk dengan Karin—teman sebangku asli Hinata.

Well, sebenarnya tidak ada yang aneh sih melihat dua sahabat itu duduk bersama selisih dua meja denganku. Tapi, entah kenapa otakku benar-benar tidak bisa diajak berkompromi, malah terus-terusan memikirkan mengapa Sakura pindah tempat duduk di samping gadis incaranku. Pasalnya, kata teman-temanku, Sakura itu menyukaiku, tapi kok, ia malah menjauhi tempat dudukku?

Tidak penting juga sih, tapi memikirkannya membuatku errr.. galau, mungkin? Hell, kenapa aku jadi memperdulikan gadis kacamata itu, sih? Tidak penting saja!

"Hey, Sakura! Aku duduk sama Ami, ya! Kau duduk sama Hinata saja seterusnya! Hihi,"

Belum sempat aku mendapatkan jawaban dari pertanyaanku sebelumnya, pernyataan Karin barusan sukses membuat satu pertanyaan muncul lagi di kepalaku, sedikit harap-harap cemas ingin tahu apa yang akan dikatakan Sakura selanjutnya. Tapi, aku berani bertaruh, pasti gadis itu tidak akan—

"Oke! Yeay! Hina-chan, kita sekarang duduk berdua! Hihi, sepertinya kau cocok dengan Ami ya, Karin-chan, sama-sama suka bergosip, hahaha. Nee, Hina-chan, lanjutkan ceritamu!"

Aku melongo mendengar kalimat panjang lebar Sakura barusan. Aku tidak salah dengar 'kan?

Kulirik sedikit si surai merah marun—Karin, yang kini duduk di depan Sasori, gadis itu mengangguk menyetujui pernyataan Sakura tentang dirinya yang sehati dengan Ami—teman sebangku asli Sakura—sembari mendelik jenaka ke arah Sakura.

Hell, hell, hell! Apa ini?! Kenapa sih, si kacamata itu pindah? Dan kenapa, aku jadi sedih begini? Tidak mungkin! Ya, aku sedih pasti karena Hinata-ku yang polos sebentar lagi akan tercemar virus hentai Sakura. Iya, pasti itu penyebabnya, pasti!

"Woy, kacamata! Minta permen!"

Apalagi sih ini?! Si jahil Neji, yang duduk tepat di sebelah kanan Sasori, melangkah menuju bangku depan tempat Hinata dan Sakura duduk, sembari memasang tampang ala-ala preman—yang tentunya hanya dibalas kekehan oleh Sakura.

Mengernyit menunggu apa yang akan dilakukan Sakura selanjutnya, aku mencoba mengalihkan perhatianku dengan mencoba berbicara pada Sai—yang duduk di bangku sebelah kanan Karin—mengenai anime yang katanya ingin ia minta padaku. Tapi hey! Ke mana pemuda itu?

Onyx-ku tak sengaja melirik ke arah tempat duduk Hinata dan Sakura lagi. Dan—hell! Sejak kapan Sai ada di sana?!

"Aku juga minta."

Ujarnya pada Sakura. Kemudian kulihat Sakura mendengus kecil, ingin rasanya aku tertawa karena Sai tak ditanggapi, tapi itu tidak jadi, karena pada kenyataannya, Sakura tetap saja memberikan dua biji permen rasa mint pada pemuda pucat itu.

"Hey, Sasori," Panggilku pada teman sebangkuku, sementara mataku berpura fokus pada buku biologi ditanganku. Lama tak terdengar jawaban, aku mengernyit, apa Sasori juga sudah—

"Hey, Saku, aku juga minta, ya?"

—sudah kuduga. Laki-laki bersurai sama dengan Karin dan Gaara itu sudah maju dan ikut minta permen pada Sakura.

Aku mendengus merasa terkacangi. Dengan kesal aku menutup bukuku, lantas mengambil langkah besar, aku mendekat ke arah tiga pemuda dan satu gadis yang tampaknya tengah bercanda ringan tersebut. Persetan dengan Hinata yang sudah keluar dari kelas entah sejak kapan, yang penting aku juga harus minta permen dari Sakura!

"Woy, aku juga minta." Ujarku datar, ah lebih mirip seperti memerintah, sih, tapi aku tidak peduli, yang terpenting aku juga harus minta minimal satu biji permen dari gadis kacamata yang selalu membawa stok permen ditasnya itu.

"Sudah habis." Sakura mengucapkannya dengan nada sarkastik, lantas mengendikkan bahu. Dan ku dengar bisik-bisik aneh seperti cekikikan keluar dari mulut ketiga temanku. Hell, kenapa aku selalu terlambat meminta permen padanya, sih?!

Dengan kesal, aku melangkah ke luar kelas, menyusul Gaara yang sudah dari tadi ingin pergi istirahat, tapi masih menunggu kami di pintu kelas.

Sedikit terdengar olehku suara ketiga temanku yang kembali meminta permen pada Sakura, dan—hey! Gadis musim semi itu lantas mengeluarkan sebungkus permen dan kembali memberikannya pada Sai, Neji, dan Sasori masing-masing tiga biji! Hell, kenyataan macam apa ini?!

Aku yang sudah kesal tetap bersikeras menarik Gaara yang masih bertahan di tempatnya, pandangan pemuda bertato 'Ai' di kening yang sesekali melirik ke arah meja Sakura itu mengisyaratkan bahwa 'kita-harus-menunggu-mereka'. Tapi satu sekon kemudian, Gaara malah meninggalkanku dan kembali masuk ke dalam kelas, menghampiri meja Sakura, heh?

"Saku, minta satu~"

Gaara memasang wajah sok imutnya, dan ditanggapi dengan toyoran pelan Sakura ditangannya. Kulihat Sakura kembali mengeluarkan empat biji permen dari dalam tasnya, lantas memberikan semuanya pada Gaara. Oh, Kami-sama, jadi tadi dia benar-benar membohongiku?!

Dengan emosi menumpuk di ubun-ubun, aku melanjutkan langkahku keluar kelas, tapi sebelum itu terjadi, seseorang telah lebih dulu menarikku. Bersiap menyemburkan emosi, aku mencoba menepis tangan siapa saja itu, tapi sebelum itu terjadi, aku malah tertegun melihat sosok yang kini berjarak sangat dekat denganku.

"Heh, Sasuke, kau ngambek, ya? Tadi permen jahenya emang sudah habis, tapi ternyata masih ada lima biji yang terselip dikantong tasku, ambil saja semuanya."

Tak bisa berkata-kata, aku hanya memandang emerald itu dalam dan terpaku.

"Woy, Sakura! Ayo kita ke kantin! Bentar lagi bel masuk, nih!"

Aku tersadar saat tangan Sakura melepaskanku. Gadis gulali itu melangkah keluar kelas menghampiri teriakan Matsuri—temannya dari kelas sebelah. Masih diam, aku hanya bisa menoleh pada Sai, Sasori, Neji, plus Gaara yang kini telah berdiri di sampingku, memandangku dengan tatapan aneh, karena mata mereka terus bergantian melirikku dan tanganku yang menggenggam permen dari Sakura, dan aku makin di buat bingung saat ke empat pasang tangan itu mencoba menarik-narik jemariku yang menggenggam lima biji permen. Karena masih terlalu err.. terpesona pada netra hijau milik Sakura tadi, aku sampai tak sadar bahwa ke empat pemuda itu sudah mengambil semua permenku. Hah?! Permenku! Iya, permenku!

"Sialan! Permenku, oi!"

Sial. Sudah diberi paling akhir, dikasihnya barang 'sisa', dicuri teman pula. Ck, teman juga yang jadi penjahatnya!

-fin-

A/N

Terinspirasi dari pengalaman sehari-hari Hitsu di kelas, dipalakin permen sama cowok-cowok asdfghjkl :'v

Dan, salah satu dari cowok-cowok itu is Hitsu's crush(?) 3 jadi disini Hitsu buat dari sudut pandang cowok itu, huehehe x3

Yah, meskipun gebetan Hitsu itu suka sama ehem, bestie-nya Hitsu :"3 tapi gapapalah, toh gak ada yang ngelarang suka sama seseorang kan, asal tau posisi dan inget keadaan (?) /curcol dikit boleh lah/ :'v

Eniwei, makasih buat yang udah baca~

Niat to ripiyu?

Salam poker face,

Hitsune!