"You and me got a whole lot of history.
We could be the greatest thing that the world has ever seen."
(One Direction - History)
.
Title : History
Cast : Jeon Jungkook / Kim Taehyung
Warn! BL! Jeon!seme. Don't read if you don't like. College!Au.
Ichizenkaze
.
.
.
HAPPY READING
.
.
.
Our First Encounter
Jungkook benci diktat-diktat menyebalkan yang harus ia tekuni seharian. Pekerjaan ini membuatnya harus tinggal lebih lama di perpustakaan, berteman dengan buku-buku tebal memusingkan kepala, ditambah jadwal makannya yang telat akibat tugas-tugas sialan yang harus ia kumpulkan sesegera mungkin agar nilainya tidak menyentuh huruf B. Lebih benci lagi ketika Dosen Mekanika Teknik-nya memberikan kelasnya setumpuk tugas yang tidak main-main di musim semi cerah yang seharusnya ia habiskan dengan bermain sepak bola atau sekedar sparring futsal dengan kelas lain.
Alih-alih berada di lapangan hijau ditemani terik matahari panas dan tubuh penuh keringat, ia harus merelakan waktunya untuk berkutat dengan segala macam pembahasan mengenai gaya, pembebanan, torsi, momen dan semua hal menyebalkan lainnya yang butuh kepala dingin dan konsentrasi penuh untuk memahaminya. Ia mencintai jurusan yang ia pilih, tentu saja. Namun, lama-lama semua pelajaran ini membuatnya muak. Perhitungan tak henti dan kecermatan luar biasa yang seringkali ia abaikan. Jungkook masih pemuda berumur sembilan belas tahun yang sembrono dan lebih memilih bermain XboX sampai pagi daripada tenggelam dalam buku-buku tebalnya untuk kuis esok hari.
Jungkook mengumpat ketika ia salah membawa buku; tertera tulisan besar Mekanika Teknik 2 dan terdapat keterangan untuk mahasiswa Teknik Sipil di bawahnya. Jungkook menghela nafas lelah, kembali mengumpat kasar saat ujung celananya tersangkut kursi dan hampir membuatnya terjungkal tidak elit. Sial, ini perpustakaan dan sekecil apapun suara bisa membuat seluruh pasang mata menatapnya tak suka. Jungkook bergumam maaf, membungkukkan tubuh lalu melangkah menuju rentetan rak-rak besar nan tinggi tempat seluruh ilmu arsitek terangkai sempurna.
Ia menjulurkan tangan ke atas, ingin menjangkau buku yang terletak di bagian rak yang agak tinggi. Jungkook dikejutkan dengan jari sehangat musim semi dan selembut sutra yang bersentuhan tipis dengannya. Jungkook bisa saja memarahinya, mengirimi rentetan cacian karena hell moodnya sangat tidak bagus saat ini. Tetapi, seluruh ucapannya tenggelam begitu saja saat ia menoleh. Mendapati wajah teduh bercampur pemberontakan murni. Bibirnya terkatup rapat. Berwarna merah alami dan kini tengah sedikit terkuak basah, menghantam sel-sel lapar di otak Jungkook karena aroma pasta gigi pemuda itu adalah campuran manisnya strawberry dan mint yang menyejukkan. Pandangan Jungkook terangkat naik. Membuat mata mereka bertatapan dalam beberapa detik yang menyekat atensi. Matanya menatap Jungkook. Bersinar dan dingin. Warnanya mengingatkan Jungkook akan lelehan coklat bercampur bubuk milo manis yang dapat menggerus gigi tetapi mampu memanjakan lidah.
"Eoh?" Ia bersuara dan mengedipkan mata. "Maaf," ucapnya. Mengambil langkah mundur teratur. Menerbangkan aroma Peppermint samar yang tercium oleh penciuman Jungkook yang setajam anjing. Rambut mahoninya bergerak halus saat ia melangkah mundur, memberikan jarak karena bahu mereka yang sempat bertubrukkan secara tidak sengaja.
Jungkook berdeham kecil. "Tidak masalah." Ia tersenyum kecil. "Butuh buku ini?" Tanyanya sembari mengambil buku yang sempat ingin diambilnya dan menyerahkannya pada pemuda itu.
"Ya," jawab pemuda itu. Tersenyum acuh dan menimang berat buku itu dalam genggamannya. "Tiga kali bolos dan mendapat ancaman manis dari dosen tua itu yang dengan senang hati akan menulis huruf C di lembar rekap nilaiku dan memberikan pilihan; meringkas buku tebal ini atau mengulang mata kuliahnya semester depan. Sialan, tentu saja aku memilih meringkas buku ini. Ya, walaupun dia hanya memberiku waktu satu hari untuk menyelesaikannya." Pemuda itu mengangkat buku setebal tiga senti dengan halaman hampir menyentuh angka 600 lembar dengan wajah enteng. "Menyebalkan, huh?"
Jungkook menjawab gugup. "Sangat."
Pemuda itu tersenyum. Memperlihatkan bentuk rectangle. Sempurna. Iya, senyumannya sangat sempurna, mampu menyihir Jungkook hingga tak sadar ikut mengangkat sudut bibirnya. Seketika kepenatan akan jam-jam bergumul dengan bermacam Teori Newton hilang entah kemana.
"Eh? Apakah kau juga mau mengambil buku ini?" Ia memasang wajah bersalah yang lucu. Bibirnya tertarik melengkung, dengan alis saling bertautan.
Jungkook terkekeh. "Tugasku tidak terlalu penting." Ucapnya sambil mengibaskan tangan seakan tak perduli. Jungkook tersenyum kecut dalam hati. Deadline untuk tugasnya adalah besok. Catat itu, besok. Besok. Dan jungkook masih bisa bersikap sok cool di depan pemuda yang mempunyai senyuman teramat indah di hadapannya ini.
"Terimakasih," Ucapnya tulus. Memberikan Jungkook senyuman mematikan.
Sialan. Ada bubuk sihir yang pasti ditebar pemuda itu ditiap senyumannya. Jungkook saja hampir lupa bernafas ketika melihatnya. Pemuda itu memiliki jenis senyuman yang sulit ditolak. Senyuman yang membuat siapa aja berteriak gemas dan diam-diam ingin mengecup bibirnya yang berbentuk kotak.
"Aku duluan. Waktuku tinggal delapan belas jam lagi untuk menyelesaikan tugas jahanam ini." Ia memutar bola matanya malas, terkekeh lucu sambil melambaikan tangan, membalikkan tubuhnya dan melangkah menjauh.
Jungkook bahkan belum sempat bertanya namanya. Ia menjilat bibirnya yang kering, tenggorokannya tercekat, ia menatap punggung sempit pemuda itu yang berlalu semakin jauh. Detak sol sepatunya berdecit halus saat ia melangkah. Jungkook tergagap, ia mengangkat tangan, berteriak meminta perhatian.
"Hei—"
"Taehyung." Pemuda itu membalikkan tubuh menghadap Jungkook, masih dengan senyuman melengkung di wajahnya. Ia memberikan Jungkook kerlingan menyesatkan. "Namaku Kim Taehyung."
Jungkook membuka mulut terkejut, berkedip beberapa detik lalu mengangguk tipis dan tersenyum. "Aku Jeon Jungkook."
"Senang berkenalan denganmu, Jeon Jungkook."
"Aku juga."
Taehyung memeluk bukunya dalam dekapan. "Semester empat, Teknik Sipil. Bagaimana denganmu?"
"Well, semester dua. Arsitektur."
"Waw, cool." Taehyung menggerakkan tangannya gugup. "omong-omong aku harus segera mengejar kelasku."
"Oh, tentu. Jangan buat aku menahanmu."
"Dan kelasku berakhir jam lima sore," Ucapnya sambil berjalan mundur. Mata mereka tak lepas satu sama lain. Mencoba menelaah dalam dan pasti. Taehyung menyisiri poni coklatnya ke belakang, membuatnya menjadi acak-acakan namun kembali terjatuh halus di dahinya, menggoda Jungkook dengan gerakan tubuhnya yang agresif namun pasif di saat yang bersamaan.
"Cafe di ujung jalan?" Aju Jungkook, menaikkan alis.
"Boleh," Jawab Taehyung lalu tertawa lepas. "Kalau begitu aku pamit."
"Oke."
"Oke."
"Jam lima?"
"Jam lima tepat."
"Manis."
"Maaf?"
Jungkook menggeleng sambil tertawa kecil. "Sampai bertemu jam lima nanti...,"
...manis.
TBC
HELOO~ KESAYANGANKUU~
jadi ya, ini adalah semacam kumpulan drable yang bakal terus bersambung dan menceritakan secara ringkas gimana kisah cinta Taehyung dan Jungkook. Aku ga bisa prediksi sampe berapa chapter. Just enjoy it, yea?
P. S untuk cinnynese : FFNYA YA TEH KUTUNGGU SANGAT /KECUP/
Last, i'm appreaciate reviews soooo much
RnR Juseyooo~
