Pintu itu dibuka pelan oleh pemilik rumah tersebut, Alfred F. Jones. Rumah itu kosong. Tapi Alfred tahu bahwa sudah ada orang lain dirumah ini yaitu adiknya, Maylen Williams. Biasanya, kalau sudah mendekati jam makan malam seperti ini, Maylen akan menunggu kepulangan kakaknya diruang tamu. Tapi sekarang tidak. Tak ada seorang pun diruang tamu itu.
"Maylen! Kau dimana? Aku tahu kau sudah pulang, Maylen. Hoi... jawab dong!" seru Alfred. 'Kamarnya' pikir Alfred.
Alferd segera menaiki tangga menuju lantai dua menuju kamar adiknya. Sampai di depan kamar Maylen, Alfred mengetuk pintu perlahan, "Maylen, kau didalam?"
"Alfred? Iya, aku di dalam kok." jawab Maylen dari dalam.
Alfred menghela napas lega. Tak terjadi apa-apa pada adik tercintanya itu. Disadari Alfred bahwa kamar itu dikunci. "Kau sedang apa di mengurung diri dikamar?"
"Aku tak mengurung diri. Aku sedang buat presentasi, Alfred. Aku hanya tak mau diganggu." jelas Maylen.
"Baiklah Maylen. Nanti buatkan makan malam ya." seru Alfred.
"Sudah kok. Alfred, jangan ganggu aku deh. Presentasi ini harus selesai besok." gerutu Maylen
"Baik, baik. Maaf ya, Maylen. Selamat mengerjakan."
Disclaimer: Hidekaz Himaruya yang punya Hetalia
Warning: Abalness, cacadness, typo(s), fem!Canada-Maylen, OOC untuk Alfred dan beberapa chara lainnya, RnR, gak terima flame. Mau nge-flame, di messages aja.
A/N: To mbak ., maaf kalau berkesan plagiat karena ini ceritanya mirip-mirip Godfather. Tapi ini terinspirasinya dari CSI N.Y. Ya... saya hanya ambil amannya saja kok. Sekali lagi maaf ya mbak . kalo ternyata emang terkesan plagiat Godfather.
Sirine mobil polisi menggema kesuluruh langit malam Los Angles. Tepat berada disebuah perumahan real estate. Rumah ini rumah termewah di antara rumah lainnya. Kenapa disini ada banyak mobil polisi? Ya, karena disini ada sebuah pembunuhan dirumah ini...
Cahaya blitz kamera menyinari sebuah kamar di dalam rumah ini. Sedang di adakan olah TKP disini.
"Bagaimana, Gilbert?" tanya Alfred selaku pimpinan kasus ini.
"Oh, hai Alfred!" sapa laki-laki albino yang sedang memotret korban di crime seen ini. "Identitas belum diketahui," lanjut laki-laki albino bernama Gilbert ini. "Yang jelas mati tertembak,"
"Senjatanya?" tanya Alfred lagi.
"Handgun kaliber 70mm." Gilbert menunjuk handgun yang tegeletak di lantai berlumuran darah itu
"Kaliber 70? Kau yakin? Itu jarang sekali di L.A." ucap Alfred sedikit tak percaya
"Silahkan cek sendiri kalau tak percaya," Gilbert melanjutkan memotret korban pembunuhan itu, juga TKP-nya.
Alfred berjalan ke tempat pistol itu tergeletak. Dia berjongkok untuk melihatnya lebih jelas. Di handgun kaliber 70 itu terdapat bekas bantingan.
"Pelaku menembak korban, lalu setelah mendengar sirine polisi, dia kabur. Sepertinya pistol ini terjatuh dari saku."
Alfred menengok kearah suara dibelakangnya. Matanya langsung melebar an mulutnya tersenyum selebar matanya yang dibingkai oleh kacamata itu. "Iggy!" seru sambil memeluk orang beralis tebal, bermata emerald, yang disebut oleh Alfred sebagai "Iggy" ini.
"Git! Berhenti memanggil Iggy, Alfred! Namaku Arthur!" gerutu Iggy yang ternyata bernama asli Arthur
"Itukan panggilan sayangku kekamu, Iggy ( = 3 = ). Kamu dingin banget sih." kata Alfred manja.
"Alfred ini di TKP. Jangan main-main deh." Arthur melepaskan pelukan Alfred a.k.a ehemsemeehem-nya tercinta itu.
"Haha... Aku tahu kok. Oh ya, ada informasi lain?" tanya Alfred mengganti topik
"Aku sudah menemukan identitas korban. Namanya Jeanne d'Arc. Tapi lebih akrab di panggil Joan. Kekasih dari Francis Bonnefoy. Kuliah di Universitas X, kriminologi." jelas Arthur sambil menunjukkan kartu mahasiswa Joan. "GIT! KENAPA ELO KAGA PAKE SARUNG TANGAN KARET BLOODY HELL?" geram Arthur melihat tangan Alfred yang polos tak seperti penyelidik lainnya.
"Nee?" Alfred memandang tangannya. "Haha... Aku lupa." ujarnya ceria.
"GOBLOK LO! LO BISA NGUBAH TKP KALO LO KAGA PAKE SARUNG TANGAN GIT!" sumpah serapa meluncur dari detektif Inggris itu.
"Tenang Iggy," Alfred memakai sarung tangan karetnya, "Aku belom nyentuh apapun kok disini."
Iggy facepalm melihat tingkah laku pacarnya itu. "Haah... Letnan macam apa sih kamu?"
"Aku letnan yang selalu mencintai kekasihnya yang bernama Arthur Kirkland yang akan segera berubah nama menjadi Arthur F. Jones~" Alfred memeluk ehemukeehem-nya
"Oi, lu! Bisa ya lo pada pacaran depan mayat?"
"Hai, Ayu!" sapa Alfred pada perempuan yang tadi menyindirnya. "Hai juga Rio." kata Alfred lagi pada laki-laki di belakang perempuan yang bernama Ayu itu, "Dapet info apa?"
"Ini bukan rumah dari korban kita rupanya," jelas Rio Destia,
"Ini rumah kekasihnya, Francis Bonnefoy." tambah Ayu Sekar Ningrum. Mereka berdua kakak beradik yang bertugas di L.A dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. "Bisa gak lu lepasin Arthur dulu?" Ujarnya dengan nada jengkel.
"Oh? Baiklah," Alfred melepaskan pelukannya dari badan Arthur yang memucat. Sepertinya dia sulit bernafas karena dipeluk oleh Alfred yang kekuatannya tidak kira-kira.
"Mokat deh tu bocah," lanjut Ayu.
"Kalau ini rumah Francis, Francisnya mana?" tanya Alfred tak menggubris perkataan Ayu
"Aku melihat di e-mailnya, ada messages dari orangtuanya. Dia pulang ke Prancis karena ibunya sakit." jelas Rio
"Lo bisa buka e-mailnya? Gimana caranya?" kata Arthur yang sudah menormal (?)
"Jangan remehkan kemampuan hacker Indonesia ( = = + )." kata Ayu dan Rio berbarengan.
"Ya sudah. Bawa korban kita ke bagian forensik. Kita lanjutkan penyelidikkan besok." kata Alfred.
"Baik!" ucap Ayu dan Rio bersamaan. Mereka berdua segera berjalan kearah pengolah TKP lainnya dan memberitahukan bahwa penyelidikkan dilanjutkan besok.
"Good Night, Iggy." kata Alfred sambil mengecup singkat bibir ehemukeehem-nya
Muka Iggy memerah. "Go-Good Night."
CHAPTER ONE COM-PE-LE-TE! HUUUUOOOOH! SAYA AUTHOR SAKAU CSI N.Y!
Ok, cukup gilanya. Yap, saya emang lagi sakau CSI teman-teman. Mau nonton Criminal Minds kemaleman sih. Miina-san, review ya~ Kalo ada yang gak suka ini gara-gara mirip ama Godfather ya... kaga usah dibaca. Santai aja agan, sista ku tercinta
