Chapter 1

Disclaimer: Diabolik Lovers bukan milik saya. This fanfcition and OC is belongs to me.

Happy reading, sory for the typo :D, dan karena saya gak mainan gamenya ada kemungkinan bakalan OOC (hehe, gomen ne minna), dan humor garing krenyes krenyes

.

Kenyamanan yang terkadang mudah terlupakan keberadaannya, tetapi ketika hal itu menghilang... kita baru menyadari seberapa pentingnya bagi kehidupan kita.

.

.

.

Tok! Tok! Tok!

Aku mengetuk pintu Sakamaki Mansion. Sambil menunggu pintu dibukakan, aku membetulkan posisi tas ransel hitamku dan merapikan almamater sekolahku. Aku pun melihat arlojiku. Oke, waktunya masih cukup. Yokatta ne...

O, ya! Sebelumnya, perkenalkan, aku Harada Sakura. 17 tahun. Tadinya, aku berharap hanya menjadi gadis SMA yang biasa-biasa saja, menikmati masa mudaku, jalan-jalan, karaoke bareng teman-teman, dan semacamnya. Tapi impian kecil itu hancur ketika aku diberi sebuah tugas oleh kedua orang tuaku.

Kalian tahu, tugas itu maksudnya apa? Nanti akan kuberitahu.

Aku mendengar suara menderit dari pintu dan kepala seorang gadis berambut blonde menyembul keluar, "Ah, Sakura-san!" serunya girang.

"Yui! Boleh aku masuk?" kataku.

Ah, gadis itu namanya Yui Komori. Dia manusia dan hidup bersama Sakamaki bersaudara. Aku tahu, pasti keenam Sakamaki bersaudara ketagihan dengan darahnya Yui. Aku pun sebagai vampire berdarah campuran bisa mencium darah Yui yang memang harum. Tapi, aku beda dengan Sakamaki bersaudara itu, aku ini vampire setengah manusia. Dan aku vegetarian. Vegetarian dalam artian tidak minum darah manusia. Tidak ada alasan khusus, hanya saja ada sesuatu yang menahanku untuk meminum darah manusia. Entah apa itu, yang jelas aku benar-benar tidak bisa meminumnya dan tidak punya hasrat untuk meminumnya.

"Silakan Sakura-san!" Yui pun mempersilakanku masuk.

Aku pun langsung melenggang masuk, "Yui, dimana anak itu? Apa masih di kamarnya?" aku menebar pandanganku ke sekeliling hall mansion ini.

Yui mengangkat bahu, "Entahlah, Sakura-san. Aku tidak melihatnya. Padahal sebentar lagi kami akan berangkat sekolah."

Aku mencebik bibirku. Mendokusai na! Aku pun memejamkan mata, mencari keberadaannya lewat energi yang ia pancarkan. Ah! Ketemu! Hah, rupanya anak itu sedang di kamar mandi!

"Yui, aku duluan, yah! Jaa ne~" aku melambaikan tangan pada Yui, lalu menjetikkan jari dan seketika aku berteleportasi menuju kamar mandi, meninggalkan Yui dengan ekspresi terkejut yang lucu plus bodoh. Hhh, Yui...!Dia kan sudah tinggal lama di sini, masa masih belum terbiasa melihat orang berteleportasi? Nah, terus, selama ini, Sakamaki bersaudara itu kan selalu berteleportasi di depannya, dan dia tidak menyadari hal itu? Benar benar...!

Aku pun sampai di kamar mandi. "Oi, Shuu!" seruku pada seseorang yang masih berpakaian lengkap sedang berendam di bathub sambil mengenakan earphone. Dia ini mandi atau apa, sih?

"Ahh, kau lagi," ujarnya sambil membuka salah satu matanya dan melirikku dengan malas.

"Hoi! Ini jam berapa!? Kau mau telat ke sekolah?!" semburku sambil mendekat ke arah bathub.

Dia memejamkan matanya, "Berisik! Kau mengganggu. Pergi jauh-jauh sana."

Aku berkacak pinggang, "Tidak, sampai kau bangun dan siap-siap ke sekolah!"

Baiklah, kalian masih ingat perihal tugas yang orang tuaku berikan? Yep, ini adalah salah satu tugasku. Sejak orang ini, Sakamaki Shuu, harus mengulang tahun ketiganya di sekolah, aku dipercayakan ayahnya dan kedua orang tuaku untuk menjaganya. Dia itu sering banget kabur saat jam pelajaran. Maleeesnya gak ketulungan! Makanya, aku di suruh menjaganya seperti baby sitter, memastikan dirinya belajar dengan baik dan benar serta tidak kabur saat jam pelajaran.

Oh, ya ampun! Masa mudaku harus dihabiskan dengan menjaga bayi tua seperti dia! Wajahnya memang tampan dan enak dilihat, tapi kelakuannya itu tidak sinkron dengan wajahnya yang seperti pangeran.

Aku mengenal Shuu sejak kami kecil. Orang tua kami bersahabat, terutama dalam hal bisnis. Aku sering bermain dengan dia. Hmm.. mungkin kami menjadi 'dekat' karena punya ketertarikan yang sama.. yaitu musik! Aku dan dia sama-sama suka musik klasik, dan kami pernah mengambil kursus belajar piano.

Tapiii... bukan berarti kedua orang tuaku langsung mempercayaiku untuk mengurus Shuu kan? Kalian tahu, membuat Shuu berjalan dari meja tempat duduknya di kelas itu butuh kesabaran extra. Hahhh... menyedihkan sekali yah hidupku?

Aku menepuk-nepuk bahu Shuu, "Shuu! Jangan tidurrr! Ayo siap-siap ke sekolah!"

"Berisik. Sana pergi. Suaramu itu merusak gendang telingaku," ujar Shuu ia membuka matanya dan menatapku tajam.

"Makanyaaa! Ayo, cepet siap-siap! Mandi yang bener. Jangan tiduran lagii!" seru sambil menggoyang-goyangkan bahunya.

"Ya, ini lagi mandi. Kau saja yang tiba-tiba datang dan mengganggu. Daripada itu, mending bantu aku melepas pakaianku," ujarnya dan kemudian ia tersenyum mesum.

Aku terdiam dan menatapnya. Sesaat kemudian mataku berbinar semangat, "Benarkah, Shuu!? KYYAAA! Akhirnya bisa ngelihat badan six pack Shuu! Yuhuuu! Sesksi banget pastiiii!" dan tanpa sadar aku mimisan.

Shuu tersenyum masam dan menatapku jijik, "Ah, aku lupa kau ini cewek mesum."

Aku mengelap hidungku yang tadi mimisan,"Jadi.. Shuu," aku mengedipkan mataku sok manis, "Mau kubantu melepas pakaianmu? Atau kita mandi bareng?"

Shuu langsung memasang wajah datar dan sesaat kemudian dia nampak terlihat mual, "Ck. Kau menghancurkan mood-ku!" dia pun dengan ogah-ogahan beranjak dari bathub.

Ia lalu memandangku dengan heran, "Ngapain masih di sini?" ujarnya ketus.

"Lah, gak jadi mandi bareng, Shuu?" tanyaku masih mengedip-ngedipkan mataku sok manis.

JEDAARR!

Shuu menatapku dengan death glare yang sangat menakutkan. Sesaat aku merasa angin dingin berhembus di belakang leherku. Membuatku merinding ketakutan.

"A-ah, gomen, Shuu. Aku akan segera pergi," ujarku tersenyum manis dan sesegera mungkin pergi sebelum aku berubah jadi abu akibat tatapan lasernya tadi.

.

.

.

"Hoo... aku baru sadar kau sekelas denganku," ujar Shuu sambil menatapku yang duduk di sebelahnya.

"Makanya, jangan kabur terus pas jam pelajaran. Masa seminggu masuk sekolah kau tidak menyadarinya, sih?" ujarku sambil mencatat pelajaran hari ini.

"Aku malas. Ngapain masuk kalau tahun lalu aku sudah belajar ini, bosan sekali kalau terus menerus diulang," ujarnya sambil memasang earphoneya.

Aku mendengus, "Makanya jangan bodoh."

"Apa kau bilang?" ia menatapku tajam.

"Ahh... ti-tidak kok... aku gak bilang apa-apa tadi. Suweerr!" aku terkekeh kikuk.

Ia masih menatapku dengan mata lesernya itu. Aku pun segera menutup wajahku dengan buku cetak. Aku tidak tahan ditatap begituuu. Serem rasanya! Kayak ada algojo di samping.

"Kenapa kau ada di kelasku?"

"Eh?" aku menatap bingung ke arahnya.

Ia menatapku penuh selidik, "Seharusnya kau sekelas dengan Ayato kan? Kau seangkatan dengan dia kan? Kenapa tiba-tiba kau di sini?"

Aku tersenyum sombong ke arahnya, "Kan aku pintar. Makanya masuk kelas akselerasi. Memangnya kau?" aku berselohor.

"Ck. Mattaku!" dia mendengus sebal.

Aku memeletkan lidahku, "Makanya jangan suka bolos."

Dia mendelikku tajam.

Aku mengangkat bahuku tak acuh. Lalu menit-menit pun berlalu. Tiba-tiba aku mendengar suara dengkuran kecil dan nafas teratur. Aku pun melirik ke sampingku.

He?

Shuu tidur?

Duhh, kalau sampai ketahuan Sensei gimana? Nanti dia dimarahin. Terus diaduin ke ayahnya. Terus ayahnya ngadu ke orang tuaku. Nanti ujung-ujungnya aku yang disalahin karena gak bisa jagain Shuu. Huwwee...

Aku pun mengakali nya dengan menutup wajah Shuu dengan buku pelajaran. Sehingga orang-orang mengira dia sedang membaca buku, padahal sebenarnya dia tertidur. Aku pun dengan awas mengawasi setiap gerak-gerik Sensei. Untung saja Sensei gak berjalan ke arah bangkuku, sehingga ia tidak menyadarinya.

Aku pun menghela nafas pendek. Kutatap teman masa kecilku yang sedang terlelap itu. Ada apa dengan dia, huh? Selalu saja tidur dan bermalas-malasan, benar-benar tidak punya gairah hidup, yah?

Hfftt, kalau dilihat-lihat dia lucu juga kalau sedang tidur. Seperti anak kecil. Damai dan tenang. Gak ada tatapan dingin maupun kata-kata ketus. Tanpa sadar aku tersenyum kecil sambil menatapnya.

Aku pun juga ikut-ikutan membaringkan kepalaku di meja. Wajah kami dekat. Dan bisa kurasakan nafas teraturnya yang hangat. Kusingkirkan beberapa helai rambut yang mengalangi matanya. Dia itu... dari dulu sudah tampan dan semakin tampan yah? Aku tersenyum lembut padanya, lalu dengan cepat kukecup dahinya yang terhalang poni. Sebelum dia sadar, aku pun segera menegakkan badan dan kembali pada aktivitasku semula, mencatat pelajaran.

Ya, aku tahu, sejak kecil aku menyukainya.

.

.

.

To be Continued

Author's Note:

Haloha minna-san? Genki desuka? Sebelumnya perkenalkan, saya Onica278, author yang baru merambah ke fandom Diabolik Lovers. Saya benar-benar jatuh cinta dengan Shuu Sakamaki sejak awal saya nonton anime ini. Apalagi pas adegan di kamar mandi *nosebleed*.

Setelah Shuu di posisi kedua ada Subaru. Saya suka karakter dia yang tsundere tapi ngegemesin :3 Mungkin, setelah fanfic ini kelar, aku bakal bikin cerita tentang Subaru. Hehhe... (padahal fic-fic yang lain belum kelar, dan belum tentu fic ini bakalan cepet update)

Ehm. Untuk chapter 1, sedikit aja dulu kali yah? Mau lihat respon reader. Kalau bagus dan banyak peminatnya saya bakal semangat untuk update. Kalian tahu nggak, bagi para author favorite/follow/review dari kalian adalah vitamin bagi kami. Pasti bakalan semangat atau seenggaknya bisa bikin kita 'ahh, ternyata ga sia-sia nulis sampai tangan keriting, ternyata ada yang baca' 'hooo, rupanya tulisanku gak buruk-buruk amat' 'ya ampun ternyata ada yang mau mereview, duhh jadi pingin cepet2 update deh.' kira-kira begitu. betul gak minna-san?

Jaa nee mina-san! Mau bobo cantik dulu (author nulisnya malem), bsk ada upacara pembukaan tahun ajaran baru, takut telat bangun. Bye bye!