UNEXPECTED TURN
Hidup dengan keterbatasan financial memang sebuah penderitaan. Namun asalkan kau ada disini, itu cukup memberiku kekuatan untuk terus berjuang menghadapi hari esok. Tapi tidak kusangka akan menghadapi penderitaan yang lebih menyakitkan dari kemiskinan.
Sekian review cerita ini ^_^ bagi yang penasaran silahkan buka cerita ini, dan tinggalkan kesan dengan menulis review/point of view tentang certa ini.
Gundam Seed/Destiny © Sunrise, Bandai, dan Penciptanya
Author tidak mengambil keuntungan dari cerita ini
Hanya meminjam karakter untuk mengeluarkan imajinasi
*karakter-karakter akan OOC*
"Mulai besok, tidak perlu bekerja lagi disini. Ini pesangon mu".
Ini adalah ketiga kalinya dalam sebulan. Wanita dengan rambut pirang keemasan yang menjuntai sampai punggungnya itu menerima dengan pasrah nasibnya. Sama seperti biasanya. Tak apa, dia sudah terbiasa dengan kalimat-kalimat pemecatan seperti itu. Sudah tak ada lagi rasa sedih, marah, ataupun kesal. Perasaan-perasaan itu sudah terganti dengan rasa acuh, toh kejadian ini sudah berulang seperti layaknya de ja vu. "Huft" hanya itu yang bisa dia uajarkan.
"Dapat pesangon pun sudah lumayan, masih lebih baik dari sebelumnya".
"Yosh, semangat Cagalli, karena kau dan Alex harus makan dan tetap hidup".
Itu yang bisa dia ucapkan saat ini untuk terus menyemangatinya dalam menghadapi kehidupan. Saat ini Alex sangat membutuhkannya. Dia adalah satu-satunya orang yang Alex punya di dunia ini. Segala sesuatu yang dia lakukan hanyalah untuk membuat Alex hidup senang walau dalam keadaan yang tidak menyenangkan baginya.
"Sampai juga"
"Selamat malam, maaf, aku baru bisa menjemput Alex".
"Alex, mari pulang, jangan lupa ucapkan terima kasih banyak pada bibi Mana".
"Terima kasih bibi Mana"
"Ayo Ma, kita pulang, aku sudah ngantuk dan cape"
"Aku mau mimi susu"
Tawa dan celotehan Alex selalu bisa menghilangkan semua beban hidupnya. Dia bisa mengorbankan apa pun untuk kebahagiaan Alex. Begitulah kehidupan sehari-harinya. Bekerja dari pagi hingga sore. Menjemput Alex. Bermain, bercerita, bercengkrama dengan Alex sebelum tidur. Sedikit tidur. Melakukan pekerjaan rumah. Menitipkan Alex. Bekerja, bekerja, bekerja lagi. Tak apa, begini saja sudah membuatnya bahagia.
"Mama besok kita akan melakukan apa?"
"Eeeem, besok Mama harus mencari pekerjaan, Sayang"
"Oooh, kalau begitu kita harus cepat tidur Mah, kan harus bangun pagi"
"Iya, mari kita tidur"
"Selamat tidur Mama"
"Selamat tidur Sayang, mimpi indah ya"
Yup, Alex memang anak yang sangat pengertian. Walaupun dia belum mengerti apa itu mencari pekerjaan tapi yang dia tau setiap istilah itu keluar dari bibir manis Mamanya berarti bangun lebih pagi dan pulang lebih larut. Untuk ukuran anak empat tahun, Alex termasuk anak yang dewasa dan pandai, mungkin itu juga yang membuat banyak orang suka padanya. Ini meringankan beban Cagalli karena tidaklah sulit menitipkan Alex pada tetangga sekitarnya seperti bibi Mana.
"Cagalli, mau bekerja sebagai asisten rumah tangga?"
Cagalli berpikir, mungkin jadi asisten rumah tangga tidak buruk, patut dicoba, lagi pula dia sudah mencoba berbagai profesi dan tidak bertahan lama. Sebenarnya dia pun tidak begitu mengerti mengapa tidak ada pekerjaan yang tepat untuknya. Mungkin karena Alex. Yaaaa mau bagaimana lagi dia terlalu saying pada Alex hingga tak mampu untuk jauh darinya.
"Di sebuah mansion. Jauh dari sini. Kau harus tinggal disana. Bagaimana?"
"Apa aku boleh membawa Alex untuk tinggal disana?"
"Tentu. Banyak kamar untuk asisten rumah tangga disana. Coba saja dulu. Mungkin kau tidak harus mencari kerja lagi nantinya"
"Baiklah. Akan ku coba"
"Besok pagi pergilah ke mansion di pinggir kota, temui Kisaka dan katakana padanya bahwa aku yang memintamu untuk datang"
"Baiklah, terima kasih Asagi"
Cagalli langsung menjemput Alex dan berkemas karena mereka harus berangkat pagi sekali. Dia tak mau kesan pertamanya hancur gara-gara keterlambatan. Apa pun yang menunggunya disana tidak akan lebih buruk dari pengalaman sebelumnya. Dia mencoba untuk membangun optimisme dalam dirinya.
Dua jam perjalanan dengan kereta hanya membuat Cagalli semaki cemas dengan lingkungan barunya nanti. Banyak pertanyaan yang terbentuk dipikirannya. Bagaimana kalau majikan barunya tidak menyukasinya? Bagaimana jika majikannya tidak mengijinkan Alex tinggal di mansion itu. Bagaimana jika lingkungan barunya tidak menyukai keberadaannya? Bagaimana jika …? Bagaimana jika …? Bagaimana jika …? Semua ini membuatnya pusing.
"Mama ko diam saja siiii? Mama tidak liat yaaa pemandangannya baguuuus"
"oh iyh Alex maaf, Mama hanya sedikit gugup."
Cagalli memang tidak pernah berbohong pada Alex. Sebisa mungkin dia mengatakan yang sejujurnya walaupun tidak semua dimengerti oleh Alex. Tapi bagi Cagalli berkata yang sejujurnya pada Alex adalah caranya untuk menanamkan kejujuran. Alex harus tumbuh menjadi orang yang jujur agar kelak tidak menghadapi kesulitan.
"Sebentar lagi kita sampai. Ayo bersiap-siap Alex!"
"Baiiiiik"
"Mr. Kisaka, Asagi memintaku untuk menemuimu"
"Asagi ya. Baiklah siapa namamu?"
"Cagalli dan ini Alex. Eeem apa benar tidak apa Alex tinggal disini bersamaku? Aku berjanji dia tidak akan berbuat onar"
"Eeem, baiklah. Kau harus memegang janjimu, jangan sampai Alex kecil ini berbuat onar disini"
"Baik. Terima kasih Mr. Kisaka"
"Tugasmu adalah membersihkan ruangan di lantai bawah. Disana ada ruang kerja, ruang rapat, perpustakaan, toilet, ruang tamu. Kebersihan ruangan-ruangan tersebut adalah tanggung jawabmu"
"Aku mengerti"
"Kau bisa mulai bekerja setelah membereskan barang-barangmu. Bertemanlah dengan semua pekerja disini"
"Baik"
Cagalli memang orang yang gampang bergaul dalam waktu setengah hari dia sudah mengenal semua pekerja di masion ini. Tukang kebun, juru masak, penanggung jawab kebersihan di lantai 2 dan 3, asisten pribadi tuan rumahnya, serta penanggung jawab para pekerja (Mr. Kisaka). Mereka semua juga menyukai Alex karena dia anak yang lucu dan cerdas serta penurut.
Cagalli juga mempelajari siapa majikannya dan bagaimana kehidupan sehari-hari majikannya dari teman-teman barunya. Itu saja sudah membuat Cagalli merasa lega dan mengusir semua keresahan yang dia rasakan selama dalam perjalan menuju mansion ini.
Sudah dua bulan Cagalli bekerja di mansion ini. Yup, ini adalah pekerjaan terlama yang dia dapatkan dalam setahun ini. Sekarang dia sangat mengenal mansion dan majikannya dengan baik.
Mr. Zala adalah seorang dokter spesialis anak. Dia memiliki seorang putri bernama Alexa yang berumur enam tahun. Setiap pagi mereka pergi bersama, Mr. Zala mengantar Alexa ke sekolah, terkadang mereka pulang bersama juga. Setiap week end mereka menghabiskan waktu bersama di mansion atau pergi ke tempat lainnya. Hidup Cagalli pun cukup menyenangkan, dia bahkan bisa membaca banyak buku, dia juga bisa membacakan buku anak-anak untuk Alex sebelum tidur. Mr. Kisaka tidak melarangnya dengan syarat buku itu kembali seperti saat dia meminjamnya.
Selama dua bulan ini juga Cagalli belum pernah berhadapan langsung dengan Mr. Zala. Tidak masalah, lagi pula apalah dirinya. Dia hanyalah seorang asisten rumah tangga baru. Baginya masih dipekerjakan di mansion adalah hal yang baik. Dia tidak pernah mengharapkan perhatian atau belas kasihan dari orang lain. Tapi tanpa dia ketahui sebuah kejadian akan membawanya pada kejadian lain yang entah membawa kebaikan atau keburukan baginya.
Sekian dulu Chapter I nya, Minna saaaan…
Ini fic ke-dua yang coba saya buat
Mohon review nya
Ditunggu juga kritik dan sarannya ^_^
Udah lama jadi reader tapai baru sekarang coba nulis
Mohon bimbingannya dari para senior ^_^
HUUUUFT akhirnya saya bisa edit tipo yang parah itu ^_^
terima kasih Kalafina dan Lenora Jime ^_^ tiponya udah saya perbaiki, jangan berpikir Cagalli pedopil lg yaaa heehhehehe
