Rating: Teen/PG-14
Disclaimer: Shin Megami Tensei : Persona 4 (c) ATLUS. Saya hanya punya ide revolusioner *apanya* untuk merusuh di fandom MegaTen.
Genre: Adventure-Suspense
Warning(s): Multichapter, drabble, mungkin saja tidak kata bila ada OOC atau typo atau hal-hal yang tidak anda inginkan! Judul fanfic diambil dari main battle theme Persona 1. Gonta-ganti POV, Chara death.
.
Apa yang akan kau pilih, mengingat semua memori—senang ataupun pahit—yang terjadi atau malah melupakannya sama sekali seperti mereka semua?
Manusia selalu menginginkan yang terbaik untuknya, mereka adalah makhluk egois yang hanya bisa berusaha dan berusaha demi kepentingannya. Itulah yang baru kurasakan sekarang. Manusia setiap hari pasti mengalami rangkaian peristiwa, semua sudah tersusun sebagai bentuk yang dinamakan takdir.
Semua yang mereka alami pasti terekam dalam otak sebagai sebuah ingatan. Seberkas penting yang tersimpan tanpa kusut seperti kertas atau bahkan cacat seperti jahitan baju.
Kalau aku bisa, aku akan membuang seluruh memoriku sama seperti mereka.
Tetapi kenapa hanya aku saja yang ingat?
A Lone Prayer
2011 (c) Kuroi-Oneesan
—Prologue
Maret, 2012
Baru saja beberapa jam Souji Seta meninggalkan kota Inaba, tetapi kesepian dan kesendirian masih merayapi mereka yang tertinggalkan seraya mereka menaungi hari-harinya sebagai orang biasa. Bukan mereka yang membanggakan Persona atau membunuh shadows, mereka sebagai individu normal di muka bumi ini. Semua menjalani apa yang mereka inginkan; mulai dari ada yang belajar menjadi polisi, bersiap kembali ke layar kaca, berdiam di kantor polisi menunggu panggilan kasus, membantu-bantu di supermarket bersama maskot utamanya, ada pula yang kembali menghidupkan kelas menjahit.
Dia juga tidak berbeda.
Amagi Yukiko, putri penerus penginapan Amagi yang sudah siap sedia di resepsionis bersama dengan kimono merah—warna kesukaannya—serta rambut hitam panjangnya yang selalu apik.
Hari ini tidak banyak tamu yang berkunjung, sehingga ia bersantai banyak bersama pelayan setia penginapan Amagi bertahun-tahun, Kasai. Mereka tengah menikmati teh hijau tak lupa dengan anmitsu (sejenis makanan manis yang terbuat dari kacang merah).
Mendadak, ponsel-nya berdecit dari meja resepsionis, ada panggilan masuk. Ia membuka ponselnya dan melihat ke arah layar,
Souji Seta
"Halo, Souji-kun...?"
"Ah, selamat siang Amagi,"
"Sudah kubilang untuk memanggilku 'Yukiko' saja, ada apa?"
"Err, nggak, cuma kangen saja. Padahal baru dua jam,"
"Haha, kami disini juga kangen kok, Souji-kun," Yukiko terkekeh. "Rise-chan bilang ia akan seharian menangis sementara Hanamura-kun tampak tegar-tegar saja walaupun Chie masih merengek di sampingnya,"
"..."
"Hmm? Ada apa?"
"Umm, bilang pada semuanya aku titip salam ya? Sebentar lagi aku sampai di stasiun berikutnya," Souji berdehem. "Aku pasti akan kembali ke Inaba untuk semuanya, dan untukmu juga, Yukiko."
"O, Oh..." Yukiko merasa pipinya menghangat. "Sampai nanti, Souji-kun."
Souji memutuskan telepon, Yukiko hanya memasang senyum bahagia seraya ia kembali membuka folder gambar dimana ia menaruh foto terakhir yang mereka semua ambil di dunia Midnight Channel. Ia terus tersenyum sesaat ingatan-ingatan melayang satu demi satu dalam benaknya.
Entah berapa lama ia bengong sampai-sampai Kasai-san harus menarik-narik kimono-nya agar ia mengalihkan perhatian.
"Yuki-chan, boleh aku nyalakan TV?" tanya Kasai yang sudah memegang remote. "Nanti aku malah mengganggu obrolanmu dengan pacar—"
"Su-sudahlah, Kasai-san! Di-dia bukan pacarku, kok!" Yukiko membela diri. "Nyalakan saja,"
PIP
"Selamat sore, acara komedi kali ini kami potong berkaitan dengan headline news. Sebuah kereta jurusan Yasoinaba-Hibari-Tokyo tengah bertabrakan dengan kereta yang berasal dari arah berlawanan, semua penumpang meninggal dunia ketika berusaha dilarikan ke rumah sakit Yasoinaba—"
Kontan saja ponsel yang dipegang Yukiko terjatuh dan berserakan di lantai penginapan. Pupil matanya membelalak tidak percaya, tubuhnya bergetar hebat, mulutnya tidak bisa berucap.
Souji-kun...meninggal?
.
Hitam, semuanya hitam.
Awan, langit, pakaian yang dikenakan pelayat...semuanya hitam di mataku.
Keesokan harinya, Souji-kun dimakamkan. Pemakaman itu sangat berat dan menyedihkan. Hujan yang turun makin membuat perasaanku makin sesak. Semuanya menangis, Chie, Rise-chan, Teddie bahkan Naoto-kun, Tatsumi-kun dan Hanamura-kun. Nanako-chan yang sedari tadi menangis dibawahku juga mungkin merasakan hal yang sama denganku.
Chie, walau ia terus menangis ia tetap berusaha menenangkanku; Naoto-kun...yang kutahu ia juga menyukai Souji-kun sama seperti yang aku rasakan. Rise-chan, dia memelukku dan berusaha menenangkanku seperti apa yang Chie lakukan. Hanamura-kun yang daritadi masih saja mengumpat emosi, Tatsumi-kun...walaupun ia tidak terlihat menangis tetapi ia terus mengeluarkan kata simpati seraya melampiaskan perasaannya ke tempat lain...
Di bawah payung merahku, aku terpaku pada nisan itu. Nisan yang tengah terukir namanya. Tapi tidak ada satu tetes pun air mata turun dari mataku seraya hujan makin memperburuk suasana. Aku merasa isi hatiku tengah dikosongkan dan diremukkan pada waktu yang bersamaan, pikiranku tak menentu—aku bagaikan orang gila.
Aku menjatuhkan payung yang ada di peganganku, aku memeluk erat diriku sendiri, aku mengingat kehangatan yang Souji-kun berikan padaku, kata-katanya yang mampu mencairkan es yang tengah menutupi hatiku. Ketika itu aku berteriak sekencang-kencangnya meneriakkan namamu dan aku kehilangan kesadaranku—entah kenapa.
Aku bisa mendengar teriakan orang-orang terdekat menghampiriku dan memanggilku, tetapi aku hanya bisa terjatuh dalam kegelapan diriku.
Makin dalam, dan semuanya menghilang.
.
To be continued.
Yak, author kejam kembali membuat pembunuhan karakter di serial Megami Tensei dan kembali menyumbang satu fanfic yang gatau nasibnya mau dibawa kemana. Maafkan saya dan jangan lempar obor kesini~
Sekedar info, saya menggabungkan ide dari setting Eternal Punishment/Batsu dan Persona 3:FES The Answer untuk cerita ini. Soalnya saya pikir kalau saya cuma buat 'episode Yukiko' semirip The Answer kayaknya kurang seru *oke, saya memang kejam jadi maafkan saya sekali lagi*.
Nah, R&R atau C&C malah?
