Disclaimer : Masashi Kishimoto
Story by Daichi373
Rated M for save
Warning : typo(s), OOC, AU
Temari X Shikamaru X Ino dan pair lainnya
Hope you like it guys. Enjoy!
-Hey, I am here-
Hujan lagi.
Terhitung hari ini, genap enam hari berturut-turut prajurit langit itu turun membawa berkah bagi para petani, masyarakat yang menderita kekeringan selama kemarau lalu, dan bagi para penikmat air-air itu tentunya, termasuk bagi gadis itu. Tapi tidak dalam kondisi seperti ini. Gadis berkuncir empat itu berdecak berkali-kali karena hujan tak kunjung mereda.
Ia kini tengah berteduh di gazebo dekat gedung kampusnya. Awalnya ia berniat berjalan cepat menuju gerbang dan mencari angkutan umum untuk segera pulang karena gerimis mulai menyapa. Namun tiba-tiba hujan deras menghancurkan semua rencananya dan menahan gadis itu di gazebo tempat ia berteduh sekarang.
"Hhhhhhhhaaaahh."
Perempuan dengan iris jade itu menghela napas panjang. Oke sekarang ia merasa kedinginan. Jaket biru tua yang kini membalut tubuhnya sepertinya belum cukup tebal untuk menghangatkan tubuhnya.
Tiba-tiba suara cekikikan memecahkan fokusnya pada deru hujan. Ia menoleh kearah kiri—tempat munculnya suara. Lalu ia menemukan laki-laki berambut nanas dengan wajah malasnya—terlihat mengantuk. Bukan, suara cekikikan itu bukan berasal dari laki-laki itu, melaikan dari perempuan berambut pirang panjang yang sedari tadi menggelayut mesra di tangannya. Namun gadis itu tahu, wajah pria itu bukan mengekspresikan bahwa dia risih. Gadis itu bahkan mendapati si nanas itu melirik gadis pirang itu beberapa kali. Ia tahu itu meskipun hanya melihat dari gerak-gerik, meskipun ia hanya melirik. Ia malah sadar sejak tadi gadis pirang yang bergelayut manja itu meliriknya sinis.
Ia malah merasa miris karena kedua insan yang sedang bermesraan disampingnya itu seperti tak menganggap bahwa dia ada disamping mereka.
Tanpa ia sadari ia tersenyum sinis untuk mengejek dirinya sendiri. Ia merasa sungguh terhina. Bagaimana bisa ia masih bertahan sejauh ini. Sudah berbulan-bulan berlalu dan keadaannya masih seperti ini.
Yah, dia merasa miris karena ternyata dirinya masih kuat untuk mempertahankan apa yang telah terjadi entah sampai kapan. Melihat orang yang sudah ia coba kenal dengan baik namun tak ada hasilnya hingga sekarang. Terkadang kembali menyesali keputusannya mengatakan 'ya' berbulan lalu saat orang tua angkatnya menyerahkannya pada laki-laki yang bahkan menolaknya mentah-mentah. Semuanya demi kebutuhan politik yang harus diselamatkan, ujung-ujungnya tetap saja kebutuhan ekonomi yang menghimpit. Hei, keluarga angkatnya bukan berasal dari kalangan tidak mampu, malahan bisa dikatagorikan lebih dari cukup. Ia tidak pernah mengerti.
Ia juga tidak pernah mau mengeti. Bahkan ia tidak ingat cerita bagaimana laki-laki dengan wajah menyebalkan itu akhirnya setuju hingga perjodohan itu berjalan lancar. Yang ia ingat hanya satu kalimat itu,
"Ingat aku melakukan ini bukan karena aku tertarik denganmu, jangan harap kamu bisa bahagia hidup denganku dan jangan sekali-kali ikut campur urusanku,"
Ya, laki-laki menyebalkan berambut nanas yang tengah bermesraan dengan wanita lain dihadapannya itu adalah suaminya.
Heh! Entah apa bisa ia disebut suami?
XXXXX
Prang!
Temari secara refleks menutup telinganya. Ia lalu menghela napas berat sambil melihat pecahan gelas kaca yang tadi tanpa sengaja ia senggol saat sedang buru-buru menyiapkan bekal makan siang untuknya dan untuk -ehm- 'suaminya'.
Oke sedikit cerita, Temari adalah mahasiswa semester tiga fakultas kedokteran Konoha University yang berstatus menikah semenjak lima bulan lalu dengan orang yang sangat dibencinya semenjak SMA. Ya, orang itu adalah anak dari atasan ayah angkatnya yang lebih tua satu tahun darinya—Shikamaru Nara. Orang terlampau kaya sehingga menikahkan putra tunggal mereka di umur yang sangat muda—entah dengan tujuan apa, Temari tidak pernah peduli. Sekarang ia tinggal dengan suaminya di apartemen milik keluarga Nara, ya keluarga suaminya. Tapi ia tidak benar-benar tinggal disana. Terkadang ia mencari alasan untuk menghilang entah kemana dan meninggalkan tanggung jawabnya, tapi toh suaminya tidak pernah protes. Sedikit informasi, tidak ada yang mengetahui perihal statusnya ini kecuali sahabatnya Tenten, pacar suaminya Ino-nee, dan sahabat suaminya—Chouji-nii.
Pagi itu menjadi pagi yang kurang menyenangkan baginya.
Semalam ia pulang agak terlambat karena hujan deras yang tidak kunjung mereda hingga pukul delapan. Ia terpaksa pulang ke apartemennya untuk mengambil berkas-berkas tugasnya berencana langsung pergi dari sana menuju rumah Tenten sahabatnya untuk mengerjakan tugas. Tapi yang terjadi malah ia ketiduran sehingga tadi pagi kesiangan ditambah lagi tugas yang belum ia selesaikan.
Hasilnya, sekarang ia sedang terburu-buru menyiapkan sarapan serta bekal makan siang untuknya dan suaminya—suatu kebiasaan setiap kali ia pulang ke apartemennya. Sekurang ajarnya dia dalam bersikap dengan lelaki menyebalkan yang seatap dengannya itu, Temari tetap berusaha memenuhi tanggung jawabnya, setidaknya untuk mempertahankannya. Cih! Temari memaki tiap kali ia ingat alasan omong kosong otaknya.
Ia menutup bekalnya dan memasukkannya kedalam tas lalu berlalu mencari sapu untuk membersihkan pecahan kaca. Ketika tengah membersihkan terdengar suara pintu dibuka yang sepertinya dari arah kamar Shikamaru. Benar saja, beberapa detik kemudian tampak wajah kesal cowok itu dari balik dinding yang memisahkan dapur dan ruang keluarga. Sepertinya suara gelas pecah itu membangunkannya.
Temari telah selesai membereskan pecahan kaca itu saat dilihatnya Shikamaru tengah berdiri sambil menatapnya kesal.
"Aku pergi dulu, ini bekal makan siangmu, sarapan dan kopi sudah di meja. Jaa," kata Temari sambil mencari sepatunya di rak. Setelah ia dapatkan, dengan gesit ia pakai lalu pergi tanpa menunggu jawaban dari Shikamaru, ia tahu si nanas itu tidak akan menjawab. Lagipun ia tidak pernah benar-benar betah berlama-lama satu ruangan dengan cowok itu.
XXXXX
Temari menyusuri koridor kampusnya menuju kantin. Sahabat-sahabatnya sudah menunggunya dari tadi, mereka baru saja menyelesaikan satu mata kuliah pagi dan memilih nangkring di kantin. Dalam perjalanannya gadis berkuncir empat itu sempat melirik ke gedung sebelah, yakni gedung fakultas ilmu pemerintahan dan administrasi, tempat suaminya menuntut ilmu. Hal yang terkadang paling ia sesali karena mereka jadi lumayan sering bertemu walaupun bersikap tidak saling kenal, dan sering kali ia tidak lewat sendirian, tapi sama pacarnya yang tidak tahu diri itu.
Saat tiba diujung koridor ia bersiap belok kanan menuju kantin namun tiba-tiba tubuh yang lebih tinggi darinya—yang langsung ia kenali pemiliknya menghadangnya, tubuh kurus milik Sai, anak fakultas sebelah—ya satu fakultas dengan Shikamaru. Karena gedung fakultas yang sangat berdekatan, tidak sedikit kisah cinta tercipta antar dua fakultas itu. Terlebih entah kesialan apa, pada semester ini, dalam beberapa mata kuliah gedung kuliah mereka hanya terpisah satu selokan besar dan lima meter jalan kecil disamping gedung kampus Shikamaru. Hal itu ia sadari setelah beberapa kali bertemu tanpa sengaja dengan cowok itu dua kali dalam seminggu.
Tiba-tiba Temari menyadari, cowok pucat itu menghadang jalannya. "Mau kemana?" tanya cowok pucat itu.
"Ke kantin," jawab Temari singkat lalu mengambil langkah menembus cowok itu namun sayang kaki kirinya tiba-tiba terpelintir dan jatuhlah cewek itu kedalam dekapan Sai.
"Kamu gak apa-apa?"
Tiba-tiba pipi Temari bersemu merah karena malu. Pada saat yang sama, matanya bertemu pandang dengan mata tajam dari ujung koridor seberang, mata milik Shikamaru. Menatapnya tanpa ekspresi dengan lengan kanannya tetap dalam genggaman Ino yang tidak sadar sejak tadi Shikamaru tidak menaruh fokus padanya yang tengah berbicara.
Cepat-cepat Temari mengalihkan wajahnya kearah lain lalu mencoba lepas dari dekapan yang lama-lama berubah menjadi pelukan hangat Sai. Saat ia menghentakkan tubuhnya mencoba lepas, Sai bergeming hingga membuat pipinya semakin merah ditambah lagi beberapa orang yang mulai melirik kearahnya dan Sai. "Sai tolong lepasin," katanya saat merasa Sai tidak akan melepaskan pelukannya. Cowok pucat itu menurut dan melepas pelukannya.
Temari buru-buru merapikan kemejanya.
"Mau aku anterin ke kantin? Tawar Sai.
"Sai, kantinnya cuma tinggal tiga langkah udah nyampe,"
Sai terdiam, sepertinya sedang berfikir.
"Mau makan bareng aku aja gak? Aku traktir,"
Temari dengan mantap menggeleng, "Engga Sai, teman-teman aku udah nungguin dari tadi di kantin," Ia lalu beranjak menuju kantin meninggalkan Sai tanpa mengucaptan terima kasih, namun baru beberapa langkah tiba-tiba...
TIIIIIINN! CKIIIIT!
BUUUM!
"KYAAAA!"
Bunyi decitan mobil dan ledakan disusul teriakan dari seorang gadis membuat siapa saja yang berada disekitar langsung menoleh ke sumber suara. Suara yang sangat ia kenal. Teriakan histeris! Milik ino!
Setengah berlari ia menuju ke sumber suara, ke arah parkiran fakultasnya Shikamaru yang tepat berada di samping fakultas cowok itu.
Tiba-tiba ia melihat orang-rang mulai berkerumun di tengah jalan parkiran. Tidak jauh dari situ ia melihat sebuah mobil jeep menabrak pohon besar hingga mengeluarkan asap. Orang-orang dengan cepat berkerumun.
Penasaran dicampur panik Temari nekat menerobos kerumunan dan tiba-tiba ia lupa cara bernapas saat melihat pelipis dan tanagn kiri Shikamaru dipenuhi darah.
"SHIKAAAAA!"
.
.
Tbc
A/U : Minna, ini fanfic baruku dengan id baru dan fandom baru setelah hiatus bertahun-tahun. Semoga tidak aneh...
Jangan lupa review please...
