Unfortunate Soul
-Biikachu-
Byun Baekhyun tidak diselamatkan. Ia tidak pernah merasa diselamatkan karna yang ia dapatkan adalah sesuatu yang lebih buruk. Karna Park Chanyeol hanyalah seorang iblis. Ibunya dibunuh. Dan ia berakhir pada sebuah pelelangan. Satu-satunya yang ia inginkan adalah.. menemui ibunya. Namun ia tidak memiliki harapan, karna ia hanyalah.. seorang jiwa yang menyedihkan.
"Karna seorang jalang tidak pernah benar-benar mendapatkan apa yang mereka inginkan."
CHANBAEK / GS / MATURE
The original story are purely mine. All cast are belongs to God and their parents. This is just my imagination, not real. If there's any similarities with other story, its purely unintentionally, or it can be a mate (?)
CAUTION ! THIS IS A CHANBAEK GENDERSWITCH STORY.
NOT FOR CHILD, THERE ARE SOME MATURE CONTENT, VIOLENCE, SEX, AND OTHER. IF YOU DONT LIKE IT, PLEASE DONT READ.
DO NOT COPAST AND REPOST WITHOUT PERMISSION, ENJOY.
Cast:
Byun Baekhyun
Park Chanyeol
EXO Member
Support Cast
.
.
.
.
.
Kepalanya terhempas begitu saja saat seseorang mendorongnya dengan keras. Taklama, ia merasakan perih dibagian belakang kepalanya saat seseorang menjambak rambut panjangnya dari belakang, berakhir dengan ia yang mendongakan kepalanya, menatap sang pelaku yang tengah menyiksanya.
"Ini kesempatan terakhirmu sialan, jika malam ini tidak ada seorangpun yang membelimu, kau harus tinggal bersama kami disini dan membayar seluruh hutang ayahmu dengan tubuh mu itu. Bukankah menyenangkan hm? setiap malam kau akan melayani orang yang berbeda, melewati malam-malam mu dengan penuh gairah dan mendapatkan uang yang banyak setelahnya."
Cahaya silau dari lampu tidak membuat gadis itu bisa dengan jelas melihat orang yang kini telah meremehkan dirinya. Karna pandangannya terhalang oleh genangan airmatanya sendiri. Kepalanya terdorong kedepan bersaamaan dengan tubuhnya yang tidak bisa menahan dorongan itu, membuatnya terjatuh dilantai yang dingin.
"Bersiaplah, jangan hancurkan acaraku dengan wajah jelekmu, bersihkan dirimu dan berpakaian lah dengan baik, jalang."
Orang itu kemudian berlalu begitu saja, tanpa melihat keadaan seorang gadis yang bahkan belum genap menginjak umur dewasa itu.
Seorang gadis dengan perawakan mungil kini terduduk dalam dinginnya lantai. Ia mulai beringsut dan memeluk kedua lututnya. Menenggelamkan wajahnya, dan mengernyit sakit saat ia merasakan perih diamana-mana. Gadis itu terisak dalam duduknya. Tidak pernah menyangka hanya dalam tiga hari hidupnya berubah menjadi sebuah mimpi buruk. Bahkan sekarang ia percaya, jika negeri dongeng itu benar-benar ada.
Terbukti saat ini. Saat ia sendiri, tersiksa dan begitu menyedihkan.
Apa ibu peri juga benar-benar ada? Jika ada..
"Tuhan, bisakah kau memberiku ibu peri? Kau telah mengambil ibuku, bisakah kau memberiku ibu peri sebagai gantinya?"
Isakannya terdengar semakin jelas, membuat dadanya sesak, seakan tidak memberinya kesempatan bahkan untuk bernafas sakalipun. Badannya begetar saat lagi-lagi ia mengingat kejadian yang menimpa dirinya, tidak-tidak, menimpa keluarganya lebih tepatnya.
Saat dimana semua mimpi buruk ini bermula. Ia hanyalah seorang gadis biasa yang tidak tau apa-apa. Ia hanya tinggal bersama keluarga kecilnya, dirumah kecilnya, bersama ibunya. Semuanya berjalan seperti biasanya, meski tanpa kehadiran ayahnya, ia masih bisa merasakan kebahagiaan bersama ibunya. Kehangatan sebuah keluarga yang sangat sederhana. Tak masalah jika ayahnya tidak kembali pulang kerumah. Karna ia tidak menginginkan hal lain selain ibunya. Harusnya semuanya berjalan seperti itu, harusnya hidupnya berjalan terus seperti itu.
Namun siapa sangka orang yang tidak pernah ikut andil dalam hidupnya mampu menghancurkan semuanya?
Reka adegan itu masih dengan jelas berputar dalam benaknya. Hari itu..
Senin sore dimana ia pulang dari sekolahnya, seperti biasanya, ia akan berjalan kaki saat ia turun dari pemberhentian bus yang berjarak beberapa meter dari rumahnya. Seperti biasanya, ia pulang membawa beberapa hotteok, sebuah jajanan pinggir jalan yang menjadi favorit ibunya. Seperti biasanya ia akan menyisakan uang sakunya demi membeli jajanan pinggir jalan sebagai hadiah untuk ibunya yang setiap hari menunggunya pulang dari sekolah.
Seharusnya semuanya berjalan seperti biasanya.
Karna saat ia membuka pintu pagarnya, seharusnya ia melihat tampilan halaman rumahnya yang penuh dengan bunga-bunga indah yang ditanam oleh dirinya dan ibunya. Namun sore ini terlihat berbeda karna ia melihat beberapa pot tanaman yang terletak tidak pada tempat biasanya, melainkan sudah dalam keadaan pecah dengan tanahnya yang berhamburan dan bunganya yang tidak terlihat indah lagi.
Ah.. mungkin ini ulah dari tetangganya yang nakal, mengingat ia memiliki tetangga seorang anak kecil yang selalu mengerjainya.
Ia kembali melanjutkan langkah kakinya, namun lagi-lagi sesuatu yang tidak biasanya berhasil membuatnya mengerutkan alis.
Pintu rumahnya terbuka.
Tidak seperti biasanya, apa mungkin hari ini ia memiliki tamu? Jarang sekali rumahnya kedatangan seorang tamu, mengingat ia tidak memiliki saudara lain di Seoul, apa mungkin itu teman ibunya?
Mungkin benar jika itu memang teman ibunya, meski ia sendiri tidak yakin teman ibunya bersedia jauh-jauh datang kemari untuk mengunjungi ibunya, tapi itu bisa saja bukan?
Tidak baik baginya jika ia terus memiliki prasangka buruk, maka dari itu, ia melepas sepatunya dan memasuki rumahnya.
"Aku pulang.."
Seharusnya ada suara lain yang menyambutnya saat ia mengucapakan kalimat itu, karna biasanya, ibunya–lah yang akan menyambutnya dan memberinya pelukan hangat saat ia pulang dari sekolahnya. Pendengarannya mendengar sebuah suara yang tidak dikenalnya, itu berasal dari ruang tengah rumahnya. Sebenarnya ia tidak memiliki firasat lain selain rasa penasaran yang menyelimuti hatinya. Maka dari itu, ia segera membawa dirinya keruang tengah rumahnya.
Seharusnya ia melihat ibunya tengah berbincang dengan teman-temannya dengan teh hangat yang tersaji di meja, atau mungkin seharusnya ia tengah melihat ibunya yang tengah tertawa bahagia bersama teman-temannya. Namun yang ia lihat sekarang bukanlah sesuatu yang seperti dibayangkannya. Ibunya tengah terduduk dilantai, dengan rambutnya yang berantakan. Kepalanya menengadah keatas karna seseorang menjambak rambutnya dari arah belakang. Pelipis nya berwarna biru keunguan, dan ujung bibirnya sobek, megeluarkan darah. Matanya terpejam dan ia dapat melihat setitik air mata yang mengalir setelahnya.
"I-ibu?"
Entah apa yang membuat suaranya tercekat saat ia mengucapkan kata itu. Membuat seluruh jiwa yang berada disana mengalihkan perhatiannya dan memusatkan semua pasang mata pada dirinya.
"Baekhyunnie.."
Kata itu terucap lirih diakhiri dengan sebuah senyuman yang terlihat menyakitkan. Salah seorang pria menyunggingkan senyum miringnya saat matanya menangkap penampilan seorang gadis yang masih terbalut seragam sekolah bergabung dalam acaranya.
"Jadi ini anakmu? ... Lumayan juga."
Matanya kini menelisik penampilan gadis yang masih terpaku ditempatnya, lengkap dengan tas yang masih tersampir dengan apik di punggungnya. Tangannya memegang sebuah kantung plastik yang entah apa isinya.
"Baekhyunnie, sayang.. bisakah kau menemui Yoon ahjumma, dan bermain disana sebentar hm?"
Gadis yang dipanggil Baekhyunnie itu hanya terdiam saat ibunya menatapnya sayu, dengan sebuah lebam biru diujung mata indah yang diwariskan kepadanya, senyuman yang terlihat menyakitkan itu kembali dilihatnya saat ibunya menyuruhnya menemui Yoon ahjumma yang merupakan tetangganya. Baekhyun meringis saat melihat ibunya menahan sakit dibagian kepalanya saat rambut hitamnya ditarik oleh pria asing yang berada dirumahnya.
"Kuberikan kau kesempatan terakhir, katakan padaku, dimana Byun Jaeboom, sialan?!"
Gadis bernama Baekhyun tidak mengerti dengan apa yang tengah dilihatnya sekarang. Kenapa ada orang-orang ini didalam rumahnya? Kenapa ibunya terlihat begitu berantakan? Kenapa pria dengan penampilan menyeramkan itu menyiksa ibunya? Dan yang paling membuatnya penasaran ialah..
Kenapa pria menyeramkan itu menanyakan keberadaan ayahnya?
"A..ku tidak tau, bahkan aku tidak pernah bertemu lagi dengannya sealama dua tahun terakhir ini."
Ibunya semakin mengernyit sakit saat dirasa cengkraman tangan orang itu kian menguat meremas helaian rambutnya, membuatnya merasakan rasa peras yang menyakitkan.
Baekhyun yang tidak mengerti apa-apa melangkahkan kakinya, bermaksud melepaskan ibunya dari cengkraman orang asing yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Namun siapa sangka pergerakannya tertahan oleh pria lain yang berada disana. Pria lain itu menahan tangannya, menariknya kuat membuatnya melepaskan pegangan tangannya pada sebuah kantong plastik yang berisikan hotteok hangat kesukaan ibunya, membuat isinya berhamburan diatas lantai, bersamaan dengan dirinya yang tersungkur jatuh pada lantai rumahnya sendiri.
"Ku-kumohon, jangan sakiti anakku.."
Ibunya terdengar seperti memohon, namun hal itu membuat pria menyeramkan tertawa puas, berbanding terbalik dengan ibunya yang kembali menitikan air mata. Kepala ibunya terhempas kedepan saat pria menyeramkan mendorongnya kuat, membuat cengkraman pada helaian rambut ibunya terlepas.
Baekhyun yang ingin menghampiri ibunya segera beranjak dari posisinya, secepat tenaganya ia menghampiri ibunya yang hanya berjarak beberapa langkah darinya, namun dua pasang lengan dengan otot besar kembali menahan pergerakannya. Baekhyun tidak bisa bergerak saat dua orang pria menahan kedua sisi lengannya. Entah kenapa dirinya mulai merasakan panik saat pria berpenampilan menyeramkan kembali menghampiri ibunya. Matanya terasa panas entah karena apa. Tubuhnya terlalu lemah untuk melawan dua orang pria yang tengah menahan dirinya. Ia meronta dalam posisinya, berusaha melepaskan dirinya, namun yang ia dapatkan adalah sebuah hentakan kuat pada kedua lengannya yang sengaja dilipat kebelakang punggungnya secara paksa, membuat beberapa bunyi yang dihasilkan oleh pergelangan tulangnya.
"I-ibu.. ku-kumohon, jangan dekati ibuku! Jangan sakiti ibuku!"
Pria menyeramkan itu kemudian menekuk sebelah kakinya seraya berjongkok disamping ibunya, menatap wajah ibunya yang sudah dihiasi beberapa luka berwana biru keunguan, dan juga darah yang hampir mengering disudut bibirnya.
"Kau tau kan seberapa besar hutang yang ia punya hm?"
Suara menyeramkan itu berhasil membuat ibunya memejamkan matanya karna ia tidak ingin memandang wajah yang sebelumnya telah melukai wajahnya.
"Seharusnya suami mu itu membayar semua hutang-hutangnya, bukan melarikan diri dan menghilang seolah-olah dia sudah mati."
Baekhyun masih meronta dalam posisinya, ia ingin sekali menghampiri ibunya dan membawanya kabur kemanapun itu asal jangan berada disini. Baekhyun belum bisa mencerna keadaan yang sedang terjadi dirumahnya. Bahkan tadi pagi sebelum ia berangkat sekolah, keadaan rumahnya masih baik-baik saja, kenapa orang-orang yang tidak dikenalnya datang dan memperlakukan ibunya seperti sekarang? Apa yang sebenarnya mereka inginkan?
"Tapi itu tidak masalah, karna aku tau sekali kau masih hidup, jadi segeralah bayar hutang-hutang suami mu sebelum aku memaksamu untuk mengembalikan semua uang yang sudah dia habiskan."
"A..aku tidak memiliki apapun untuk membayarnya, kumohon, jangan ganggu kami lagi."
Pria menyeramkan itu kemudian tersenyum remeh merasa semua yang ia lakukan tidak ada gunanya, maka pria menyeramkan itu segera beranjak dari posisi nya, memandang remeh pada ibunya yang masih terduduk dilantai kemudian meludah tanpa memikirkan sopan santun.
Matanya kini menatap putri satu-satunya yang dimiliki wanita yang masih terduduk di tempatnya, ia menyeringai kecil saat ia melihat wajah gadis cantik yang menatapnya nyalang. Bukannya merasa takut, pria menyeramkan itu semakin tersenyum remeh, karna yang ia lihat tidak lebih dari seekor puppy yang tidak berdaya.
Sebelah tangannya kemudian meraih sesuatu yang tersimpan apik dibagian samping pinggangnya, menarik benda itu keluar yang merupakan sebuah senjata api.
Mata puppy itu membola saat melihat senjata api yang dengan sengaja ditempelkan pada kepala ibunya. Seringaian licik itu dengan jelas dapat dilihat oleh Baekhyun yang dengan cepat menggelengkan kepalanya.
"Tidak- tidak.. tidak kumohon! J-jangan lakukan itu, ku-kumohon, jangan sakiti ibuku.."
"Beginilah jika kau memiliki seorang ayah yang tidak bertanggung jawab, melarikan diri dengan sejumlah uang seperti seorang pencuri, kupikir ayahmu tidak akan peduli jika bajingan itu tau kalau aku melakukan ini pada keluarganya, kau ingin aku membuktikannya?"
Suara pelatuk yang ditarik dari senjata api itu terdengar begitu jelas saat keadaan diruang tengah menjadi sangat sunyi dan menegangkan. Dengan keras, Baekhyun menarik lengannya, sehingga dengan cepat ia bisa melarikan dirinya dan segera menghampiri ibunya, menundukan dirinya dan meraih lengan ibunya, membantunya berdiri dan segera menggerakan kakinya, berbalik untuk berlari, sebelum suara tembakan menggema didalam rumahnya, seketika menghentikan pergerakannya, dan menoleh saat merasakan sebuah tangan yang digenggamnya terlepas begitu saja. Baekhyun menolehkan badannya, tubuhnya menegang saat ia melihat ibunya yang tergeletak begitu saja dengan darah merah mengalir dari kepalanya.
"I.. ibu.."
Tubunya bergetar, kakinya melemas. Ia terjatuh begitu saja, berharap semua yang dillihatnya saat ini adalah sebuah mimpi, namun darah yang mengotori tangan dan seragam sekolahnya saat ia meraih tubuh ibunya, seolah-olah menyadarkannya bahwa yang dilihatnya saat ini bukanlah sebuah mimpi.
"I-ibu.. ibu.. ti-tidak.. k-kumohon..ibu kumohon buka matamu.."
Tangannya bergetar saat ia mengelus pipi putih ibunya, namun ibunya tetap memejamkan matanya, bahkan saat Baekhyun menggoyangkan tubuh ibunya, ibunya masih enggan membuka matanya, nafasnya tercekat saat ia kembali mengelus pipi sang ibu, membuat pipi pucat itu terkotori oleh darah yang berasal dari tangannya. Ibunya tidak bergerak, terdiam lemah tanpa ada sebuah nyawa didalamnya. Baekhyun kembali melihat keadaan ibunya yang masih setia memejamkan matanya, semuanya terlihat baik-baik saja kecuali bagian belakang kepala ibunya yang terus mengeluarkan darah.
"I-ibu.. kau bisa mendengarku kan? M-mana yang sakit? Katakan padaku bu.. i-ibu kumohon buka matamu.."
Entah sejak kapan air mata itu mengalir dari matanya, Baekhyun menangis seraya mengelus lembut surai hitam yang kini mulai dihiasi oleh beberapa helai yang telah berubah warna menjadi putih, airmatanya mengalir begitu saja tanpa keinginannya, tenggorokannya tercekat, seperti ada yang mencekiknya, suaranya tertahan dan digantikan oleh isakan yang terdengar begitu menyakitkan. Baekhyun terus memohon pada ibunya, berharap ibunya kembali membuka matanya, tersenyum padanya dan berkata bahwa ia baik-baik saja. Baekhyun membuang jauh tentang pemikirannya, bagaimana ia bisa hidup seorang diri tanpa ibunya? Ia hanya memiliki ibunya didunia ini, bagaimana ia bisa bertahan seorang diri tanpa ibunya? Masih terlalu banyak hal yang belum bisa ia lakukan tanpa ibunya, masih banyak hal yang belum bisa ia kerjakan tanpa ibunya, ia hanya seorang gadis sekolah menengah atas yang belum bisa bertahan seorang diri didunia ini, ia masih membutuhkan ibunya, ia masih membutuhkan ibu dalam hidupnya.
"Kau tidak akan meninggalkanku kan bu? I-ibu bisa beristirahat mulai dari sekarang, a-aku yang akan melakukan semuanya, i-ibu tidak usah melakukan apapun, a-aku yang akan melakannya bu, kumohon buka mata mu.."
Baekhyun memeluk erat kepala yang sudah tidak bernyawa itu, mendekapnya kedalam dadanya, membuat noda darah mengotori seragam sekolahnya, menangis dan terus memohon, bagaimana mungkin ini semua terjadi pada dirinya? Haruskah Baekhyun percaya bahwa yang ia alami sekarang adalah nyata? Apa itu artinya ia memang telah kehilangan ibunya? Ibu yang kini dalam pelukannya?
"Ibu kumohon.. kumohon jangan tinggalkan aku.. kumohon.."
Kumohon..
Menjadi satu-satunya kata yang bisa ia ucapkan saat ini, suaranya nyaris tak terdegar, begitu putus asa dengan air mata yang terus mengalir membasahi kulit putihnya. Baekhyun menggelengkan kepalanya pelan, menolak kenyataan yang menimpa dirinya, ia tidak ingin semua ini terjadi, ia tidak ingin semua yang dilihatnya sekarang adalah nyata, bisakah seseorang membangunkan dirinya dari mimpi buruk ini? Baekhyun ingin sekali terbangun dari tidurnya, segera menghampiri ibunya, memeluknya erat dan kembali menjalani hidupnya seperti biasanya.
Hingga baekhyun merasakan sebuah pukulan tepat dibelakang kepalanya dan semuanya berubah menjadi gelap.
Bayangan-bayangan itu terus memenuhi kepalanya. Bagaimana ia dengan jelas melihat ibunya untuk terakhir kalinya. Baekhyun menangis setiap hari setelahnya. Ia bahkan hanya makan dua kali selama tiga hari ini. Pria menyeramkan yang telah membunuh ibunya membawanya kesebuah tempat yang sama sekali tidak dikenal olehnya. Pria menyeramkan itu selalu memukulnya, menyiksanya saat tidak ada seorangpun yang ingin membeli dirinya untuk melunasi hutang ayahnya. Dirinya berakhir pada sebuah pelelangan. Seperti sebuah barang, ia akan dijual demi melunasi hutang ayahnya. Baekhyun bahkan tidak pernah tau ayahnya memiliki hutang pada seseorang. Karna yang ia tau ayahnya hanya seorag bajingan yang meninggalkan ibunya dan dirinya, namun ternyata ayahnya lebih dari seorang bajingan sekarang. Kenapa Baekhyun harus menanggung beban yang seharusnya menjadi tanggung jawab ayahnya? Ia bahkan kehilangan ibunya karna ayahnya itu, dan sekarang dimana ayahnya? Baekhyun tidak pernah tau.
"Kudengar malam ini adalah malam terakhirmu disini, bukan begitu?"
Sebuah suara lain diruangan itu menyadarkan Baekhyun dari lamunannya, ia tidak tau sudah berapa lama ia berdiam diri, melamun didepan sebuah cermin rias, menatap kosong pantulan dirinya karna pikirannya terus dipenuhi oleh kejadian dimana ia ditinggalkan oleh ibunya, untuk selamanya.
"Hey, apa kau mendengarkan ku?"
Suara itu kembali terdengar oleh Baekhyun, ia segera menolehkan kepalanya dan netra nya menangkap sosok wanita cantik yang tengah duduk disebelahnya.
"M-maafkan aku, aku.. mendengarkanmu."
Suaranya terdengar serak tidak seperti biasanya, mungkin Baekhyun terlalu sering menangis.
"Lupakan, kurasa kau membutuhkan sedikit bantuan, ingin ku bantu?"
Wanita cantik itu tersenyum ramah, menawarkan sebuah bantuan yang Baekhyun pikir tidak perlu sama sekali. Ia tidak ingin berpenampilan cantik. Ia tidak ingin memakai pakaian bagus. Ia tidak ingin terlihat menarik. Ia tidak ingin. Ia hanya ingin pulang, pulang kerumah kecilnya, pulang menemui ibunya.
Baekhhyun menggelengkan kepalanya lemah, semua keinginannya itu kembali membuat air matanya jatuh, kembali membuatnya menangis, ia hanya ingin pergi dari semua ini.
"Aku tau kau pasti merasa sedih, ingin mendengar sebuah harapan?"
Baekhyun mengangkat kepalanya, sedikit mendongak untuk melihat wanita cantik yang beranjak dari duduknya dan berdiri dihadapannya.
"Kupikir akan lebih baik untukmu jika seseorang membeli mu pada pelelangan nanti, setidaknya mungkin kau akan dijadikan simpanan atau mungkin mereka menyuruhmu untuk membersihkan rumah mereka, nilai tambahnya, setidaknya mereka yang membelimu akan membiayai masa hidupmu tidak terlalu buruk bukan? Kudengar mereka yang tidak terjual menjadi budak seks disini, melayani lelaki tua yang berbeda setiap harinya, melayani mereka yang berselingkuh dari istrinya dirumah, menurutmu mana yang lebih baik?"
Baekhyun terdiam. Menurutnya tidak ada yang lebih baik daripada mati untuk saat ini.
"Hey semua itu hanya sebuah pilihan oke? Kau hanya perlu memilih, dan yang paling penting adalah, kau harus mencobanya, sebelum berakhir dengan kau yang menyesalinya."
Wanita cantik itu kembali tersenyum, benarkah ini adalah sebuah harapan untuknya? Ia bahkan berakhir pada sebuah pelelangan, apa ini adalah sebuah harapan baginya?
"Jadi, berpakaian baguslah, aku akan membantumu, kita hanya memiliki waktu sebentar sebelum pelelangannya dimulai."
Dan akhirnya, Baekhyun hanya mengganti pakaiannya, mengenakan sebuah gaun berwarna putih dengan panjang hingga sebatas lututnya, dengan bagian atas gaun nya yang terbuka, membiarkan bagian pundak dan punggungnya terekspos, memperlihatkan kulit putihnya yang mulus.
"Kau bisa memanggilku Tiffany."
Wanita benama Tiffany itu lagi lagi tersenyum dan mulai merias wajah Baekhyun, mengikat rambut coklat panjangnya, dan mulai mengambil beberapa alat berbentuk seperti kuas.
"Siapa namamu?"
"Baekhyun.. Byun Baekhyun."
"Kau terlihat masih muda, berapa umur mu hm?"
"Se- sembilan belas."
"Empat tahun lebih tua darimu, itu artinya kau harus memanggilku eonni."
Satu senyum tipis tercetak diwajah Baekhyun, ia bahkan lupa kapan terakhir ia tersenyum, entahlah. Rasanya seperti sudah lama sekali, inilah yang kau alami jika kau terus menerus berada dalam sebuah ruang kesedihan. Namun hatinya kembali menghangat saat ia tau bahwa masih ada orang baik yang peduli padanya, setidaknya itulah yang ada dalam benaknya saat ini.
"Jadi apa yang mereka lakukan hingga kau berakhir disini hm?"
Satu pertanyaan itu berhasil menghilangkan satu senyuman yang telah lama menghilang. Baekhyun kembali terdiam saat pertanyaan itu berhasil membuat reka adegan diotaknya kambali berputar, awal dari semua mimpi buruknya.
"Mereka.. membunuh ibuku, orang itu.."
Orang itu..
Baekhyun akan terus mengingat orang itu, orang keji yang telah membunuh ibunya.
Pergerakan Tiffany terhenti saat ia berhasil mengoleskan foundation pada permukaan kulit putihnya.
"Uhm.. maafkan aku, aku turut berduka mendengarnya. Kau harus tau kau tidak sendiri disini, ayah dan ibuku malah sepakat untuk memberikanku pada mereka, mereka lebih senang hutang-hutangnya lunas daripada kehilanganku, ironis bukan?"
Tiffany kembali tersenyum, seolah yang diceritakan olehnya hanyalah sebuah lelucon. Tangan cantiknya kemudian bergerak untuk memoleskan eyeliner pada mata puppy nya, memakaikan beberapa warna eyeshadow yang membuat mata puppy nya terlihat semakin cantik.
"Hanya perayalah, mungkin ini jalan terbaik yang Tuhan berikan untukmu, semua terjadi karna sebuah alasan bukan?"
Tiffany kemudian menyelesaikan karya nya saat ia selesai memoles bibir tipis itu dengan sebuah lipstick merah, membuatnya terlihat seksi dan menggoda. Wanita cantik itu kemudian memutarkan kursi yang diduduki oleh model nya, menghadapkannya pada sebuah cermin rias yang sebelumnya digunakan sebagai tempat merenung gadis mungil. Pantulan dirinya dan Baekhyun terlihat jelas disana. Baekhyun sungguh cantik dengan gaun putih dan riasan natural namun terlihat begitu menggoda, membuat wajahnya terlihat sempurna.
"Kau cantik sekali Baekhyunnie.."
Baekhyun menatap pantulannya dicermin. Seperti bukan dirinya. Ia cantik sekali malam ini. Baekhyun belum pernah mengenakan pakaian cantik dan riasan diwajahnya, ingin sekali ia menunjukan nya pada ibu–
Baekhyun menunduk saat satu nama itu menjadi satu-satu nya kata pertama yang selalu memenuhi pikirannya.
Menggigit bibirnya, Baekhyun berusaha menahan air matanya agar tidak kembali menetes dan menghancurkan riasan wajahnya. Remasan lembut ia rasakan pada pundak putihnya yang bergetar. Tiffanny mengelus pelan kepalanya dan kembali tersenyum. Entah kenapa wanita cantik itu selalu bisa tersenyum, membuat Baekhyun merasa tenang untuk beberapa saat.
"Tidak apa-apa, aku mengerti, kau harus kuat, arraseo? Semua akan baik-baik saja jika kau bisa menahannya, mungkin itu akan berat, tapi itu tidak akan berlangsung selamanya bukan?"
Genangan air mata itu kembali berkumpul dalam kelopak matanya, Baekhyun beranjak dari duduknya lalu memeluk erat wanita yang telah menolongnya. Wanita cantik yang selalu tersenyum dan memberi harapan padanya.
Tiffany memeluk tubuh rapuh itu, mengelus punggung sempit gadis mungil yang tengah menahan air matanya. Baekhyun adalah gadis kecil yang polos. Dunia terlalu kejam, membuat gadis mungil ini harus menanggung semuanya, terliahat putus asa dan menyedihkan.
"Semoga beruntung."
Itulah ucapan Tiffany sebelum wanita cantik itu melepaskan pelukannya, menatap gadis mungil dengan wajah sedihnya. Merapihkan beberapa helai rambut yang menghalangi karyanya, wanita itu kembali tersenyum untuk kesekian kalinya.
"Kuharap aku bisa bertemu dengan mu lagi, suatu saat nanti, Baekhyunnie.."
Pada akhirnya, Baekhyun hanya bisa mengangguk lemah dan menampilkan senyum terpaksanya. Ia hanya tidak ingin membuat orang yang tengah membantunya kecewa, Baekhyun hanya perlu terlihat tidak apa-apa, bukan begitu?
"Giliranku sekarang, sampai bertemu lagi."
Mungkin itu adalah senyuman terakhir yang Baekhyun lihat dari wanita cantik yang baru dikenalnya beberapa saat lalu, karna saat ini pria menyeramkan yang akan selalu Baekhyun ingat menghampirinya dan menarik paksa lengan Tiffany tanpa rasa kasihan. Membuat Tiffany meninggalkan dirinya sendirian. Baekhyun kembali duduk dan memaki sepasang heels berwarna putih yang cantik, sangat pas pada telapak kakinya, dengan seutas tali yang terpasang sempurna pada pergelangan kaki putihnya. Baekhyun kembali memandang pantulan dirinya. Ia tidak tau apa yang akan terjadi pada dirinya setelah ini.
Jika seseorang membelinya, akankah orang itu adalah orang yang baik? Akankah Baekhyun diperlakukan dengan baik setelahnya? Akankah Baekhyun baik-baik saja setelahnya? Akankah ia diselamatkan?
Lalu bagaimana jika malam ini tidak ada yang menginginkannya? Akankah Baekhyun berakhir ditempat ini? Menjadi budak seks ditempat ini? Melayani orang-orang kotor dan menghabisakan seluruh hidupnya dengan cara seperti ini?
"Ibu.."
Tidakkah ini terlalu kejam? Bisakah Tuhan mencabut nyawanya sekarang? Baekhyun tidak siap dengan semua ini –tidak akan pernah siap. Bisakah Baekhyun melarikan diri dari tempat ini?
"Apa kau tuli? Haruskah aku menarik lenganmu agar kau berbalik dan berhenti memandangi dirimu seperti orang tolol?"
Baekhyun tersentak saat seseorang menarik lengannya secara tiba-tiba, ia tidak berbohong saat ia mengakui bahwa ia tidak mendengar apapun tadi, oh- apakah ia melamun lagi?
"Cepat keluar, dan bersikap baik lah, ini kesempatan terakhirmu, orang sebelum mu telah terjual, setidaknya dia tidak perlu memikirkan lagi hutang-hutang yang dimiliki keluarga nya, jika malam ini tidak ada yang membeli mu, maka kau telah menjadi milik kami, tubuh mu adalah satu-satunya alat yang bisa membayar semua hutang-hutang keluargamu, kau mengerti? Sekarang keluarlah!"
Tubuh nya terdorong saat pria yang tidak dikenalnya, mendorong punggung nya dengan cukup keras. Baekhyun kemudian melangkahkan kaki rampingnya, berjalan kesebuah panggung yang menjadi tempat nya diperjual belikan. Bukankah Tiffany eonni berhasil keluar darisini? Apakah Tiffany eonni mendapatkan seseorang yang baik hati yang akan menjaganya?
'Orang sebelum mu telah terjual, setidaknya dia tidak perlu memikirkan lagi hutang-hutang yang dimiliki keluarga nya, jika malam ini tidak ada yang membeli mu, maka kau telah menjadi milik kami, tubuh mu adalah satu-satunya alat yang bisa membayar semua hutang-hutang keluargamu.'
Keluarga?
Baekhyun tidak memiliki keluarga sekarang, keluarga mana yang kau maksud? Ia tidak akan pernah mau mengakui ayahnya sebagai keluarganya. Haruskah ia melakukan semua ini demi lelaki bajingan yang kau sebut sebagai ayah?
Baekhyun berdiri pada sebuah podium kecil berbentuk panggung, ia menatap kosong orang-orang yang berada dihadapannya, menatap tanpa minat sedikitpun, pria tua yang hanya menghabiskan malam kotor nya ditempat kotor yang ia tempati sekarang.
Ibu.. bisakah aku ikut denganmu?
-Unfortunate Soul-
"Dimana dirimu bung? Jangan abaikan telponku! Kau harus pulang sekarang sialan. Aku tidak bisa pulang kerumah, ini terlalu malam, setidakya angkat telponku dan beri aku password rumahmu berengsek."
Seorang lelaki tampan menegak champagne digelasnya hingga habis. Ia mematikan ponselnya setelah ia membaca pesan singkat yang masuk. Siapa orang yang berani menyuruhnya untuk pulang?
Ia kembali menuangkan champagne pada gelas nya yang telah kosong, kembali meminumnya, membuat kepalanya semakin pusing dan melayang.
"Byun Baekhyun, sembilan belas tahun, masih perawan. Akan ku mulai Open Bid dengan Tujuhbelas Juta Dollar."
Seringaian tipis tercetak pada ujung bibirnya. Merasa tidak tertarik dengan barang yang sedang dilelang tersebut. Terbukti ia hanya duduk diam dan menikmati champagne nya tanpa ada niatan untuk bergabung pada acara lelang yang sedang berlangsung.
"Mahal sekali untuk bocah yang masih perawan."
"Sembilanbelas Juta Dollar!"
"Duapuluh Juta Dollar!"
Suara yang bersautan terdengar setelahnya, penawaran terus berlangsung, ia mendengar harga yang terus bertambah seiring dengan orang-orang yang merasa tertarik dan menaikan harganya.
"Duapuluh Juta Dollar, terjual atau masih ada yang ingin menawar?"
"Duapuluh Dua Juta Dollar!"
Ia menegak minuman beralkohol itu sekali lagi. Merasakan denyutan ringan dikepalanya. Menolehkan padangannya pada sebuah podium di depan sana. Pandangannya sedikit kabur namun ia dapat melihat seseorang mengenakan gaun putih disana, menajamkan penglihatannya, membuatnya semakin bertambah jelas dan ia melihat sosok gadis mungil yang hanya berdiri dan terkadang menundukan kepalanya. Sejenak ia merasa tertarik dan menyandarkan punggung lebarnya, menelisik penampilan gadis mungil yang sedang di lelang. Tubuhnya ramping, kulitnya putih, wajahnya cantik dan–
Mata puppy nyayang terlihat sayu.
"Duapuluh Dua Juta Dollar, terjual atau masih ada yang ingin menawar?"
"Tigapuluh Juta Dollar."
Ia mengangkat tangan kanannya dan mengajukan sebuah penawaran.
Penawaran untuk seorang puppy dengan tatapan sayu.
Dan itulah saat pertama mata tajamnya beradu dengan mata puppy yang terlihat sedih.
Sejenak terasa keheningan disana. Tidak ada lagi yang mengajukan penawaran yang akan mengalahkan harga yang diajukan olehnya.
"Tigapuluh Juta Dollar, terjual atau masih ada yang ingin menawar?"
"Aku akan melakukan BIN jika itu perlu."
Dan setelahnya suara ketukan palu sebanyak tiga kali menandakan ia berhasil mendapatkan sesuatu yang diingingkannya.
"Terjual di Tigapuluh Juta Dollar!"
Diakhir jual beli itu ia kemudian menanda tangani beberapa lembar kertas yang kemudian akan menjadi miliknya, membaca deretan huruf yang tercetak disana dan setuju untuk kemudian melakukan transaksi.
"Anak ini di lelang karna ayahnya tidak mampu membayar hutang nya pada kami–"
"Aku tidak tertarik."
Ucapan singkat itu berhasil membuat juru lelang bungkam dalam posisinya, beruntung lelaki dihadapannya adalah seseorang yang akan memberinya uang yang banyak, ia akan memaafkannya untuk sekarang.
"Baiklah, senang berbisnis dengan mu, Tuan?"
"Park Chanyeol."
-Unfortunate Soul-
"Akh–"
Baekhyun meringis saat ikatan rambutnya ditarik paksa, membuat tatanan rambutnya yang semula rapih menjadi sedikit berantakan. Kepalanya terangkat saat tangan besar yang mencengkram rambutnya menariknya hingga membuatnya mendongakan kepalanya.
"Kudengar kau masih perawan."
Tubuhnya merinding saat ia merasakan basah di lehernya. Benda lunak itu menyapu sisi leher putihnya, membuat jejak saliva disana dan berakhir dengan rasa perih oleh benda keras yang mengigit kulit dan dagingnya.
"Haruskah aku membuktikannya sekarang?"
Tubuhnya bergetar saat suara baritone terdengar jelas oleh pendengarannya, membuat tulang-tulangnya meremang karna ia kembali merasakan gigitan kecil pada daun telinganya.
Baekhyun ingin menangis sekarang. Ia tau sesuatu yang tidak benar akan terjadi pada dirinya. Apa harus ia melarikan diri sekarang? Namun tubuhnya lemah karna ia belum mengisi perutnya sejak kemarin malam. Ia menundukan kepalanya dan meremas gaun putih yang masih dikenakannya. Perasaan takut semakin menyelimuti dirinya saat ia mendengar bunyi ikat pinggang yang ditarik lepas.
"Aku tidak membeli mu untuk berdiam diri seperti itu, sialan. Lihat aku!"
Dagunya terangkat dengan kasar saat lelaki itu menariknya, membuat Baekhyun menatap wajah lelaki asing yang telah membeli dirinya. Melihat dengan jelas wajah lelaki yang kini menatapnya, netra mereka saling beradu sebelumnya, ditempat ia dilelang beberapa jam yang lalu, tidak pernah terpikir olehnya jika sosok ini yang akan membelinya, sosok dengan netra coklat yang tajam, pahatan hidung yang lancip, dan bibir penuh yang terlihat sexy.
Apa orang ini orang baik? Apa orang ini akan mengurus hidupnya? Atau..
Apa orang ini orang jahat yang akan menyakiti dirinya? Menjadikannya sebagai sebuah simpanan? Atau mungkin orang ini akan membunuhnya?
Chanyeol kembali menatap mata sayu puppy dihadapannya, terlihat begitu rapuh dan menyedihkan, raut wajah yang menggambarkan rasa takut itu entah kenapa membuatnya tersenyum senang. Membuat emosinya memuncak entah karena apa, ia kemudian menarik lepas gaun putih yang dikenakan gadis mungil dihapannya, membuat bagian lengannya sedikit sobek karna gadis itu menahan perbuatannya.
"Ti-tidak, k-kumohon.. j-jangan lakukan.. a-aku a-aku.. akh–"
Tubuhnya terjatuh oleh sebuah tamparan keras, merasakan pegal pada gusinya saat telapak tangan itu menampar sisi pipinya dengan kasar, membuatnya terbaring pada sebuah ranjang berukuran besar disusul oleh berat badan yang menindih tubuhnya. Pergelangan tangannya terangkat selanjutnya Baekhyun tidak bisa menggerakan kedua tangannya karna terikat oleh sebuah benda berbahan kulit, terasa sedikit pegal karna ikatannya yang kencang, mungkin itu ikat pinggang lelaki yang menindihnya.
Air matanya mengalir saat sebuah tangan besar meremas payudaranya, menarik lepas bra yang dikenakannya. Kemudian ia merasakan lembab yang menyelimuti tonjolan merah muda pada payudaranya. Lelaki asing itu kemudian menghisapnya kuat, mengemutnya seperti seorang bayi yang menyusu. Membuat Baekhyun mengangkat bagian atas tubuhnya, mengeliat karna rasa aneh yang dirasakannya. Namun rasa aneh itu tergantikan oleh perih karna lelaki itu kini menggesekan giginya pada nipple merah mudanya, menggigit dan menariknya. Rasa sakit lain ia rasakan pada bagian bawah tubuhnya. Benda asing yang masuk pada kewanitaannya, perih saat benda asing itu bertambah memasuki liang kewanitaannya. Rasa ngilu pada dinding vagina nya saat benda itu bergerak keluar masuk didalam tubuhnya.
"Ini sempit, kurasa aku beruntung kali ini."
Chanyeol menyeringai lalu menarik dua jari yang sebelumnya keluar masuk didalam tubuhnya. Ia kemudian melebarkan paha gadis mungil yang meronta dalam posisinya. Menenggelamkan wajahnya pada permukaan vagina yang mulai basah, menjilatnya, menelusupkan lidahnya pada liang vagina yang lembab dan basah, mengorek dinding vagina itu dengan lidahnya sendiri,
"K-kumohon, h-hentikan.."
Baekhyun berusaha menjauhkan dirinya dari lelaki yang mencoba melecehkannya, ia beringsut mundur namun sebelah kakinya ditarik dengan kasar, membuat tubuhnya kembali telentang. Lelaki itu membuka pahanya lebar, menggesekan sesuatu yang mengembung pada kewanitaanya.
Chanyeol mendesah.
Baekhyun menangis, merasa jijik pada dirinya sendiri, saat dirinya dilecehkan dan dirinya tidak bisa berbuat apa-apa. Ia seorang diri dan tidak ada yang bisa dilakukan olehnya ketika tangannya diikat oleh sebuah ikat pinggang membuatnya tidak bisa berbuat lebih selain meronta namun itu hanya sebuah perlawanan kecil darinya, karna lelaki asing itu selalu bisa menahan pergerakannya, dengan menamparnya dan kembali melakukan perbuatan kotornya. Matanya membulat saat Baekhyun melihat lelaki itu menurunkan resleting celananya dan mengeluarkan sesuatu yang terlihat menegang dengan sempurna. Menggeseknya pada permukaan vaginanya, mempermainkan kewanitaan nya dan menempelkan ujung kejantanan itu pada vagina nya yang telah basah.
"Ku-kumohon.. kumohon, ja-jangan lakukan itu, ku-kumohon.."
Lelehan air mata kembali mengalir membasahi pipinya, Baekhyun menggelengkan kepalanya dan kembali memohon, namun lelaki diatasnya menampilkan senyum mengerikan dan mendorong benda keras itu masuk kedalam dirinya dalam sekali hentakan.
Suaranya seperti hilang. Itu.. benar-benar sakit.
Seperti diriya telah terbelah menjadi dua.
Baekhyun membuka mulutnya tanpa ada suara yang keluar dari bibir tipisnya,
"Arhh.."
Chanyeol mengeram, mendongakan kepalanya dengan rasa nikmat yang menjalar pada seluruh persendiannya, merasakan penis nya yang terjepit dengan nikmat didalam tubuh seorang gadis yang tengah memejamkan matanya dan wajahnya yang menahan rasa sakit seolah-olah ia sedang sekarat.
Mengehentakan pinggulnya, Chanyeol merasakan rasa nikmat yang sungguh luar biasa, membuatnya kembali menggerakan pinggulnya, merasakan bagaimana batang penis nya teremas sempurna oleh vagina yang masih rapat. Dan mengerang nikmat pada setiap gerakannya.
"Ahh sialan, kau.. sungguh nikmat. Sshh."
Desisan berat keluar dari dalam mulutnya, tanpa berhenti, ia terus menggerakan pinggulnya, menggenjot tubuh mungil yang mengangkang kan pahanya lebar. Melihat kearah kebanggaanya yang kini keluar masuk pada vagina yang dihiasi noda merah bernama darah.
"Masih perawan."
Ia menyeringai puas, mengalihkan pandangannya pada sosok yang terlihat begitu hancur. Tangannya terulur dan berakhir pada leher dengan corak kemerahan hasil perbuatannya, mencengkramnya membuat kedua mata yang terpejam itu terbuka saat merasakan sesak dibagian lehernya.
"Look at me when I fuck you."
Ia merendahkan badannya tanpa memperlambat gerak pinggulnya, mengerang nikmat saat gadis yang tengah disetubuhinya mengetatkan liang nya, membuat penis nya terurut dengan nikmatnya dan menambah tempo genjotannya.
Genangan air mata terus menghiasi matanya yang bengkak, Baekhyun tidak bisa berbuat apa-apa saat rasa sesak dilehernya bertambah parah seiring dengan mengeratnya cengkraman tangan besar yang mencekiknya. Pergelangan tangannya yang terikat terulur untuk melepaskan cekikan pada lehernya, namun rasa sakit pada bagian bawah tubuhnya seolah-olah membuatnya lumpuh.
Baekhyun kesakitan.
Ia merasa pinggulnya mati rasa saat lelaki itu terus mengeluar masukan benda keras kedalam dirinya, menghentaknya membuatnya merasakan ngilu dan perih pada kewanitaanya.
Apa sekarang ia telah kehilangan keperawanan nya? Oleh lelaki asing yang berada diatasnya?
Matanya terus mengeluarkan air mata saat dengan jelas lelaki itu meminta dirinya untuk melihat orang yang sedang menyetubuhinya.
Baekhyun menangis saat orang itu merasakan kenikmatan dari tubuhnya. Lelaki itu mengerang nikmat saat dirinya menahan rasa sakit yang disebabkan oleh perbuatannya.
Pergerakannya semakin cepat dan cengkraman dilehernya semakin menguat. Baekhyun pikir ia akan mati sekarang. Hingga beberapa pergerakan itu terhenti, lelaki itu segera mencabut penis nya dan melepaskan cekikan dilehernya. Baekhyun pikir semuanya telah berakhir, saat ia merasakan lega pada daerah lehernya, saat ia akan meraup udara untuk mengisi paru-parunya, lelaki itu kini memasukan penis panjangnya kedalam mulutnya, mendorongnya paksa tanpa mempedulikan Baekhyun yang tersedak dalam posisinya, mengerang dan kembali menggerakan pinggulnya, melecehkan mulutnya.
"Hisap sialan, ahh.."
Rambutnya diremas, dan lelaki itu menggerakan kepalanya berlawanan arah dengan pinggulnya, hingga ia merasakan kedutan didalam mulutnya dan benda tumpul itu mengeluarkan sesuatu yang terasa hangat didalam mulutnya. Baekhyun hendak bangkit dan memuntahkan cairan yang merupakan sperma dari lelaki asing yang memperkosanya, namun telapak tangan besar itu kembali mencengkram kedua pipinya, menekannya dengan kasar dan menimbulkan rasa sakit.
"Telan."
Satu kata yang penuh akan penekanan, sebuah perintah yang terdengar begitu mengerikan, tatapan mata tajam yang begitu menusuk, raut wajah yang terlihat begitu berkuasa, membuat Baekhyun tidak bisa berbuat apa-apa dan menelan paksa cairan menjijikan yang membuatnya mual.
Tersenyum puas, lelaki itu kemudian menghempaskan pipinya kasar dan segera beranjak dari kasur dan kembali memakai celana kainnya dan merapihkan setelan jasnya.
"Kau tidak diperbolehkan keluar dari kamar ini, diam dan jangan pergi kemanapun tanpa perintah dariku, mengerti?"
Lelaki itu menolehkan kepalanya, mengintip keberadaan gadis yang terduduk diatas kasurnya yang berantakan sebelum akhirnya melangkahkan kaki panjangnya keluar dari ruangan dan mengunci pintu kamar itu dari luar lalu memasukannya kedalam saku.
Menyisakan Baekhyun yang berdiam diri ditempatnya. Tubuhnya seolah remuk, pinggulnya terasa pegal, bagian bawah dirinya sakit, dan saat ia menundukan kepalanya, ia melihat tampilan dirinya yang polos tanpa helaian benang, selangakangannya terasa begitu perih dan air matanya kembali menetes saat ia melihat noda darah menghiasi sprai putih yang didudukinya.
Beginikah akhir hidupnya? Ia menolehkan kepalanya, menghindari penglihatannya pada tubuhnya sendiri yang begitu menjijikan, begitu berantakan, begitu menyedihkan.
Begitu lemah hinga ia menyadari kedua tangannya yang masih terikat oleh sebuah ikat pinggang. Kembali menangis dengan semua yang telah menimpa dirinya.
Sungguh kasihan.
Apa ini yang dimaksud dengan sebuah harapan?
Diselamatkan?
Baekhyun berharap ia mati sekarang. Hingga ia merasa tidak memiliki tenaga lain yang tersisa dalam dirinya, tubuhnya lemas dan ia kembali terbaring lalu memejamkan matanya.
-ToBeContinue-
Tolong dibaca!
Hellow'3')/
Jangan gebukin biku dulu, biku bisa jelasin owkay?:"3
Maap malah nongol terus bawa ff baru, ehehe:"3 ff ini datang begitu aja seiring dengan mood biku yang setiap hari kian memburuk:") biku lagi gabut sebulan ini karna samting, dan biku gabisa lanjutin BMWM dengan keadaan mood yang sedang ancur ini, takutnya malah ngerusak feel mereka yang lagi di Jeju, lol:"3 tapi doain aja semoga BMWMkelar minggu ini owkay?
Lalu, ff ini seperti judulna Unfortunate Seoul , jiwa yang malang, ketauan kan ya gimana?:"3 cukup kan buat pemanasannya?:"v *digampar*
Tolong baca Caution nya dulu yang diatas yea, ff ini emang genre nya kayak gini, adegan seks, kekerasan, bahasa frontal, dan cerita yang menyakitkan, lalu yang harus digarisbawahi ini GS ya manteman, Gender Switch, Baekhyun as a girl, jadi bagi yang tidak suka tolong gausah dibaca daripada kalian gondok sendiri, yakan?:"3
Biku kira cukup, maaf ini lagi bagut banget:"3 makasih buat semuanya yang udah mau baca ff aku, terus bagi kalian yg baca BMWM yang pengen chanbaek nya naina, nih biku kasih disini, dengan rasa yang berbeda:") *digorok*
BMWM semoga minggu ini kelar ya manteman, btw makasih kak Al aku lopek banget sama cover ff nya, loveya lah:33 sorry for typo guyss~
And the last, Penasaran? Ada yang minat baca kelanjutannya? Review juseyongg'3')9
See you soon!
