Title: Redamancy
Disclaimer: Joker Game by Yanagi Kouji
Warning: AU, BL, ficlet, OOC, typo(s), dan kekurangan lain yang tak terjabarkan.
Hope you like it~
.
.
.
Libur boleh jadi adalah satu dari sekian banyak refreshing yang selalu ditunggu sejagat umat manusia di dunia. Namun, lain halnya jika di hari libur itu langitnya muram dan suhunya dingin hingga ke tulang. Apalagi jika kekasihmu memaksa turun ke jalan dengan alasan suntuk setengah mati terus berada di dalam ruangan.
"Oi, Miyoshi!" Sakuma meneriaki pemuda yang jalannya beberapa langkah di depannya. "Kaumau kita jalan sampai mana lagi? Langitnya sudah berawan begitu!"
Yang dipanggil hanya berbalik santai, kemudian menatap Sakuma tanpa bersalah dan menjawab lugas, "Baru jalan seperti ini sudah mengeluh? Sepertinya Sakuma-san butuh latihan lebih di luar ruangan," cibir lelaki itu tanpa beban.
"Bukan begitu!" Sakuma membantah dengan nada naik satu oktaf. "Langitnya sudah kelewat kelabu, belum lagi kita tak bawa payung. Lebih baik pulang atau kita bisa kehujanan, Miyoshi," tambahnya.
"Memang apa yang salah dengan hujan? Yang turun hanya air—kecuali kalau Sakuma-san seekor kucing, sih," kekeh Miyoshi geli.
"Hei! Aku bukan kucing!"
"Memang. Emma juga mengakui kalau kau itu lebih mirip beruang besar."
"Oi, Miyoshi!"
Kekeh geli meluncur deras dari bibir Miyoshi, bahkan kini bahu pemuda itu terguncang alami karenanya. "Tapi, aku serius, Sakuma-san. Memang kenapa dengan hujan? Hanya air yang jatuh, hanya basah yang akan kauterima. Lantas mengapa banyak yang berpikir kita harus menghindarinya?" tanya lelaki dengan poni kelewat flamboyan tersebut.
Sakuma mengerjapkan matanya sesaat. Bukan hal yang aneh sebenarnya mendengar Miyoshi mengajukan tanya seperti ini. Pikiran lelaki itu sepertinya lebih luas dari jagat semesta sendiri dan pertanyaan lelaki itu sendiri pun sesungguhnya lebih rumit untuk dijawab meski menggunakan puluhan teori dari ilmu eksak hingga filsafat.
Bahkan, dulu—meski sampai sekarang juga, sih—Sakuma pernah berpikir lelaki itu menerimanya karena tantangan tersendiri baginya.
"Entahlah," Sakuma menjawab, membuang segala pikiran negatif yang sempat berkecamuk di pikirannya. "Kehujanan itu juga tak bagus untuk kesehatan, kaubisa masuk angin karena kedinginan. Hanya itu yang kupikirkan," lanjutnya.
"Tidak ada? Lebih dari itu?" Miyoshi kembali bertanya, lalu kembali mengerling jahil pada pria yang lebih tinggi darinya itu. "Kebanyakan orang selalu khawatir pada cuaca. Padahal balita saja tahu tak selamanya hari bisa cerah. Dan cuaca tak bisa diubah semudah mengedipkan mata."
Sakuma masih tak mendapat benang merahnya. "Lalu kenapa?"
"Menurut Sakuma-san sendiri bagaimana—ini masih soal cuaca, tenang saja."
Sakuma memilih tak segera menjawab, membiarkan senyap lebih dulu menjawab tanya rumit kekasihnya dan menghela napas panjang—karena sudah lelah berpikir, karena tak mengerti mengapa bisa jatuh cinta pada orang dengan pemikiran sekompleks labirin, karena tak tahu ke mana arah pembicaraan ini.
"Bagaimanapun, setiap orang akan lebih memilih cuaca yang cerah ketimbang cuaca yang muram." Sakuma menjawab tegas.
"Jadi, Sakuma-san, juga berpikir serupa dengan mereka?"
"Bukan begitu," Sakuma dengan cepat membantah, "Aku tak menganggap cuaca yang muram akan mengusik hari."
"Oh? Bagaimana bisa?"
"Karena, setidaknya, akan ada coklat panas atau teh hangat di hari semuram atau sedingin apapun itu."
Miyoshi bergeming, matanya mengerjap beberapa kali dan kekeh geli meluncur deras dari bibirnya. "Jadi setidaknya ada hangat yang bisa kaudapatkan meski dingin menyergap, huh?" kekehnya.
"Aku hanya berpendapat!" Sakuma membela diri, tak terima dijadikan bahan olokan.
Miyoshi menghentikan tawanya, lalu berucap, "Kalau begitu, kita harus kembali berjalan."
Sakuma mengerutkan dahi. "Untuk?"
Miyoshi mengulas senyum miring. "Karena di pertigaan jalan sana ada kedai kopi yang baru dibuka. Dan dilihat dari warna langit serta jawabanmu tadi, sepertinya kau harus mentraktirku secangkir kopi."
.
.
.
a/n: Jujur, ini sebenarnya udah lama pengen saya garap, cuma pas lagi mau digarap malah kena webe. Jadi, semacam maksain nulis lagi (mungkin efek saya jarang nulis gegara liburan juga /plak). Dan ini juga sebenernya karena saya butuh gula dan SakuMiyo sudah terlalu banyak garam, jadi saya memutuskan untuk membuat ini. Selain itu, ini juga diperuntukkan untuk seorang partner saya yang sempet saya tantangin 'kamu akan kepincut SakuMiyo' dan semacam ngebales 'bring it on' 8)) /APA.
Terima kasih bagi yang sudah berkunjung! Jika ada komentar atau kritik atau saran (atau mau nambahin prompt meski saya nggak bisa jamin juga bakal dimasukin /terus buat apa ngomong woi) boleh cuap-cuap di kolom komentar! Dan kayaknya nanti bakal saya dobel post juga di AO3 hehe. Sekali lagi, terima kasih sudah membaca! XD
-Salam-
Profe Fest
