A/N

Bangkit dari kuburan!XP

Hola minna, setelah berabad abad tertidur ala putri salju (muntah!), Ai kembali lagi! (tereak pake toa). Ini adalah fic horror pertama Ai, yang Ai buat *walau jadi ketakutan sendiri* bersama editor Hyuuga Ruri yang agak physco

The Secret Of Holy Tree

Chapter 1

Prolog

Disclaimer:

Naruto © Masashi Kishimoto

The Secret Of Holy Tree (Original Version) © Airu Haruza and Hyuuga Ruri

Genre:

Horror/Romance/Mystery

Rated:

T

Pairing:

Uchiha Sasuke

Uzumaki Naruta

(Sasunaru)

Warning:

Yaoi/BL/miss Typo/physco

Summary:

Tidak ada yang tersisa, bahkan darah yang sedari tadi menetes sudah mengering,

yang tersisa hanyalah sepasang mata yang melotot tidak rela.

Kilat menyambar-nyambar seolah ingin merobek langit malam yang pekat tanpa adanya bintang yang menghiasi, rinai hujan yang mengguyur seolah air sungai yang terus menerus mengalir tiada henti. Dikejauhan tampak sebuah kastil yang megah nan kokoh. Kastil milik klan Uchiha yang merupakan klan terkaya sekaligus terhormat di negara Otogakure tersebut.

Dikejauhan tampak beberapa pasang mata mengawasi kastil itu, mata ular itu menatap tajam ke arah kastil seolah tidak berkedip, hasrat yang semakin tinggi melambung di pikirannya ingin mengambil alih kekuasaan di kastil yang tampak begitu megah. Lelaki bermata ular itu terus menatap ke arah kastil sambil memandang sekelilingnya takut ada seseorang yang melihatnya di kegelapan malam.

Terlihat bulan purnama tertutupi segumpal awan sedangkan bintang-bintang seolah enggan untuk muncul di langit malam untuk saat ini. Matanya semakin tajam dan secara perlahan-lahan melangkahkan kakinya menembus malam yang gelap dan dingin menusuk sampai ke tulang-tulang namun begitu, semakin besar hasratnya ingin segera menyelesaikan misinya untuk segera mengambil alih kekuasaan di kastil milik klan Uchiha.

"Kabuto, apakah kamu yakin penghuni di kastil itu sudah terlelap?" tanya lelaki bermata ular itu sambil tetap menatap ke arah kastil tanpa mengalihkan pandangannya.

"Iya, Tuan!" kata laki-laki berambut putih dan mengenakan kacamata itu.

"Baiklah, kita akan bergerak tepat tengah malam nanti. Suruh yang lain bersiap!"

"Baik, tuan!"

Tampak di kejauhan di antara kabut dan rintik-rintik hujan, anak laki-laki berambut hitam sedang berlari-lari kencang sambil tersedu-sedu dan,

"Aniki, tousan, kaasan!!!" teriaknya dengan suara serak. Sementara di belakangnya segerombolan orang mengejar anak laki-laki itu. Tiba-tiba anak laki-laki itu tersandung akar pohon yang besar dan lebat.

"Akhhh... aduh!" rintihnya sambil meringis kesakitan. Bayangan segerombolan orang yang mengejarnya semakin dekat terlihat di kejauhan. Dengan susah payah anak laki-laki itu lalu bangkit namun kembali meringis kesakitan karena kakinya terkilir. Bayangan ketakutan tersirat jelas di wajahnya, dia merangkak menuju pohon besar yang telah membuatnya jatuh.

"Hahahahahaha…" tawa lelaki bermata ular itu dingin. Lelaki itu lalu mendekati anak laki-laki berambut hitam yang terduduk lemah di bawah pohon. Lelaki bermata ular itu lalu menatap tajam ke arah anak laki-laki berambut hitam sambil menarik kerah bajunya.

Bintang-bintang semakin jelas tidak terlihat karena di tutupi kabut yang semakin tebal. Laki-laki bermata ular itu lalu mengambil sebuah kunai di balik jubahnya dan dengan sekali sentakan dia menghunus kunai tepat di jantung anak laki-laki itu.

CRAP!!!

Darah merembes dan menyatu dengan titik-titik air hujan. Mata anak laki-laki berambut hitam itu melotot ngeri menatap wajah laki-laki yang tampak puas di depannya. Dengan tangannya yang gemetaran dia menyentuh dadanya dan melihat darah yang jatuh menetes di tangannya. Anak laki-laki itu lalu menggenggam darahnya yang menetes-netes jatuh tepat di atas akar pohon besar. Darah yang menetes semakin banyak, dia menatap tajam mata laki-laki di depannya.

"Akk… aku akan datang padamu saat kau tidak menyadarinya dan mengambil setiap tetesan darah yang telah kau ambil dariku!" katanya dengan suara tercekat lalu dengan tatapan terakhir dia menatap dengan tajam setiap kehidupan di hadapannya sebelum hembusan napasnya berakhir. Tidak ada yang tersisa, bahkan darah yang sedari tadi menetes sudah mengering, yang tersisa hanyalah sepasang mata yang melotot tidak rela.

25 tahun kemudian

"Naruto! Berhentilah bermain-main! Dengarkan baik-baik!" teriak Iruka kesal pada anak laki-laki berambut pirang yang sedari tadi hanya bermain-main.

"Gomen, sensei!" kata Naruto sambil nyengir, Iruka menghela napas melihat tingkah laku muridnya yang satu ini. Rasanya percuma memberitahunya, sudah ribuan kali dia menasehatinya tapi, Naruto tetap saja tidak mau mendengar.

"Itu, tadi penjelasan mengenai studi tour kita kali ini. kalau ada pertanyaan, silakan!" kata Iruka mengakhiri penjelasannya. Seorang siswa laki-laki berambut merah maron mengangkat tangannya.

"Silakan, Sabaku!"

"Jadi, kita juga harus membuat laporan sensei?" tanyanya.

"Tentu saja, buat apa kita disana selama sebulan kalau bukan untuk membuat laporan nantinya." jelasnya "Baiklah, kalau sudah tidak ada pertanyaan bereskan barang-barang kalian! Dan bersiap-siaplah untuk berangkat besok, Naruto kamu jangan telat!" kata Iruka sambil memperingatkan murid-murid, khususnya Naruto.

Keesokan harinya,

Bus yang membawa siswa kelas satu SMA 1 Konoha pun melaju meninggalkan kota mereka yang penuh kedamaian, mereka menuju kota seberang Otogakure.

"Wah, pemandangannya indah sekali!" puji Sakura sambil melihat di kaca bus pemandangan alam dari kota Otogakure.

"Iya, iya cantik sekali!" puji Ino sambil mendorong Sakura menjauh dari jendela sehingga Sakura jatuh.

"Apa-apaan kamu!" kata Sakura balik mendorong Ino. Naruto lalu mendekati kedua gadis yang lagi bertengkar.

"Hei, kalian kenapa bertengkar? Apa karena memperebutkan aku."

"Tidak!" kata Sakura dan Ino bersamaan.

Jalan yang mereka lewati mulai menanjak, di samping kiri-kanan jalan yang mereka lewati terpampang suatu pemandangan seperti lukisan alam. Pemandangan gunung-gunung yang menjulang tinggi dan di tutupi kabut tebal. Bayangan pepohonan masih panjang sekali seolah melukiskan suatu keindahan abadi yang terselip di pagi hari. Alam seketika menyapa para siswa yang tengah melewati perjalanan panjang, burung-burung yang hinggap di pepohonan pun ikut menyapa sambil bersiul-siul dengan suaranya yang merdu bagai senandung indah yang menentramkan hati bagi setiap insan yang mendengarnya. Awan yang putih bersih dan berarak sungguh tampak indah terlihat oleh kedua mata yang menghiasi langit biru di pagi hari. Tampaknya alam begitu penuh kedamaian di pagi itu.

Dari kejauhan tampak siluet kastil yang sangat besar dilatar belakangi oleh pepohonan yang lebat. Ketika bus yang ditumpangi semakin mendekati kastil kabut perlahan-lahan mulai menutupi pemandangan di sekitar kastil yang tampak menyeramkan. Kabut semakin lama semakin tebal dan…

CKiiiitttt

Tanpa di sangka bus mereka menabrak sesuatu, mereka saling berpandangan dengan penuh tanda tanya.

"Tenang! Saya akan melihat keluar dulu." kata Kakashi-sensei seraya membuka pintu bus. Kakashi berjalan menuju bagian depan bus, dia melihat seekor kucing berbulu sekelam malam terbaring sekarat dengan darah menggenangi sekitarnya dan organ tubuh berserakan di jalan bersimbah darah. Seketika mata kucing itu melotot tajam ke arah Kakashi yang membuat bulu romanya merinding ketakutan melihatnya.

"Kakashi-sensei, ada apa? Kenapa lama sekali?" tanya Iruka dari balik pintu bus.

"Eh, sa…ya ti…dak apa-apa, coba kamu lihat kemari." kata Kakashi terbata-bata tanpa mengalihkan pandangannya dari mata kucing itu. Iruka datang menghampiri Kakashi yang berdiri mematung dengan muka pucat.

"Ada apa?"

"Coba kamu lihat itu!" kata Kakashi sambil menunjuk ke arah kucing itu. Iruka melihat ke arah yang ditunjukkan Kakashi, dia tidak melihat apa-apa disana.

"Ada apa disana?" tanya Iruka dengan dahi berkerut, tanda heran. Kakashi lalu kembali melihat ke arah kucing yang tadinya bersimbah darah dan tersentak kaget melihat kucing yang kini sudah hilang, bahkan tidak meninggalkan bekas darah setetes pun.

"Ta…tap…tapi ta..di ada se…ekor ku…cing yang tertabrak di sa…na, lalu sa…ya melihat pandangan ma…ta ku…cing itu yang sangat menyeramkan." Kata Kakahi dengan tubuh gemetaran.

"Sudah, ayo kita lanjutkan perjalanan. Kabut sudah mulai hilang." Kata Iruka mengajak Kakashi kembali ke bus. Perjalanan kembali dilanjutkan, kastil semakin dekat dan beberapa menit kemudian sampailah mereka di depan gerbang kastil. Ketika bus berhenti, Naruto langsung meloncat turun dari bus dan mengamati sekelilingnya dengan semangat. Dia mendekati gerbang besar lalu mendongak ke atas. Tiba-tiba ada sesuatu yang menetes menjatuhi wajahnya dia lalu menyekanya dan melihat tangannya. Naruto kaget karena ada setetes cairan berwarna merah pekat mengalir di tangannya. Dia berdiri mematung menyaksikan peristiwa yang baru terjadi dan suara gerbang yang terbuka seketika membuatnya sadar. Seorang laki-laki berambut putih berkacamata keluar menghampiri Naruto.

"Hm, apakah kamu siswa Konoha?" tanya lelaki itu. Naruto hanya mengangguk.

"Selamat datang, Tuan Orochimaru sudah menunggu kalian." kata laki-laki itu sambil mempersilahkan masuk. Kakashi lalu menghampiri laki-laki itu sambil membawa barang.

"Arigatou, Naruto kamu tidak mengambil barangmu? Cepat ambil." perintah Kakashi. Naruto hanya mematuhi perintah gurunya.

Sesampainya di kastil mereka di persilahkan masuk, seorang laki-laki berusia 50-an berambut panjang dan bermata ular menyambut mereka.

"Ah, selamat datang di kota Otogakure. Ini adalah kastil saya dan selamat menikmati studi tour kalian." sambutnya sambil tersenyum dingin. "Silakan melihat-lihat kastil ini, kamar kalian berada di lantai 4."

"Terima kasih, tuan Orochimaru." kata Iruka sopan.

Malamnya Naruto berjalan-jalan di sekitar kastil menuju ke halaman belakang kastil yang di tumbuhi banyak pepohonan. Pandangannya langsung tertuju pada siluet pohon yang paling besar di antara pohon yang lain. Tiba-tiba, dia melihat seorang anak laki-laki berambut hitam berdiri mematung di bawah pohon tanpa ekspresi. Matanya yang tampak sekelam malam menatap kosong ke arah Naruto, dia terpaku melihat tatapan mata pemuda itu yang seolah menembus jiwanya dan tak bergeming sedikit pun sepertinya dia merasakan hawa yang sangat dingin menusuk sampai ke tulangnya. Dia merasakan ada yang menepuk pundaknya, dia berbalik melihat Gaara dan Neji.

"Apa yang kamu lakukan di tempat seperti ini?" tanya Gaara.

"Tidak ada." Jawab Naruto singkat.

"Ya sudah, ayo kita ke dalam." Ajak Neji dan sekali lagi Naruto menoleh ke arah pohon besar itu dan anak laki-laki berambut hitam itu sudah tidak ada di tempatnya hanya kekosongan dan kegelapan malam yang menyelimuti sekitar tempat itu.

To be continued…

Akhirnya, fic horror pertama Ai dah selesai

Walaupun, dengan perjuangan berdarah-darah *bertengkar dengan sang editor*

Hm…jangan salahkan Ai kalau agak physco karena ini ulah si Ruri itu yang menginginkan fic ini sedikit physco.

Baiklah, Ai minta ripiu dong dari para reader sekalian *menengadahkan tangan*

'Ai nerima flame dari anda asal anda punya akun! Ato login ke akun anda lalu ngasih flame! Soalnya, maaf saja Ai gak nerima pengecut disini! Beranilah bertanggung jawab atas kata-katamu sendiri!!!'

Ai tunggu ripiu dari anda sekalian *tersenyum aneh*

~Airu Haruza~

~_^