Disclaimer : Naruto belong to Masashi Kishimoto-Sensei
Rate : K+
Genre : Humor, Romance
Warning : Shonen-ai, Yaoi, OOC, Typo(s), Abal, Gaje
Pairing : Sasuke x Naruto
Sasuke Uchiha, putra bungsu dari keluarga Uchiha ini memang sangat terkenal dengan kekayaan dan ketampanannya.
Rambut hitam kebiruannya, yang sangat kontras dengan kulitnya yang seputih batu pualam, menambah nilai plus plus yang menjadikannya sebagai pemuda-paling-diinginkan-sebagai-pacar di Konoha Gakuen.
Sayang, pada kenyataannya dia adalah pemuda dingin yang tak bisa didekati.
The Hottest Bastard, itu julukannya.
"Jadi, mana laporan kegiatan untuk festival budaya nanti Inuzuka?"
Kiba Inuzuka tampak pucat, keringat dingin tampak memenuhi dahinya. Seluruh orang yang ada di ruangan itu, tentu saja kecuali Sasuke merasa prihatin pada nasib si Inuzuka. Meskipun tak seorang pun dari mereka yang berani membuka suara.
"Ma-maaf Uchiha-san. Se-sepertinya ketinggalan dirumah." jawab Kiba takut-takut.
Sasuke menggeram kesal, mukanya memerah seperti hendak meledak karena menahan amarah. Sejenak matanya melihat langit biru di luar jendela, sampai kemudian dia menarik nafas panjang dan menghembuskannya pelan-pelan.
"Aku tidak mau tau. Ambil sekarang juga. Atau buat yang baru." Jawabnya tenang.
"Ba-baik Uchiha-san." Kiba berdiri dari kursinya. Menundukkan badan dan langsung keluar dari ruang OSIS. Meningalkan ruang rapat.
.
.
.
Kiba menghembuskan nafas panjang dari hidungnya. Wajahnya tampak lesu. "Ha-ah…"
"Kenapa Kib?" Tanya seorang pemuda blonde yang baru saja mendudukkan dirinya di sebelah Kiba. Di depannya terdapat semangkuk ramen yang masih mengepul panas.
Kiba menyandarkan bahunya, menengadahkan kepala keatas dengan lengan yang tergeletak lunglai diatas meja "Capek Nar. Seharian bolak-balik rumah-sekolah."
"Lho kenapa memang?" Tanya Naruto sambil menyeruput ramen di depannya.
Kiba menggeram menatap Naruto. "Semua gara-gara Uchiha brengsek itu."
"Sasuke?"
"Siapa lagi? Cuma dia satu-satunya Uchiha di Konoha Gakuen ini."
"Ow, sabar Kib, memang ada apa dengannya?"
"Tadi di saat rapat, aku lupa tak membawa laporan, dan Uchiha marah-marah."
"Well, tidak sepenuhnya marah, hanya saja akhirnya aku harus mengambill laporan yang ketinggalan itu."
Naruto hanya menganggukkan kepalanya mendengar Kiba terus mengumpat kesal menyumpahi Sasuke.
"Well, aku jadi kasian nanti yang jadi pacarnya."
Sekali lagi Naruto hanya diam melanjutkan acara makannya dan tersenyum mendengar sumpah serapah sahabat karibnya yang beranjak pergi menuju mesin penjual minuman.
.
.
.
"Hey, kau sudah dengar?" Sakura menengokkan kepalanya pada Ino saat istirahat siang di kelas.
"Apa?" Tiba-tiba Kiba yang membawa sekaleng teh olong ikut nimbrung dan duduk di depan meja Ino dan Sakura.
"Sepertinya Sasuke sudah punya pacar."
"Hah?! Tidak mungkin!" Sakura berteriak tidak percaya dengan ucapan Ino.
"Oh ya?! Siapa?" tanya Kiba penasaran
"Entahlah, tapi sepertinya dia murid disini juga."
"Tidaakk! Sasuke-kun!"
"Tunggu dulu." Potong Kiba. "Bagaimana kau bisa tau?"
"Well, kalian ingat ketika rapat kemarin?" Kiba dan Sakura menggangguk kompak. "Dia sempat melihat keluar jendela kan saat marah padamu Kib?" Lagi-lagi mereka menggangguk setuju. "Bukankah belakangan ini hal itu sering di lakukannya saat marah."
Kiba dan Sakura menerawang, mengingat-ingat berbagai kejadian belakangan yang memancing amarah Sasuke.
"Setelah di ingat-ingat Sasuke-kun memang sering melakukannya ketika marah." Sakura meletakkkan ibu jari dan telunjuknya pada dagunya, bergaya sok detective.
"Ya kan, ya kan." Dengan antusias Ino menggebrak meja. Membuat beberapa orang yang ada dalam kelas menatap mereka dengan pandangan heran.
"Tapi apa hubungan itu semua dengan pacar si Uchiha?" Kiba bertanya.
"Aku dengar pacar Sasuke bermata biru seperti langit, jadi dia memandang keluar jendela untuk melihat langit."
"Selain itu kalian ingatkan beberapa minggu ini Sasuke sering pulang terlambat?" Ino menambahkan. "Aku dengar dia menunggu pacarnya untuk pulang bersama."
"Ck ck ck, bagaimana mungkin cowok brengsek macam dia bisa punya pacar." Kiba menggelengkan kepalanya tak percaya. "Bagaimana dia bisa tahan dengan sifat menyebalkan Uchiha?"
Berbeda dengan Kiba, Sakura mendesah kecewa. Iri pada perempuan yang beruntung bisa mendapatkan pujaan hatinya. "Oh betapa beruntungnya perempuan itu." Sakura menangis.
"Kau tak boleh menangis Sakura." Ino memegang bahu Sakura. "Memang kau tak penasaran siapa perempuan itu?"
Sakura tiba-tiba berhenti menangis, kobaran api menyala dari mata emeraldnya. "Kau benar Ino! Kita sebagai fans NO 1 Sasuke-kun harus tau siapa perempuan itu!"
"Aku punya ide." Kiba mengangkat tangan kanannya. "Bagaimana kalau kita menunggu Uchiha sampai dia pulang."
"Ide bagus Kiba. Mari kita buntuti dia." Kiba dan Ino menggangguk berbarengan.
.
.
.
Waktu sudah berlalu begitu cepat. Tidak seperti hari-hari kemarin yang cenderung cerah. Hari ini cuaca tidak terlalu bersahabat. Hujan yang cukup deras turun membasahi Konoha Gakuaen sejak bel pulang terdengar. Sebagian besar muridnya sudah pergi meninggalkan sekolah, beberapa dari mereka yang sudah membawa payung dari rumah, dan sebagian lagi nekat pulang dengan berlari menembus hujan.
Hanya tertinggal beberapa orang yang masih menunggu hujan reda di sekolah. Termasuk dua orang pemuda tengah berdiri di depan pintu masuk konoha gakuen.
Sudah hampir empat puluh lima menit lamanya mereka berdiri diam disana, menanti hujan yang tak juga reda.
"Teme, ayo pulang saja." Salah seorang diantaranya yang berambut blonde merajuk.
"Masih hujan Dobe." Tolak pemuda berambut hitam disebelahnya.
"Tapi perutku sudah lapar Sasuke~."
"Sabarlah."
Kesal dan lapar. Akhirnya Si rambut pirang tak mempedulikan perkataan berlari menembus hujan dengan mendekap tasnya .
"NARUTO BAKA!" Sasuke memegang pergelangan tangan Naruto dari belakang. Berusaha mengajaknya kembali berteduh. "Ayo kembali."
Naruto memanyunkan bibirnya. "Aku mau pulang."
"Kau! Lihat bajumu!" Sasuke berteriak marah.
Sasuke memperhatikan tubuh Naruto yang sudah basah kuyup. Seragam putih polos yang perlahan memperlihatkan lekuk tubuh Naruto. "Dasar ceroboh! Mana jasmu huh?!." Sasuke melepas jasnya. Perlahan meletakkannya pada pundak Naruto.
"Panas kalau pakai jas, jadi aku tinggal di rumah."
"Dasar baka dobe!"
"Bagaimana kalau ada yang melihatmu seperti ini." Bisiknya pada telinga Naruto sembari memeluk tubuh yang lebih kecil di depannya. "Aku tidak rela mereka melihat tubuhmu. Hanya aku yang boleh." Sasuke mengeratkan pelukannya dengan possessive.
"Maaf, tapi aku Cuma ingin pulang." Naruto menundukkan badannya, menyembunyikan rona merah di wajahnya.
"Aku cuma tak mau kau sakit sayang…" Sasuke melepas pelukannya, membalik tubuh kekasihnya dan meraih dagu tannya. Dia menatap sejenak tubuh tan kekasihnya. Basah kuyup, batinnya.
Melihat kemungkinan lebih buruk jika tetap diluar dengan baju basah akhirnya dia setuju "Baiklah… Ayo pulang."
Naruto tersenyum senang, dengan semangat menggandeng tangan Sasuke dan berlari bersama.
Tak jauh dari sana, tiga orang tengah memandang tidak percaya pada apa yang mereka lihat.
Mata mereka melotot seolah akan keluar dari biji matanya.
"A-apa i-ini ti-tidak salah." Kiba tergagap. Matanya masih tertuju pada dua orang pemuda yang tengah berpelukan dibawah hujan tersebut. "Tidak mung―"
"Sttt―"
"Naruto? Tidak mungkin!"
Sakura berusaha menolak kenyataan yang di lihatnya.
"Oh My…. Berarti Uchiha itu Gay? Ter–Terlebih Naruto?! Ya Tuhan aku bisa gila!" Kiba masih tetap meracau tidak percaya, Sakura sudah menangis frustasi melihat pemandangan di sebelahnya. Ino hanya bisa geleng-geleng kepala menghadapi kedua sahabatnya, meski dalam hati dia juga amat terkejut dengan hubungan SasuNaru tersebut.
.
.
.
END
RnR PLEASE?
