Regret

Kim Joonmyeon-Zhang Yixing

Alan Walker-Zhang Yixing

Cai Xukun-Zhu Zhengting

GS! for Uke

-000-

[Photo]

1.021 likes

theaztwalker When I was 4'4"

View all 178 comments

alanwalkermusic My lil girl @theaztwalker is growing up so fast! You're only 16 but you've already surpassed my height!

theaztwalker @alanwalkermusic That's why u should call me Lady T!

Suara gemerincing milik lonceng kecil di pintu kafe bergaya Eropa abad pertengahan ini mengalihkan perhatian Joonmyeon dari layar ponselnya, tepatnya dari foto gadis cilik nan cantik yang menghiasi layar ponsel. Tatapan milik Joonmyeon secara naluriah beralih ke arah pintu, mendapati sosok jangkung yang dikenalinya sebagai anak gadis keluarga Walker melenggang anggun melewati pintu. Anak gadis keluarga Walker, ya. Joonmyeon tak mungkin salah lantaran sosok gadis itu memenuhi ciri-ciri fisik pemilik akun Instagram @theaztwalker.

"Dia biasa mengunjungi Fleur bersama teman sekolahnya setelah bermain tenis di hari Minggu."

Suara milik adiknya yang brengsek tetapi sangat bisa diandalkan dalam urusan bawah tanah--Jongin--mendadak terngiang dan Joonmyeon merasa sangat bersyukur menuruti informasi dari Jongin untuk mendatangi kafe ini di hari Minggu alih-alih lapangan tenis, menjajal peruntungannya melihat langsung anak gadis keluarga Walker dengan lebih leluasa tanpa khawatir ada yang mengenalinya. Terus terang, Joonmyeon tak yakin misinya bakal berjalan mulus jika dia memilih lapangan tenis. Statusnya sebagai pelanggan VIP akan sangat tidak menguntungkan untuk itu.

Dan Joonmyeon benar-benar beruntung karena berhasil menemukan sosok anak gadis keluarga Walker di kafe ini.

Bagi Joonmyeon, anak gadis keluarga Walker tak ubahnya bintang tenis. Thea--demikian nama gadis itu--memang memiliki penampilan fisik yang memenuhi gambaran akan sosok bintang tenis di lapangan. Dia jangkung, langsing, juga tegap, ditunjang dada bidang dan bahu yang kokoh. Tinggi badannya pun tak main-main, 183 senti menurut data yang dikirimkan Jongin. Cukup fantastis untuk ukuran anak perempuan berusia enam belas tahun. Dengan posturnya yang demikian, baju tenis agaknya memang busana yang paling cocok dikenakan Thea. Gadis itu benar-benar mirip atlet dengan tennis dress bertemakan Swan Lake seperti yang pernah dikenakan petenis cantik asal Rusia, Maria Sharapova. Seolah menunjang penampilannya yang menyerupai bintang tenis, Thea memiliki kulit tan yang tampak sehat sekaligus seksi, juga rambut cokelat gelap kemerahan yang menguatkan kesan seakan-akan dia menghabiskan berjam-jam untuk berjemur di bawah sinar matahari.

Penampilan fisiknya yang mengesankan mendapatkan predikat sempurna dalam hati Joonmyeon, terlebih lagi Thea dikaruniai paras yang menarik dengan struktur rahang yang begitu anggun, membingkai bentuk V-line yang sempurna dari dagunya. Melihat penampilan fisiknya, wajar jika Joonmyeon sesaat terpana, bahkan bisa dikatakan takjub.

Joonmyeon sama sekali tak menyangka bahwa anak gadis keluarga Walker akan sememesona ini. Benar selama ini Joonmyeon rajin memantaunya lewat akun Instagram @theaztwalker milik gadis itu, juga dari foto-foto yang rutin dikirimkan Jongin sejak keluarga Walker pindah ke Korea, tetapi Thea tak disangka-sangka lebih segala-galanya dari sosoknya yang Joonmyeon lihat melalui foto atau video. Sosok Thea Walker di dunia nyata seketika menggusur bayangan-bayangan tentangnya yang selama ini memenuhi benak Joonmyeon, bahkan seolah menampar Joonmyeon keras-keras lantaran apa yang Joonmyeon bayangkan tentangnya bahkan tak sampai seujung kuku jika dibandingkan dengan sosoknya yang asli.

Thea datang bersama pemuda tampan yang sedikit lebih pendek darinya, sama-sama menjinjing tas raket berwarna putih, memberi petunjuk bahwa keduanya baru selesai bermain tenis. Gadis itu melangkah anggun mendekati salah satu meja yang tak jauh dari tempat Joonmyeon duduk.

"Kita duduk di sini saja, Kun."

Bahasa Inggris-nya sempurna, beraksen Australia kental. Sayang, Joonmyeon sama sekali tak terkesan, pasalnya dia tahu persis bahwa gadis di hadapannya ini sudah lama tinggal di Negeri Kanguru sehingga terbiasa berkomunikasi menggunakan Australian style. Alih-alih terkesan, Joonmyeon justru merasakan secuil perih mengusik hatinya kala mendengar kalimat dalam bahasa Inggris meluncur dari bibir kissable milik Thea.

'Tidak heran,' Joonmyeon membatin. Miris. 'Tak ada alasan bagimu untuk bicara bahasa Korea.'

"Oke, Zhengzheng." Terdengar suara milik pemuda bernama Kun menyahut.

'Zhengzheng,' Joonmyeon menyebutkan nama itu dalam hati, menirukan cara Kun melafalkannya.

Sial, bahkan nama tersebut kedengaran begitu indah didengar telinga!

Joonmyeon diam-diam mengamati Sang Empunya nama panggilan Zhengzheng. Tampak olehnya Thea duduk dengan anggun, berhadapan dengan pemuda yang bernama Kun. Melihat cara Thea duduk, sulit bagi Joonmyeon untuk tidak terpesona. Bahkan cara gadis itu duduk setelah meletakkan tas raketnya pun begitu memikat. Di mata Joonmyeon, Thea ibarat lukisan Monet. Anggun, memikat, seakan memiliki daya tarik magis yang sulit diterjemahkan lewat kata-kata. Tak heran jika Joonmyeon bisa melihat kekaguman terhadap pesona Thea terpancar nyata dari paras tampan milik Kun, juga dari cara pemuda itu menatap Thea.

"Kau mau pesan apa?" Terdengar Kun menanyai Thea saat pelayan menghampiri meja mereka.

Joonmyeon mendengar Thea menjawab "fruit punch". Kali ini Joonmyeon memilih untuk tidak mencuri-curi pandang mengingat posisi mejanya tidak terlalu jauh dari meja Thea dan Kun. Joonmyeon tak mau keduanya merasa diperhatikan, apalagi posisi Thea memunggunginya, menempatkan Joonmyeon pada posisi yang terbilang tak menguntungkan, pasalnya posisi Joonmyeon berhadapan langsung dengan Kun. Dengan posisi yang demikian, Joonmyeon jelas tak mau tertangkap basah oleh Kun nanti.

"Jadi," Joonmyeon mendengar Kun kembali angkat bicara begitu pelayan meninggalkan mejanya dan Thea, "hadiah apa yang bakal kauberikan di hari ulang tahun ibumu nanti?"

"Masih belum tahu," Thea menjawab. "Aku ingin yang jauh lebih spesial. Tahun lalu aku menyumbangkan semua upah kerja sambilanku selama musim panas atas nama Mommy ke salah satu yayasan. Dia sangat terkesan, kau tahu? Tapi tahun ini aku tidak mungkin memberikan hadiah berupa donasi lagi. Selain karena aku tak mau memberi hadiah yang sama, kau tahu sendiri kalau sampai hari ini aku belum dapat pekerjaan sambilan. Aku miskin, Kun."

Kun terkekeh. "Kau bisa kerja sambilan di restoran milik pamanku kalau kau mau," kata Kun. "Pamanku pasti senang kalau ketambahan personel yang secantik kau ini," dia setengah menggoda Thea.

"Sudah kubilang aku tak bisa bahasa Korea dan bahasa Mandarin-ku sangat payah, Kun. Bakal repot kalau aku kerja di sana," Thea berargumen sambil menyisiri rambut indahnya yang sedikit basah dengan jari. Dia sama sekali tak menggubris predikat cantik dari Kun, seolah-olah itu tak berarti apa-apa baginya.

Mendengar ini, tanpa sadar Joonmyeon tersenyum. Miris.

'Tentu saja,' Joonmyeon lagi-lagi membatin. 'Mereka tak mungkin mengajarimu bahasa Korea.'

Ah,kenapa Joonmyeon merasa kecewa?

"Tidak mudah mencari pekerjaan sambilan di Korea. Terus terang saja aku menyesal ikut orang tuaku kemari. Aku lebih nyaman di Brisbane," Thea menambahkan, memandu Joonmyeon kembali memusatkan konsentrasi pada suaranya.

"Tapi kalau kau tidak kemari, kita tidak akan bertemu, Zhengzheng," Kun kedengaran setengah protes.

"Aku tak bakal punya kesempatan bertemu cewek paling jangkung, paling cantik, dan paling hot di sekolah. Pertandingan tenis bakal membosankan seperti biasa kalau kau tak ada dan aku harus puas menonton pertunjukan yang lagi-lagi mengusung konsep Nancysentris dari klub tari."

Thea terkekeh mendengar protes dari Kun. "Dasar cowok," dia pura-pura mencibir, dibalas dengan tawa kecil dari Kun.

"Salahmu sendiri," balas Kun. "Terlalu menarik perhatian. Aku jadi tertarik," katanya terus terang tanpa sanggup menutupi kekagumannya terhadap Thea.

Lagi, Thea terkekeh. Rupa-rupanya gadis itu sangat santai menghadapi pemuda yang terang-terangan mencoba untuk flirting dengannya.

"Salahkan orang tuaku. Mereka berdua sama-sama good looking, tak heran aku jadi ketularan. Beauty runs our family," canda Thea.

Kun gantian terkekeh. "Aku setuju soal itu." Pemuda tampan itu menganggukkan kepalanya.

"Orang tuamu itu memang good looking. Pantas saja mereka punya anak tipe angel-face sepertimu, Zhengzheng. Tapi kurasa aku cukup pantas menjadi menantu Mr dan Mrs Walker. Bukankah aku ini lumayan ganteng?" Kun mendadak narsis.

Kali ini Thea tergelak. Rupa-rupanya kalimat bernada narsis dari Kun barusan teramat menggelikan baginya.

"Kau memang lumayan ganteng, Kun, tapi sayangnya kau kurang tinggi. Sama seperti ayahku," komentar Thea dengan nada geli.

"Kita hanya beda dua senti, Miss Walker," Kun langsung protes. "Masih lumayan ideal, bukan? Setidaknya kau tidak perlu menunduk saat kita berciuman."

Thea tergelak sekali lagi, menunjukkan kualitasnya bahwa dia bukan tipikal baper menghadapi tipikal flirty seperti Kun.

"Lagipula aku masih bisa bertambah tinggi lagi," Kun menambahkan dengan penuh percaya diri.

"Dan kau, kuharap kau tidak bertambah tinggi, Zhengzheng. Aku heran, kau ini bahkan lebih tinggi dari Mr Walker. Ayahmu itu bahkan tak lebih tinggi dariku."

"Soalnya ayah dari ayahku tinggi," balas Thea tangkas. "190 senti kalau kau mau tahu. Sayangnya ayahku kurang sepuluh senti saja. Kasihan, ya?"

Nada bicara Thea kedengaran jelas sarat perasaan bangga saat menyebutkan tinggi badan kakeknya. Gadis itu sama sekali tak tahu bahwa kalimat demi kalimat yang meluncur dari bibirnya menjelma semacam pukulan telak bagi sosok lelaki yang masih terlihat tampan di usia empat puluh lima. Sosok lelaki yang duduk tak jauh di belakangnya, siapa lagi kalau bukan Kim Joonmyeon?

'Bukan,' hati Joonmyeon kembali berbicara. 'Bukan karena ayah dari laki-laki itu. Kau... Mewarisinya dari ayahku. Keluarga Walker, mereka hanya mewariskan nama keluarga. Tidak ada setetes pun darah mereka yang diwariskan padamu...'

Bahkan mengatakannya dalam hati pun terasa menyakitkan. Joonmyeon tahu dia seharusnya tidak berhak untuk sakit hati, tetapi apalah dayanya?

Gadis itu sama sekali tidak mewarisi setetes pun darah seorang Walker di dalam pembuluhnya!

"Hyung, Yixing Noona melahirkan anak perempuan."

"Bukankah dia mirip denganmu waktu bayi?"

"Namanya sudah terdaftar di catatan sipil. Thea Zhengting Walker."

"Ya, upacara baptisnya dilangsungkan malam ini. Menurut informanku lokasinya di gereja Lutheran yang ada di Bergen. Lu Han dan Oh Sehun terpilih jadi orang tua baptisnya bersama teman-teman Si Walker itu. Mereka tidak memberitahumu? Hmm, sudah kuduga."

Suara milik Kim Jongin yang didengarnya bertahun-tahun silam mendadak kembali terngiang, semakin mengacaukan perasaan Joonmyeon. Bahkan hingga saat ini, Joonmyeon merasa hidupnya tak pernah lebih kacau selain saat mendengar informasi demi informasi tersebut meluncur dari bibir tebal Jongin.

"Aku sempat sangsi, soalnya Thea semakin lama semakin mirip Si Walker itu. Tapi dengan hasil tes ini, semuanya jelas sudah. Hyung, aku tak tahu apakah ini keberuntungan atau justru kemalangan bagimu."

Joonmyeon tanpa sadar menggelengkan kepalanya. Matanya terpejam, seolah berharap itu manjur untuk mengatasi perasaannya yang terlanjur kacau.

'Dia putriku. Dia seorang Kim. Darahku yang mengalir di pembuluhnya, bukan darah seorang Walker!'

Getaran ponsel di meja mengejutkan Joonmyeon. Secara refleks Joonmyeon membuka matanya, mendapati layar ponselnya menyala. Sebuah pesan masuk ke akun KaTalk-nya dari kontak yang diberi nama Uri Eunwoo.

Uri Eunwoo

Appa, apa urusan Appa sudah selesai? Kita jadi main basket bersama, 'kan?

Membaca pesan Eunwoo, Joonmyeon terperanjat.

Astaga, kenapa dia bisa lupa?

Sementara itu, dari meja yang berjarak tiga meja darinya, suara empuk dengan logat Australia milik Thea Zhengting Walker kembali menyapa gendang telinga Joonmyeon.

"Ngomong-ngomong soal ayahku, dia punya rencana membuat kejutan ulang tahun dengan mengundang teman-teman lama Mommy waktu Mommy tinggal di Korea sini. Aku jadi penasaran, kira-kira ayahku bakal mengundang mantan suami Mommy atau tidak, ya? Setahuku Mommy dan mantan suaminya berpisah secara baik-baik. Toh ayahku saja berteman baik dengan beberapa mantan pacarnya. Seharusnya Mommy dan mantan suaminya berteman baik juga, bukan?"

'Mantan suami Mommy.'

'Berpisah secara baik-baik.'

Joonmyeon merasakan tubuhnya membeku, bahkan tanpa sadar dia menahan napas. Frasa demi frasa yang meluncur dari bibir anak gadis keluarga Walker ibarat seember air es yang disiramkan ke wajahnya.

Thea Zhengting mengetahui eksistensinya! Eksistensinya sebagai mantan suami Sang Ibu. Dan apa yang dikatakan gadis itu tadi?

Berpisah secara baik-baik?

Lagi, Joonmyeon merasakan satu pukulan tak kasatmata seolah menghantamnya. Pukulan tak kasatmata yang mengembalikannya pada buai memori bertahun-tahun silam, saat sosok wanita berparas manis yang beruraian air mata tengah berdiri dengan kaku di hadapannya, tampak susah payah menahan emosi yang membuat sekujur tubuhnya gemetaran.

"Kita bercerai saja. Aku sudah mendapatkan pengacara. Dia yang akan mengurus semuanya mulai besok."

"Seharusnya aku menyadari sejak awal. Kau hanya menginginkan Joohyun. Aku hanyalah pelarian."

"Sudah cukup, Joonmyeon-ah. Aku tak bisa terus-menerus seperti ini. Untuk apa bertahan menjadi istrimu sementara kau menginginkan perempuan lain? Aku ingin hidup dengan tenang dan bahagia. Kalau satu-satunya jalan untuk itu hanyalah melalui perceraian, aku akan menempuhnya."

Suara yang sarat kepedihan dan kemarahan milik perempuan itu ibarat bunyi pukulan gong, bergaung memenuhi kepala Joonmyeon. Pening dirasakan Joonmyeon, memperburuk suasana hatinya yang kacau balau.

Joonmyeon masih mengingatnya dengan jelas. Bagaimana perempuan itu mengambil keputusan untuk menceraikannya. Bagaimana perempuan itu memilih untuk mengalah, menyerahkan suaminya pada perempuan yang menjadi duri dalam rumah tangga mereka pada saat itu. Bagaimana perempuan itu memilih pergi dari kehidupannya dengan membawa kehidupan lain yang sangat terlambat diketahui eksistensinya oleh Joonmyeon, memilih memberikan nama Walker untuk kehidupan baru yang dibawanya alih-alih nama Kim.

Perempuan itu.

Zhang Yixing.

Detik itu juga, Joonmyeon merasakan penyesalan datang bergulung-gulung seperti ombak, menerjang hatinya ibarat badai di hari berhujan.

Zhang Yixing.

Nama yang begitu keramat. Sama keramatnya dengan nama Thea Zhengting Walker yang selama ini tersimpan rapat di dalam hati Joonmyeon.

Apakah penyesalan patut diberi nama?