Colorful Of Love

.

Warning : Murni milik Santhy Agatha dan saya hanya merubah/mengganti nama tokoh dengan couple favorit saya.

.

.

Cast : Kim Ryeowook

Kim Jongwoon/Yesung

Other's Cast

Enjoy

::

::

Colorful of love adalah seri bertema romantis dengan kisah percintaan empat tokoh gadis yang memiliki kisah berbeda-beda.

.

Kim Ryeowook - [ Brown Afternoon } "Perjanjian Hati"

Gadis penyuka cokelat, guru taman kanak-kanak yang penyabar, yang selalu menghabiskan waktu sepulang kerjanya di sore hari untuk memesan secangkir cokelat yang nikmat dan menenangkan pikirannya.

Kim Kibum - [ Grey Morning ] "Sweet Enemy"

Gadis sederhana, anak kuliahan berotak cemerlang, yang tidak pernah melewatkan waktu untuk menikmati oreo milkshake sebagai menu sarapannya. Minuman itu membuatnya bersemangat, untuk melalui harinya yang berat di kampusnya.

Lee Sungmin - [ Red Night] "You've Got Me From Hello"

Gadis dengan hubungan yang rumit, seorang penulis yang mencari ketenangan dengan menghirup segelas anggur merah setiap malam, untuk mencerahkan hatinya yang kelam akibat kisah cintanya yang rumit.

Lee Hyukjae - [ Green Dayligt ] "Pembunuh Cahaya"

Gadis yang lembut dan tenang, pemilik toko bunga dan tanaman, selalu memanfaatkan waktu makan siangnya dengan menghirup teh hijau yang panas, untuk menguatkan dirinya menghadapi perkawinannya yang menyesakkan dada

.

Santhy Agatha

.

"Tak pernahkah kau mengerti? Hatiku ini sudah ada dalam genggamanmu,Lalu kau buang begitu saja..."

.

Bahagianya ketika jatuh cinta.

Ryeowook tersenyum sambil membaringkan tubuhnya di kamar sepulang kuliahnya. Dongwoon baru saja mengantarnya pulang, tadi mereka menghabiskan waktu bersama sepulang kuliah, berburu buku-buku lama, menonton dan menikmati es krim sebagai penutupnya. Oh astaga.

Hari ini sangat menyenangkan baginya. Meskipun dongwoon tampak agak aneh dan murung tadi, tetapi dongwoon bilang dia hanya sedang tak enak badan dan berjanji bahwa sepulangnya nanti dia akan langsung beristirahat agar kondisinya pulih.

Ryeowook mencintai dongwoon, sangat cinta. Mereka menjadi dekat begitu saja seolah sudah ditakdirkan untuk bersama. Dan ryeowook tidak pernah menyangka mereka bisa seserius ini.

Dulu dia menyangka dongwoon sombong karena berasal dari keluarga kaya, tetapi ternyata tidak. Lelaki itu yang menyapanya duluan, bahkan sangat baik dan ketika pertama kali ke rumah ryeowook, tidak ada sikap mencemooh atau pun menghina rumah mungil

itu.

Status ryeowook yang berasal dari keluarga sederhana tampaknya tidak masalah bagi dongwoon.

Mereka sudah merajut impian untuk masa depan. Menikah dan punya anak, lalu berbahagia untuk selamanya. Bahkan dongwoon sudah menunjukkan keseriusannya dengan mengajaknya ke rumahnya, bertemu dengan ibunya.

Meskipun sikap ibunya tidak bisa dikatakan ramah... ryeowook mengernyit, teringat betapa malunya dia ketika Ibu dongwoon menolak untuk membalas jabatan tangannya. Setidaknya dongwoon bilang bahwa ibunya memang galak kepada siapa saja, bukan hanya kepadanya.

Ponselnya berkedip-kedip. ryeowook segera mengangkatnya begitu melihat nama Son Dongwoon di layar ponselnya,

"Iya Dongwoon?"

"Aku baru saja sampai rumah." Suara dongwoon di seberang sana nampak berbeda, membuat ryeowook bergumam dengan cemas.

"Kau tampaknya sakit... Syukurlah kau sudah sampai rumah... Istirahatlah, supaya besok kondisimu membaik."

Hening... Seolah dongwoon sedang mencari kata-kata.

"ryeowook…?" dongwoon bergumam ragu.

"Ya dongwoon?"

"Bisakah besok kita bertemu di taman yang biasa? Besok aku tidak bisa datang kuliah, tetapi aku akan menunggumu di sana di sore hari. Kau menyusul ke sana ya."

Taman tempat mereka biasa bertemu itu terletak dekat dari kampusnya, ryeowook hanya perlu berjalan ke sana. Dia tersenyum sambil membayangkan bahwa mungkin dongwoon punya rencana romantis untuknya,

"baiklah dongwoon, aku akan datang besok."

"Oke." dan telepon pun ditutup di seberang sana.

Membuat ryeowook mengerutkan keningnya atas penutup yang dingin dari dongwoon, biasanya mereka mengakhiri percakapan dengan kata-kata cinta yang lembut. Tetapi kemudian dia menghela napas.

' kan sedang sakit, jadi wajar saja kalau sikapnya terasa berbeda...'

Brown Afternoon

Ryeowook menangis, sungguh-sungguh menangis mendengarkan alunan lagu itu dari pemutar musik miliknya. Hujan turun dengan derasnya di luar, tetapi sederas apapun hujan itu, tak akan bisa mengalahkan derasnya darah yang mengalir dari hatinya yang remuk redam, dihancurkan begitu saja oleh kekasihnya, tanpa ampun.

Ingatannya melayang pada kejadian tadi sore yang berhujan, saat itu hanya ada dia dan dongwoon, kekasihnya.

"Kita sudah tidak boleh bertemu lagi." Ryeowook mengernyit dan mendongak menatap dongwoon yang lebih tinggi darinya.

"Apa maksudmu?"

Dia benar-benar terkejut mendengar kata-kata dongwoon itu. Tadi dia datang menemui dongwoon dengan senyum dan bahagia, mengira bahwa dia akan mendapatkan kejutan romantis dari kekasihnya. Dia memang mendapatkan kejutan. Tetapi ini bukan kejutan romantis.

"Aku sudah tidak bisa menemuimu lagi Ryeowook, maaf."

"Kenapa?" ryeowook mulai gemetaran, menyadari bahwa semua ini benar-benar nyata.

"Kau tahu kenapa, aku sudah tidak kuat dengan desakan ibuku dan sebagainya, dia tidak menyukaimu... Kau tahu, dia seoran yang kaya raya dan dia ingin aku mendapatkan

pasangan yang sederajat..."

Dongwoon menelan ludah, menatap ryeowook dengan menyesal, "Maafkan aku ryeowook, aku menerima pertunangan dengan hayoung . Selamat tinggal." Hanya seperti itu, tanpa penjelasan apa-apa, tanpa pelukan perpisahan dan dongwoon pergi meninggalkan ryeowook dengan hati hancur.

Brown Afternoon

Dua Tahun Kemudian.

Suara bel di taman kanak-kanak yang indah itu berbunyi. Ryeowook segera mengatur agar semua murid-muridnya duduk dengan rapi dan berdoa. Sangat susah mengatur anak-anak TK yang begitu aktif dan tak bisa duduk diam itu, tetapi ryeowook senang, karena mereka adalah sekumpulan bocah tanpa dosa, yang penuh rasa ingin tahu dan kegembiraan murni dalam

memandang dunia.

Selesai berdoa, anak-anak berjalan dengan rapi menyalami ryeowook, lalu berhamburan menuju orang tua masingmasing yang sudah menunggu di luar. ryeowook merapikan tas-nya ketika ketukan di pintu mengalihkan perhatiannya.

"Selamat siang ibu guru, jemputan sudah datang." Ryeowook tersenyum, menatap laki-laki yang berdiri di pintu ruang kelasnya dengan tatapan jahilnya.

"Selamat siang juga, apa yang kau lakukan di sini siang-siang Sungjae?" sambil meraih tasnya, Ryeowook menghampiri sang adik yang telah tumbuh dewasa menjadi lelaki yang begitu tampan.

"Aku tidak sengaja lewat sini sepulang mengantar teman kampus dan menyadari bahwa aku lewat taman kanak-kanak tempat noona mengajar, jadi kupikir ada baiknya aku menjemput noon dari pada noona harus naik angkutan umum atau bus mungkin saja."

"Naik bus atau angkutan umum sebenarnya juga tidak apa-apa." Ryeowook berjalan menuju parkiran, diiringi oleh Sungjae dan menghampiri mobil tua warna hitam, warisan dari mendiang ayah mereka yang sekarang dipakai oleh sungjae ke kampusnya.

Mereka masuk dan sungjae menjalankan mobilnya keluar dari halaman Taman kanak-kanak itu.

"Aku ingin minta bantuan noona." sungjae mengernyitkan keningnya sambil menatap ke arah jalanan yang ramai.

"Bantuan apa?"

"Tentang Joy."

Ryeowook ingat tentang Joy atau nama panjangnya Park Soo Young. Perempuan itu adalah teman kuliah sungjae yang pernah diajak ke rumah beberapa hari yang lalu. Joy adalah perempuan cantik dan tentu saja anak dari orang kaya, pikir ryeowook pahit, berusaha menahan goncangan masa lalu yang tiba-tiba menusuknya.

Tentu saja dia anak orang kaya, Joy datang ke rumah mereka dengan mengendarai mobil sport keluaran terbaru yang harganya mungkin saja mencapai sepuluh kali lipat harga jual rumah mungil keluarga Ryeowook.

"Kenapa dengan Joy?" batin ryeowook berteriak, dia sebenarnya tidak ingin sungjae berdekatan dengan Joy. Orang kaya selalu memandang rendah orang miskin. Fakta, itu pula yang dilakukan keluarga Dongwoon kepadanya dulu.

Ryeowook hanya tidak mau Sungjae mengalami kekecewaan seperti dirinya sesudahnya. Tetapi semua larangannya tertahan, dia tak tega mengatakan semua itu kepada adiknya yang sekarang sedang berbinar-binar matanya, mabuk kepayang kepada perempuan impiannya.

"Joy dan aku, kami saling mencintai dan berniat menjalin hubungan serius." Sungjae mendesah,

"Tetapi ada masalah dengan keluarganya." ryeowook mengernyit. Pasti akan selalu ada masalah, ketika keluarga kaya menemukan anaknya berpacaran dengan keluarga miskin, pasti akan selalu ada masalah.

"Keluarganya mengundang kita dalam sebuah makan malam mewah di rumah mereka, pesta itu diadakan oleh kakak Joy, seorang pengusaha yang kaya raya... Kakaknya, ingin

bertemu denganku dan aku... Aku agak ngeri karena desas desus yang berkembang, kakaknya itu sangat kejam dan jahat."

Sungjae menatap Ryeowook dengan tatapan memohonnya, yang selalu berhasil digunakannya untuk meluluhkan hati kakaknya,

"Kau mau menemaniku ke pesta itu kan?"

"Kenapa harus denganku?" ryeowook merengut, mencoba berkelit.

"Karena kakaknya ingin bertemu dengan salah satu keluarga kita, kau kakakku satu-satunya, aku kan tidak mungkin mengajak ibu, penyakit rematiknya parah dan tidak bisa keluar malam."

"Apa yang ingin dilakukan kakak Joy? Kenapa dia ingin bertemu dengan salah satu keluarga kita?" Ryeowook menerka-nerka dan sebuah pikiran pahit berkecamuk di benaknya, jangan-jangan si kakak itu ingin mencemooh dan menghina mereka di pesta itu?

"Yah... Aku adalah pacar Joy, kakaknya itu sangat protektif kepada joy, mengingat sebelum-sebelumnya banyak lelaki yang mendekati joy demi mengincar harta keluarga mereka, aku maklum kalau kakaknya ingin mengenal kita dan memastikan aku baik untuk Joy."

Tentu saja Sungjae baik untuk Joy. Ryeowook mengernyit, dialah yang akan maju pertama kali kalau ada yang meragukan kebaikan hati Sungjae. Mereka berdua adalah anak yang dibesarkan dari seorang ibu yang berjuang seorang diri karena suaminya telah meninggalkannya dengan dua anak yang masih kecil. Ibunya berjualan kue basah dan menitipkannya ke warung-warung. Ryeowook masih ingat ketika dia dan Sungjae sepulang dari sekolah dasar membantu sang ibu menarik wadah-wadah titipan dari warung-warung tersebut sambil berjalan kaki.

Dan hidup dengan keprihatinan dan kesederhanaan telah membuat Ryeowook dan sungjae tumbuh menjadi pribadi yang bersahaja, mereka membantu sang ibu dengan bekerja sambilan untuk membiayai pendidikan. Akhirnya setelah ryeowook lulus dan menjadi guru sebuah TK.

Sungjae mendapatkan beasiswa di sekolah teknik ternama di kotanya, dan kepandaiannya membuatnya mempunyai masa depan yang cukup cerah. Kepandaian otaknya, ketampanan fisiknya dan kebaikan hatinya membuat ryeowook yakin bahwa adiknya adalah pasangan paling sempurna bagi siapapun.

Brown Afternoon

"Selamat datang." Joy menyambut sungjae dan ryeowook dengan bahagia di pintu, pipinya bersemu merah dan matanya berbinar ketika melihat Sungjae. Ryeowook mengamatinya dan mau tak mau tersenyum. Bagaimanapun juga, Delina benar-benar tampak seperti perempuan yang baik dan sungguh-sungguh mencintai Ervan.

"Terima kasih unnie mau menemani Sungjae kemari," dengan sopan dan ramah, joy menyalami Ryeowook.

"Mari silahkan masuk, pestanya sudah dimulai."

Pesta itu benar-benar pesta mewah yang elegan, yang memang diperuntukkan untuk kelas atas. Semuanya berpakaian indah dan syukurlah meski tidak mahal gaun hitam ryeowook yang sederhana tampak begitu cantik dipakainya.

"Sendirian di sini?" Seorang lelaki tiba-tiba sudah ada di sebelahnya dan menyapanya.

Ryeowook menoleh dan menemukan lelaki paling tampan yang pernah dilihatnya. Dengan rambut disisir rapi, dagu yang sudah dicukur bersih, dan pakaian yang sepertinya dijahit khusus untuknya, lelaki muda itu tampak seperti pangeran dari negeri dongeng.

"Tidak... Saya bersama pasangan saya." tiba-tiba ryeowook merasa gugup. Penampilan lelaki itu dan aura yang dibawanya entah kenapa membuatnya merasa gugup dan tiba-tiba saja ingin melarikan diri.

"Oh? Benarkah? Sepertinya aku tidak melihatnya." Lelaki itu menatap ke arah Ryeowook tajam meskipun bibirnya tersenyum.

"Sungguh pasangan anda orang yang sangat ceroboh membiarkan perempuan cantik sendirian di sini."

Nessa mengernyitkan keningnya.

"Maaf... Saya akan mencari pasangan saya." Dengan buru-buru Ryeowook membalikkan badannya dan mencoba pergi, aura lelaki membuatnya gelisah tidak tertahankan lagi, cara lelaki itu menatapnya bagaikan harimau mengincar mangsanya.

"Ryeowook?"

Ryeowook langsung tertegun mendengar suara itu, suara yang dikenalnya, suara dari masa lalunya yang sudah bertahuntahun berusaha dilupakannya.

Suara Dongwoon.

Dengan gugup didongakkannya kepalanya, dan tertegun, itu memang benar dongwoon yang sama, hanya sekarang lebih tampan, lebih dewasa. Dan hati Ryeowook luar biasa sakitnya mengingat kenangan itu.

Ketika Dongwoon meninggalkannya begitu saja tanpa penjelasan apa-apa, karena dorongan

keluarganya. Ryeowook ingat sekali ketika itu ibu Dongwoon, seorang nyonya besar yang kaya raya tidak menyetujui hubungan Ryeowook dengan Dongwoon, karena ryeowook hanyalah perempuan biasa, dari keluarga biasa, apalagi ibu dongwoon sudah menyiapkan calon untuk dongwoon, anak dari temannya, keturunan Konglomerat yang saat itu sedang menyelesaikan magisternya di Australia, bernama Hayoung.

"Hai Dongwoon, apa kabar?" suara Ryeowook terdengar lemah, terlalu terkejut.

Dongwoon tersenyum miris. "Kabar baik Ryeowook, kau sendiri? Bagaimana kabarmu?"

"Aku baik." tiba-tiba saja ryeowook ingin menangis, kenapa dia harus bertemu dongwoon di sini? Marcell adalah satu-satunya lelaki yang tidak ingin ditemuinya di dunia ini.

"Dimana Hayoung?" tanya Ryeowook mencoba tegar.

"Ah, Hayoung..." Dongwoon tampak salah tingkah, "Dia ada di sana, sedang berbicara dengan temannya, eh… Kami sudah bertunangan, tanggal pernikahan kami ditentukan 2 bulan lagi, segera setelah Hayoung mengurus kepindahannya dari Australia, aku harap kau mau datang."

Bagaimana mungkin dongwoon tega mengucapkan kalimat menyakitkan itu tanpa rasa bersalah sedikit pun? Tidak ingatkah dia betapa dia telah menyakiti hati ryeowook dengan begitu kejam, meninggalkannya tanpa perasaan? Membuat ryeowook akhirnya tidak bisa mencintai lelaki lain...

"Aku... Aku tidak bisa berjanji... Aku..."

"Sayang, teman-temanku ingin berbicara denganmu." perempuan cantik itu tiba-tiba datang dan mengglayuti lengan dongwoon dengan manja, dia lalu menatap ryeowook dan mengangkat alisnya. "Eh... Siapa ini?"

Ryeowook tampak gugup dan menelan ludah. "Ini ryeowook, teman kuliahku dulu, kami sudah lama tak bertemu dan kebetulan bertemu di sini."

"Oh." Hayoung menatap Ryeowook dari kepala sampai kaki dengan pandangan meremehkan,

"Aku pernah dengar dari ibumu kalau kau dulu pernah punya kekasih bernama Ryeowook yang kau tinggalkan, hmmmm..." Hayoung tersenyum mencemooh.

"Pantas saja kalau begitu, dia tidak selevel dengan kita, bukan begitu dear?"

Dongwoon tampak kehilangan kata-kata sedangkan ryeowook berdiri dengan muka merah padam atas penghinaan terangterangan yang diucapkan dengan lantang tersebut.

Sebelum mereka dapat berkata-kata, sosok pria tampan yang tadi menyapa Ryeowook tiba-tiba melangkah mendekat dan mengamit lengan ryeowook dengan mesra.

"Kau tidak mengenalkan mereka kepadaku, sayang?"

Ryeowook mendongak, mengernyitkan alisnya sambil menatap lelaki tak dikenal itu, apa katanya tadi? Tetapi kemudian perhatiannya teralihkan oleh wajah hayoung dan dongwoon dan memucat.

"Kau mengenal Tuan Yesung, ryeowook?" tanya Dongwoon seolah tak percaya.

Pria bernama Yesung itu semakin mendekatkan tubuhnya pada tubuh ryeowook.

"Tentu saja, Ryeowook adalah kekasihku, dan sepertinya kalian mengenalku?", "Keluarga kami menjalin hubungan bisnis dengan anda Tuan Yesung." kali ini Hayoung yang menyahut sambil tersenyum manis.

"Sungguh suatu kehormatan bisa bertemu dan bercakapcakap langsung dengan anda di sini."

Yesung ganti menatap Hayoung dengan pandangan mencemooh.

"Hmmm... Kehormatan bagimu juga mungkin bisa berbicara dengan kekasihku yang luar biasa ini." lalu Yesung tersenyum pada Ryeowook, tidak mempedulikan muka Hayoung yang memerah karena jawaban kasarnya itu.

"Ayo sayang kita pergi, masih banyak tamu-tamu penting yang harus kita temui."

Kemudian Kevin membalikkan tubuh Ryeowook, membawanya dalam gandengan lengannya, meninggalkan Dongwoon dan Hayoung yang berdiri dengan terhina di sana.

Brown Afternoon

"Kenapa kau membantuku?" Ryeowook berbisik pelan setelah mereka menjauh dari pasangan Domgwoon dan Hayoung. Yesung tergelak dan kemudian melepaskan genggaman lengannya.

"Aku melihat seorang perempuan yang hampir dipermalukan oleh kekasih yang dengki, dan aku merasa harus turun tangan untuk membantu." Kemudian lelaki itu mengulurkan tangannya.

"Kita tidak sempat berkenalan tadi karena kau buru-buru kabur."

"Oh." pipi Ryeowook memerah, "Te...terima kasih atas bantuannya, aku..."

"Oppa?" kali ini suara Joy yang menyela. Yesung dan Ryeowook menoleh serentak, dan berhadapan dengan Joy yang sedang bersama Sungjae.

Joy tersenyum ceria ketika melihat Ryeowook, "Ah... Kulihat Oppa sudah berkenalan dengan Ryeowook unnie, kakaknya Sungjae... Unnie ini kakakku yang kuceritakan ingin berkenalan."

Sedikit terkejut atas informasi baru itu, Ryeowook melirik ke arah Yesung. Sekilas Ryeowook menyadari rona wajah Yesung yang hangat berubah menjadi dingin. Apakah lelaki itu menjadi dingin ketika mengetahui bahwa ryeowook adalah Kakak sungjae?

Ryeowook masih ingat cerita Sungjae bahwa kakak Joy ini sangatmencurigai orang miskin sebagai pengincar harta mereka. Apakah kisahnya bersama Dongwoon akan terulang pada Sungjae? Dicemooh dan diremehkan hanya karena mereka berasal dari keluarga sederhana?

"Oh... Ini Sungjae yang kau ceritakan itu?" Yesung berucap lambat-lambat dan kemudian membalas uluran tangan Sungjae, setelah selesai berjabat tangan, dia menoleh lagi kepada Ryeowook.

"Dan kau Ryeowook, kakaknya Sungjae... Senang berkenalan denganmu." lelaki itu mengulurkan tangannya kepada Ryeowook, dan mau tak mau Ryeowook menerima uluran tangan itu.

Seketika Yeung menggenggam tangannya yang mungil itu dengan kuat dan dominan, seperti mengisyaratkan sesuatu.

"Well, sepertinya kita akan banyak bertemu nanti ryeowook," gumamnya penuh arti.

Nada suaranya ramah, tetapi entah kenapa Ryeowook merasa ngeri. Membuat Ryeowook bertanya-tanya apa yang ada di benak Yesung sebenarnya.

Mereka berdiri berempat sambil mengamati pesta. Joy dan Sungjae berpegangan tangan dengan penuh cinta, sementara Ryeowook berdiri dengan canggung di sebelah Yesung.

Tiba-tiba musik lembut dansa dimainkan dan beberapa pasangan tampak turun ke lantai dansa, menikmati dansa romantis di antara kelap-kelip cahaya temaram dan suasana pesta yang elegan.

Yesung menoleh ke arah Ryeowook dan memasang senyumnya yang paling manis, "Mau berdansa?"

Ryeowook tertegun, lalu menggelengkan kepalanya,

"Tidak... Saya tidak bisa berdansa," tolaknya cepat.

Tetapi Yesung menatapnya dengan keras kepala.

"Oh ayolah, aku akan mengajarimu. Lagipula kau tidak kasihan kepadaku, aku tidak punya pasangan dansa." dan sebelum ryeowook bisa menolak, lelaki itu sudah menariknya ke lantai dansa.

Yesung bohong. Dia bisa memilih banyak pasangan dansa kalau mau, dilihat dari banyaknya mata yang memandang Ryeowook dengan iri. Ryeowook begitu gugup ketika Yesung dengan tenang melingkarkan tangannya di pinggang Ryeowook dan meletakkan tangan Ryeowook di pundaknya.

Lelaki itu membawa Ryeowook melangkahkan kaki dengan lembut, mengikuti irama.

"Lihat, mudah bukan?" bisiknya sambil tersenyum, menatap Ryeowook dengan matanya yang tajam. Ryeowook memalingkan muka dengan wajah merah padam, tidak tahan ditatap seperti itu.

Dia hanya menganggukkan kepalanya dan kemudian memusatkan perhatiannya kepada gerakan dansa mereka. Ketika tanpa sengaja ryeowook memutarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, matanya bertabrakan dengan mata Dongwoon, lelaki itu sedang berdansa dengan Hyaoung yang sekarang berada dalam posisi membelakangi Ryeowook,

membuat dongwoon leluasa menatap Ryeowook.

Ada sesuatu di tatapan mata dongwoon itu, sesuatu yang mirip dengan penyesalan dan kepedihan... Membuat dada ryeowook terasa sesak. Dia memalingkan kepala, dan mencoba untuk tidak menoleh ke arah Dongwoon lagi.

Brown Afternoon

Seperti biasa ryeowook melangkah keluar kelas setelah memastikan semua muridnya benar-benar pulang dalam jemputan keluarga mereka.

Taman kanak-kanak itu tampak lengang dan sepi. Yah biasanya yang membuat ramai adalah kehadiran murid-murid kecilnya yang berceloteh riang kesana kemari. Sekarang tinggal guru-guru yang sibuk merapikan barang-barang mereka di ruang guru.

Ryeowook mendesah dan mengambil tasnya lalu melangkah ke lorong TK itu, entah kenapa sejak pesta itu batinnya kembali terasa sakit, sakit hati yang telah coba dilupakannya begitu

lama. Sakit hati karena kepedihan ketika Dongwoon meninggalkannya dengan kejam, kini semua itu kembali lagi.

Mungkin ini semua karena di pesta itu dia bertemu kembali secara langsung dengan Dongwoon, melihat langsung bagaimana Dongwoon sudah melupakannya dan berbahagia dengan tunangannya.

Pernikahan mereka dua bulan lagi...

Tiba-tiba saja batin ryeowook berdenyut dan terasa sakit. Kenapa hatinya sakit? Apakah dia masih menyimpan cinta itu kepada dongwoon? Bahkan setelah dia dicampakkan dan

dikhianati sedemikian rupa?

"Hati-hati, nanti kau tersandung."

Suara maskulin itu tiba-tiba muncul, tak disangkasangkanya. Begitu mengejutkan hingga ryeowook mengeluarkan suara pekikan kaget. Dia mendongak ke arah suara itu dan menemukan yesung, kakak joy, sedang bersandar di tiang lorong taman kanak-kanak itu, masih mengenakan setelan jas kantornya yang elegan.

"Kenapa anda ada di sini?" tiba-tiba ryeowook merasa waspada.

Yesung tersenyum misterius. "Ada yang ingin kusampaikan kepadamu, kalau kau tidak sibuk."

"Darimana anda tahu tempat saya bekerja?" kali ini perasaan ryeowook di dominasi oleh rasa curiga, jangan-jangan lelaki ini sudah membayar orang untuk menyelidiki sungjae dan keluarganya.

Yesung terkekeh melihat tatapan curiga ryeowook, "Jangan menatapku seperti itu, aku tidak mengambil informasi lewat jalan belakang." dengan elegan dia mengangkat bahunya, "Aku

mendapat informasi dari Joy bahwa kau bekerja di sini, dia sering bercerita tentang Sungjae dan tentang kau."

"Oh." Ryeowook tercenung.

"Apa yang ingin anda sampaikan kepada saya?"

Mendengar pertanyaan Ryeowook, tatapan Yesung berubah serius, "Mungkin kau bisa ikut aku ke suatu tempat untuk membicarakannya?"

Alarm peringatan langsung berbunyi di benak Ryeowook, mengingatkannya. Entah kenapa, meskipun tersenyum ramah, aura Yesung tampak mendominasi dan menyimpan sesuatu yang

misterius. Ryeowook tidak mau pergi kemanapun dengan lelaki itu.

"Kalau memang bisa kenapa tidak kita bicarakan di sini saja?" Yesung menatap tajam, kemudian sekilas tampak geli melihat ketakutan ryeowook yang berusaha disembunyikannya

dengan baik.

"Oke kalau begitu, meskipun aku sebenarnya ingin membicarakannya di tempat yang lebih pribadi."

Tatapannya berubah serius dan dalam sekejap auranya berubah dingin, "Begini Nona ryeowook, aku ingin menawarkan sejumlah uang kepada keluargamu supaya kalian semua

menjauhi Joy."

.

.

.

Bersambung . . .

Note : Ini ff saya remake dari novel milik Santhy Agatha yang berjudul Perjanjian hati atau Brown Afternoon. Maaf sebelumnya, saya tidak bisa merubah menjadi Boys Love karna saya bau mengingat bahwa ff ini bersangkut paut dengan ff haehyuk yang saya buat sebelumnya yaitu Green Daylight. Sekali lagi mohon maaf #Bow. Jika ada yang berkenan dengan ff ini, saya akan berhenti untuk mengetiknya ^^.

Thanks for review ^^