Title: Meet Again

Scriptwriter: Dandeliona96

Main Cast: Wu Yi Fan & Huang Zi Tao (GS) feat. HunHan

Disclaimer: Semua orang di cerita ini adalah milik tuhan dan keluarga masing-masing, i just owned the plot,,,

Warning: Typos are still alive, GS, don't like don't read

.

.

.

Tao menatap layar macbook airnya dengan tatapan kosong. Layar lcd itu tengah memuat sebuah berita tentang Wu Yifan – jangan kira dia sudah tidak peduli lagi dengan naga brengsek itu. Dia bahkan sangat merindukan naga itu sekarang. Tapi sayangnya luka di hatinya lebih dalam dari rasa rindu tersebut.

"Noona!" Sehun yang tiba-tiba masuk ke kamarnya membuat gadis itu secara refleks menutup layar macbooknya.

"YA Oh Sehun! Apakah kau tidak bisa mengetuk pintu terebih dahulu?" gadis itu menautkan kedua alisnya dan memasang wajah kesal. Tapi Sehun malah tersenyum dan mencubit kedua sisi pipi Tao. "Mianhe Noona, tapi semua orang tengah menunggumu untuk makan malam,"

"Jinjayo?" Sehun mengangguk mengiyakan "Aish mian, kajja kita keluar," Tao bangun dari kursinya dan menarik Sehun ikut keluar bersamanya.

.

.

.

Pagi itu salju pertama musim dingin turun dan menutupi Kota Seoul. Walau suhu udara telah berada dibawah nol derajat celcius, tapi masih saja orang ada orang yang beraktivitas di luar ruangan. Termasuk dua member EXO yang berbeda gender ini. Tao dan Sehun pergi keluar dan menikmati akhir pekan mereka. EXO memiliki satu minggu waktu libur sebelum natal dan akhir tahun.

Tao menggosok-gosokkan kedua tangannya yang hampir membeku. Dia merutuki dirinya sendiri yang lupa membawa sarung tangan saat keluar dari dorm tadi.

"YA Noona kenapa kau begitu ceroboh," Sehun melepaskan salah satu sarung tangannya dan memakaikannya pada tangan kiri Tao. "Gomawo Sehun-ah," Sehun medengus, dia menggandeng tangan kanan Tao dan memasukkannya ke saku coatnya.

"Kenapa kita terlihat seperti pasangan kekasih, kau akan membuat Lu-jie cemburu Oh Sehun," Tao berusaha menggoda Sehun.

"Dia tidak bisa melihat kita Noona," Sehun tersenyum, uap udara hangat keluar dari kedua belah bibirnya.

"Tapi – ," Tao mengeluarkan tangannya dari saku coat Sehun dan menoleh kebelakang. " – mereka bisa Sehun-ah," ternyata mereka tengah di ikuti oleh beberapa fans.

"Aish sial kita ketahuan, kajja Noona," tanpa aba-aba Sehun menarik lengan Tao dan mengajaknya berlarian di tengah ramainya pejalan kaki di Kota Seoul.

Sehun terus berlari berusaha kabur dari beberapa fans yang masih mengejar mereka. Bukannya dia tidak suka fans atau bagaimana. Tapi hei dia juga butuh privasi. Sedangkan Tao terus saja mengumpat sepanjang jalan, kakinya pegal dan nanti jika dia terjatuh, dia akan menyalahkan Oh Sehun sepenuhnya.

"Hah.. mereka telah pergi," Sehun akhirnya berhenti berlari.

"YA kita tidak seharusnya berlari, lagi pula mereka telah mengambil photo kita. Tidak ada gunanya berlari," Tao memandang Sehun yang berdiri disampingnya, tapi laki-laki itu hanya diam seribu bahasa.

"Aish dingin sekali, kajja kita masuk ke Cafe itu," Sehun kembali menarik lengan Tao. Kadang Tao tidak dapat benar-benar mengerti Oh Sehun, dan dia kadang dapat benar-benar membenci Sehun karena bocah itu selalu dapat mengerti dia dan menebak apa yang diinginkannya.

"Tunggu disini Noona aku akan memesankanmu kopi, machiatokan?" Sehun bahkan mengetahui kopi kesukaanya.

Sepeninggal Sehun, Tao pergi ke tempat duduk di pojok ruangan. Teampat paling tersembunyi tapi memiliki view ke seluruh ruangan. Dari sana dia dapat melihat Sehun yang tengah memesan kopi di counter. Dan laki-laki itu mengangkan telepon dari seseorang – mungkin dari Luhan. Lulu-jie pasti marah pada Sehun, mungkin seharusnya dia tidak keluar dengan Sehun hari ini. Tapi sepertinya Luhan tidak marah pada Sehun karena bocah itu kini terus tersenyum dan sedikit tertawa renyah. Dia iri pada pasangan kekasih itu. Dia juga sangan ingin hubungannya tetap bisa bertahan seperti mereka.

"Tada satu gelas machiato untuk Panda noona," Sehun meletakkan gelas kertas berisi cairan hitam pekat itu di depan Tao. Dia bukanlah orang bodoh yang tidak bisa melihat perubaha raut wajah Tao. Dia juga tahu jika noonanya itu terus memperhatikannya sedari tadi.

"Gomawo Sehun-ah," Tao memaksakan senyumnya dan menyeruput kopi di depannya.

"Noona!"

"Wae?" Tao menatap mata – puppy eyes – Sehun.

"Temani aku pergi ke Beijing besok pagi," Sehun berusaha membuat suaranya sememelas mungkin.

"MWO? Apa kau gila, secara tak sadar kau tengah mengajakku kabur Oh Sehun!" Tao terkejut, benar-benar terkejut dengan ucapan Sehun tersebut. Dia benar-benar tak ingin bermasalah dengan agensi dan di tendang keluar dari grup – seperti sunbaenya.

"Aku sangan merindukan Luhanku Noona, jebal nde?! Aku akan membelikanmu kaca mata Gucci edisi terbaru, nde nde!?," Sehun terus saja memohon pada Tao. Bagaimanapun caranya dia harus berhasil membawa Tao ke Beijing. Jika gagal maka semua rencana Luhannya akan gagal total.

"Okay tapi kau harus menjamin aku aman, arraso?" Tao menunjuk wajah Sehun dengan jari telunjuknya.

"arraso, arraso," Jika saja mereka tidak sedang berada di Cafe mungkin sekarang Sehun akan berteriak saking girangnya.

Sedangkan Tao telah siap menerima kemungkinan terburuk yang akan menimpanya nanti.

.

.

.

Buah dari perkataan Tao kemarin pada Sehun membuatnya telah berada di airport saat arloginya masih menunjukkan pukul 05.00 AM. Mereka harus pergi pagi-pagi agar para member yang lain, manager, paparazi dan fans tidak tahu. Aish dia merasa seperti tengah akan kabur dari dunia. Dia berharap dapat menemukan sesuatu yang menarik di Beijing nanti, agar setidaknya omelan Suho Oppa nanti tidak terdengar terlalu menyakitkan.

"kajja Noona pesawat kita akan segera take off," Sehun mengambil tasnya dan tas MCM milik Tao. Yeah mereka tidak membawa koper. Lagi pula ini hanya acara kabur – yang tidak akan lebih dari 5 jam lagi mereka akan ketahuan dan tidak lebih dari 12 jam lagi mereka akan kembali – walau rencana awalnya mereka akan menginap untuk tiga hari.

Tao langsung terlelap begitu pesawat take off, Sehun tersenyum dan langsung menyelimuti Tao. Dia telah berjanji akan mengembalikan senyum dan tawa noonanya itu.

.

.

.

Tao tebangun dari tidurnya. Dia mengambil poselnya di nakas, pukul 18:15. Wow berapa jam dia telah tidur. Setelah berhasil cek in di sebuah hotel kecil Tao langsung kembali kealam mimpinya – tanpa memperdulikan apa yang dilakukan Sehun di kota itu. Dia merasa sedikit heran karena belum ada member atau manager yang menelpun atau mengiriminya pesan. Ah sudahlah, bukannya itu pertanda bagus? Atau malah itu pertanda buruk? Apa mungkin sebentar lagi akan muncul berita dia dan sehun ditendang dari agensi? Karena pelanggaran kontrak dan blah blah blah blah. Aish Tao menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha mengenyahkan semua pikiran negatif di dalam otaknya itu.

Tiba-tiba ponsel yang tengah digenggamannya itu bergetar. Sebuah panggilan dari – Oh Sehun?

"Wae? Kenapa kau menelepunku? Apa kau sudah selesai dengan kencanmu? Dan kita bisa kembali ke Seoul – " Tao menengok ke jam di atas nakas, " – pukul tujuh?" Tao terdiam karena dia tidak mendengar suara Sehun dari ujung sana.

"YA, kau masih disana Oh Sehun?" Tao mencoba bertanya pada Sehun yang – mungkin – masih ada di ujung sana. Dia hanya takut terjadi sesuatu pada maknae itu.

"nde, dan apa kau sudah selesai Noona?" Tao merasa lega mendengar suara bocah itu.

"ye aku telah selesai," Tao menjawab pertanyaan Sehun dengan sedikit enggan. Dia tahu bahwa bocah itu tengah protes padanya.

"Kita akan makan malam, aku akan menunggumu di lobi 30 menit lagi, annyeong," dan seketika panggilan itu terputus. Aish sial dia akan terjebak di kencan romantis Si Maknae dan Si Rusa Betina.

.

.

.

Tiga puluh menit kemudian Tao telah berlari-lari di koridor Hotel menuju tangga – sangat sial baginya karena Hotel ini tidak memiliki lift. Saat sampai di Lobi dia langsung mengedarkan pandangannya mencari Sehun. Hingga dia menemukan seorang laki-laki berbaju serba hitam, dengan masker, scarf, kaca mata hitam dan topi pendora. Aish kenapa penampilan bocah itu berlebihan sekali? Apa sejak tadi pagi dia berkeliling Kota Beijing dengan berpenampilan seperti itu? Ck Tao merasa kasihan pada Luhan.

"Oh Sehun," Tao mengagetkan Sehun yang dari tadi sibuk dengan ponselnya. Kini giliran Sehun yang memandangi penampilan Tao dari ujung kaki sampai ujung kepala.

Tao bingung, apa sebuah sweater pink pastel, skirt hitam, jacket jeans dan angkle boot terlalu aneh untuk pergi makan malam?

Sehun menghela nafas, "Apa tidur seharian membuatmu lupa siapa dirimu noona?Penampilanmu terlalu mencolok – ," bukannya yang seharusnya berkata begitu adalah Tao? Aish dia kesal. " – semua orang akan langsung mengenali kita begitu kau keluar dari lobi ini," Sehun melepas scarfnya dan melilitkannya di leher Tao. Membuat sebagian wajah Tao tertutup.

"Bukannya seperti ini lebih baik?" Sehun tersenyum melihat penampilan Tao. "Kajja,"

.

.

.

Tao tidak pernah berpikir jika Sehun akan mengajaknya makan di restoran Jepang. Hei mereka sedang berada di China. Kenapa mereka tidak pergi ke restoran lokal saja? Restoran itu sangat sepi. Disana hanya ada beberapa pelayan. Bahakan meja-mejanyapun kosong. Apa makanan di Restoran ini terlalu jelek hingga tak ada yang mau datang kemari? Atau Oh Sehun telah menyewa seisi restoran ini? Ah sudahlah dia tidak peduli, yang dia inginkan saat ini hanya mengisi perutnya yang telah kosong sejak tadi pagi.

"Ah pergilah duluan ke ruang VIP no.3 noona, aku harus pergi ke toilet sebentar. Oh dan Luhan noona bilang dia telah disana," Sehun nyengir tanpa rasa bersalah dan pergi berlari menuju toilet.

Dasar maknae bodoh, itulah satu pikiran yang muncul di kepala Tao melihat Sehun berlari ke toilet. Setelah – sedikit – menghela nafas Tao dia berjalan menuju ruang VIP no. 3.

Tao menggeser pintu itu dengan pelan, "Jie Sehun masih berada di toilet jadi a-aku – ," Dia sangat terkejut melihat seseorang yang berada di dalam ruangan itu bukanlah Luhan. Wajahnya seketika itu langsung pucat, matanya memerah bibirnya bergetar. Tao berbalik berencana pergi dari tepat ini dan memaki Sehun setelah mereka kembali ke Korea. Tapi tangan orang itu menahan lengannya.

"Jangan pergi," Tao benci suara bariton itu. Dia mencoba menghentakkan pegangan orang itu.

"Kumohon Peach dengarkan aku," seketika itu juga cairan asin itu turun dari pelupuk matanya.

"Apa yang kau inginkan Ge? Apa kau ingin aku memaafkanmu setelah semua yang terjadi," Tao berbicara sambil mencoba menahan isakannya.

Orang itu – Yifan – tiba-tiba memeluk Tao dari belakang. "Jika kau tidak bisa memaafkanku tak apa, jika kau membenciku tak apa," Tao sudah tak bisa lagi menahan isakannya, tangisannya pecah. "Mianhe, Mianhe Zie karena aku telah meninggalkanmu tanpa kata-kata. Sarangahae, Wo ai ni,"

Tao berbalik dan memukul-mukul dada Yifan. "Aku membencimu Ge, kau menyebalkan, kau brengsek karena tidak membagi pasalahmu denganku," Yifan mendongakkan dagu Tao. Wajahnya mendekat dan Tao memejamkan matanya. Bibir mereka bersatu. Tidak perlu kata-kata lagi ciuman ini telah cukup untuk mengungkapkan semua perasaan mereka.

Sejak saat ini Yifan berjanji tidak akan melepaskan – atau bahkan meninggalkan – buah persik mungilnya lagi apapun yang terajadi.

The End

AN.

OMG apa ini? Sudahlah abaikan. Just RnR please.

Jika memungkinkan aku akan buat dari Kris side & HunHan sidenya *Kayak ada yang mau baca aja*

Dandeliona 96