Akan ada masanya dalam hidup, di mana kegelapan merupakan satu – satunya teman.
Di mana semuanya tidak bisa dipercaya dan rasanya seperti tidak akan ada jalan keluar.
Tapi semua pasti bisa dilalui bukan?
Karena bahkan di malam tergelap pun, bulan dan bintang selalu ada meski tak terlihat.
Serta matahari di ujung sana selalu menunggu untuk bersinar.
Home
One Piece always belong to Eichiro Oda
Suara – suara itu terdengar samar di telinganya. Deburan ombak, violin, nyanyian, obrolan, dan pertengkaran. Ia merasa di sinilah seharusnya ia berada, di tengah semua keributan ini. Rasa familiar saat rambutnya bergesekan dengan topi jerami, bau asin, goyangan kapal, terik matahari, serta angin yang membawanya pergi jauh.
'Aku akan menjadi Raja Bajak Laut !'
'Jagalah topi ini untukku'
'Aku akan menjadi pendekar pedang terhebat di dunia'
'Luffy, tolong aku'
'Aku adalah temanmu !'
'Apa kau tahu tentang All Blue?'
'Cepat pegang tanganku!'
'Aku mencintai negeri ini'
'Aku terlalu lemah !'
'Arghh... biarkan aku tidur Luffy !'
'Ace!'
'Aku ingin hidup! Bawa aku kembali ke lautan bersamamu!'
'Akulah yang seharusnya minta maaf, Merry!"
'Kue itu bukan untukmu bodoh ! Kau merusak karya sempurnaku untuk para gadis!'
'Kumohon... hentikan... teman – teman'
'Aku akan melindungi mereka!'
'Luffy... bangunlah... kumohon... kami membutuhkanmu'
Ia melihat ingatan seseorang yang mirip dengannya... tidak, itu dirinya. Ingatan – ingatan itu melompat – lompat ke berbagai tempat dan waktu. Dan ia berdiri disana tanpa bisa mengenali satu pun wajah yang muncul. Tapi di sisi lain, ia yakin orang – orang itu sangat berharga. Ia yakin mereka adalah segalanya, rumahnya, kekuatannya, hartanya. Kenapa ini benar – benar menyiksa?. Seharusnya ia bisa mengingatnya kan? Seharusnya ia melindungi orang – orang itu. Sial. Ini benar – benar menyakitkan. Ia tidak ingin berada di sini sendirian. Ia takut. Ia membutuhkan orang – orang itu. Kenapa ia harus berada di sini?. Ia rela melakukan apapun untuk bisa kembali ke mana pun itu, ia merasa semuanya salah, tidak seharusnya ia di sini, ia ingin kembali ke tempat yang ia sebut rumah. Ia ingin kembali dikelilingi orang – orang itu. Karena baginya sendirian lebih menyakitkan daripada apapun.
.
Saat ia membuka matanya semuanya terasa aneh. Bergoyang. Dan kepalanya sakit sekali. Di sudut matanya ia melihat seekor rakun? ah tidak, ia mengoreksi pikirannya sendiri, seekor rusa tertidur di meja samping tempat tidurnya. Ia mencium bau obat – obatan, laut, dan aroma familiar yang tanpa sadar ia rindukan. Tiba – tiba pintu di depannya terbuka lebar dan seorang wanita berambut hitam dengan nafas terputus – putus menatapnya dengan tatapan penuh harap. Di belakangnya mengikuti seorang pria berambut hijau dengan seringaian percaya diri dan seorang wanita berambut jingga dengan mata berkaca – kaca. Keributan itu membangunkan rusa di sebelah tempat tidurnya yang secara refleks langsung mendekatinya.
"Luffy... Syukurlah, biarkan aku memeriksamu" ucap rusa itu sambil mengambil beberapa peralatan. Jauh di dalam hatinya Luffy merasa seekor rusa dengan hidung biru yang berbicara dengan bahasa manusia itu normal. Tapi begitu tangan rusa itu menyentuh pelipisnya, ia refleks bergerak menjauh.
"Kenapa kau bisa bicara?" Meskipun hatinya berteriak mengatakan bahwa itu normal, pikirannya berkata lain. "Seekor rusa tidak bisa bicara." Wajah rusa itu seketika pucat dan berusaha mengeluarkan suaranya lagi.
"Oh... Luffy. Teman – teman..." rusa itu menoleh ke belakang dan mendapati wajah teman – temannya tidak kalah pucat dengannya. Luffy mengikuti arah mata sang rusa untuk melihat jumlah orang yang ada di ruangan semakin banyak. Kerumunan yang tadi datang ditambah lagi dengan seorang pria berambut pirang, seorang berhidung panjang, cyborg?, dan tengkorak? Kenapa bisa ada sebuah tengkorak?
Pria berambut hijau itu menatapnya dengan intens dan setelah beberapa saat ia menutup matanya dan menyandarkan diri di tembok sambil menunduk. Wanita berambut jingga langsung keluar dari ruangan diikuti oleh si pirang dan wanita berambut hitam. Sisanya? Luffy tidak bisa menebak apa yang mereka pikirkan.
"Kalian siapa? Kenapa aku ada disini? Kali-" perkataannya terputus karena sakit di kepalanya semakin hebat dan tanpa perlawanan ia menerima perawatan yang diberikan oleh si rusa sebelum akhirnya jatuh tertidur
Tapi, sebelum kegelapan benar – benar menguasainya. Ia mendengar suara tangis tertahan memenuhi ruangan. Air yang membasahi tangannya. Dan tangan besar yang kasar sekaligus familiar, mengelus kepalanya.
