-~0~-
Road to Dad
By Kyuutacchi
.
Disclaimer © Masashi Kishimoto
Genre : Hurt/Comfort, Family, Adventure, (Mostly Angst).
Rated : T (Mungkin bisa berubah)
Main Pairing : Pairing yang sudah Canon. (Maybe a little Borusara)
WARNING :
MISS-TYPO / GARING / EYD TAK TERATUR / FLUFF TANPA KEPASTIAN / SLIGHTLY-OOC / KRIUK-KRIUK.
SIDE EFFECT :
PERHATIAN! DAPAT MEMBUAT PEMBACA DIGANTUNGIN, BANYAK CLIFFHANGER, DITINGGALIN, DITIKUNG, ATAUPUN DIFITNESS—eh maksudnya DIFITNAH!
MOHON MEMBAWA PERALATAN OBAT YANG CUKUP UNTUK MENANGANI ALUR ANGST DALAM CERITA INI.
-~0~-
Summary :
Naruto dan Boruto bertengkar lagi, meski tidak separah seperti waktu itu. Akhirnya Boruto lebih memilih menjalankan sebuah misi panjang bersama dengan timnya—untuk menjauhi ayahnya. Selesai misi, Boruto dan Sarada berjalan-jalan dan menemukan sebuah kota kecil. Disitu, mereka ditawari sebuah hidangan lezat mirip ramen. Tanpa diketahui, mereka terperangkap ke dalam sebuah genjutsu, dimana mereka terjebak di sebuah dunia yang tidak mereka ketahui sama sekali. Dunia—yang membuat Boruto dan Sarada lebih mensyukuri hidup mereka yang sekarang. [Boruto : ROAD TO NINJA ver.]
-~0~-
A/N : hOLA, ett typo kan jadinya. Aku author baru, salken. Ini fic Naruto pertama yang aku post di FFN. Udah lama di fandom Naruto, tapi baru bisa bikin cerita sekarang. Sebelumnya, aku mau berterimakasih dulu ama temenku yang udah nge-BETA-in, Servark.
Singkat cerita, Naruto dkk bukan punya author, tapi milik om Kishimoto, aku semata-mata cuman pinjem karakter anime-nya buat ngejalanin nih cerita…
Chapter 1 – How It All Begin.
.
"Dasar pak tua! Jelek! Pikun!"
"EHH—apa kau bilang 'ttebayo?!"
"Aku bilang PAK TUA, JELEK, PI—"
"AKU TAU! Nggak usah diulangin kalii!"
"Abis, budek sih!"
"Heehh?! Tambah ngatain~!"
Konohamaru menghela nafas panjang dan mengecek jam dinding. Sudah lebih dari 15 menit mereka saling melontarkan ejekan. Entah itu "Malin kundang" atau "Pak Haji Bolot". Konohamaru benar-benar sudah nggak tahan lagi.
"HORRAAA~!" seru Konohamaru. Boruto dan Naruto serentak terdiam.
"Nanadaime, bisa tidak kita lewat ke bagian dimana misi ini ditandatanganin?" mata kanan Konohamaru berkedut-kedut. Kesabaran jounin ini benar-benar sudah habis.
Naruto melirik ke arah anaknya sekali lagi, lalu menandatangani berkas yang diserahkan Konohamaru. "Maaf merepotkanmu Konohamaru, tapi…ini ada misi rank A. Niatnya ingin kuberikan pada Lee atau paling tidak Mirai, tapi, karena mereka sedang tidak bisa, kurasa kau dan tim-mu bisa mengambilnya." ucap sang Hokage. Konohamaru mengamati map yang berisi berkas-berkas misi rank A yang dimaksud dengan teliti.
Sementara itu, Boruto menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan membuang muka. Sungguh, anak ini mudah sekali baper. Darimana ia mendapat sifat itu?
"Maaf, Nanadaime-sama. Aku tidak bisa menerima semua misi ini. Tim-ku sudah menjalankan banyak sekali dan mungkin mereka ingin berlibur dari kegiatan ini. Benar 'kan, Boruto?" Konohamaru meminta opini muridnya yang satu itu. Ia berharap, Boruto–kali ini—bisa diajak bernegosiasi.
Boruto melirik perlahan. Tanpa disengaja, iris safir mudanya bertemu dengan iris safir milik sang hokage.
Naruto tersenyum miring, "Mungkin gurumu itu benar, Boruto. Kau kelihatan lelah. Mungkin saatnya kau beristirahat. Lagipula, pikirkan berapa banyak slurpee dan smoothie yang bisa kau beli nanti." goda sang Nanadaime. Boruto tersentak dan bahunya menegang. Kenapa ayahnya bisa tau rencana malas-malasan yang telah ia susun sedemikian rupa?
"…atau, apa kau bisa menyelesaikan satu saja misi Rank A?"
Tidak memperlakukanku seperti anak kecil.
Boruto ingin ayahnya mengakuinya—mengakui betapa dewasanya ia sekarang.
Tidak menasihati dan menegurku lagi.
Boruto tidak ingin diceramahi panjang kali lebar oleh ayahnya. Ayahnya bukan penceramah, tapi cerewetnya luar biasa, dan Boruto tidak suka itu.
Aku hanya ingin mendengar cerita-cerita masa kecilmu.
Tak jarang Boruto mengagumi cerita-cerita tentang ayahnya, jauh sebelum beliau menjadi seorang hokage. Cerita-cerita itu mampu membantu Boruto melewati masa-masa sulitnya.
Tapi entah mengapa, Ayahnya sekarang melupakan peraturan pertama dan kedua; tidak memperlakukan dirinya seperti anak kecil dan tidak menasihati dan menegurnya. Meskipun ayahnya terkadang bergurau ataupun menasehati, pasti ada perasaan jengkel yang muncul di benaknya. Atau mungkin ini yang kalian sebut, pubertas?
Tanpa pikir panjang lagi, Boruto merampas berkas misi yang ada di meja dan membacanya perlahan. "Baik, siapa takut, sh**** old man?" Boruto menantang Naruto. Menaikkan alis kanannya dan menyeringai. Ia menaruh satu file misi Rank A secara random di atas meja ayahnya. Mengisyaratkan sang hokage untuk menyetujui permintaan misinya.
Konohamaru nyaris tersedak ketika Naruto tertawa kecil.
Naruto tersenyum sinis, "Good luck, you brat."
Konohamaru menepuk jidatnya dan jatuh terpingkal. Apa kata Sarada dan Mitsuki, mereka menerima misi rank A, karena putra hokage dan sang hokage mengalami pertengkaran kecil.
[]
Update setiap minggu dan hari rabu. Ku harap kalian menyukai cerita yang kubuat. Ini semata-mata ingin kubuat untuk merayakan Hari Ayah. Tapi, hey ... setiap hari adalah hari ayah! Jadi, mohon kritik dan sarannya ya semua!
See you soon ;)
-Kyuutacchi.
