Disclaimer: Masashi Kishimoto
Rating: T
genre: romence
Warning : Semi Canon, OOC, Absurd, typo, etc.
Camellia
Matahari bangun dari peraduannya. Melemparkan tebaran terang ke langit kelam. Cerah mulai menggantikan gelap. Burung - burung berkicau bersautan menyambut kehadiran sang raja siang yang kembali datang.
Udara hangat menyusuri setiap sudut desa Konoha. Memberikan semangat pada tiap insan untuk memulai kegiatan. Termasuk kepada gadis bersurai emas panjang itu. Yamanaka Ino kini ada didepan tokonya. Ia terlihat tengah menyapu halaman tokonya dengan cekatan. Ia menyingkirkan banyak daun yang jatuh tanpa permisi.
Setelah mengurusi kotoran di hadapan tokonya. Ino langsung mengambil beberapa peralatan bertanam seperti sekop dan gembor. Ia terlihat mahir dengan sekopnya. Ino memberikan pupuk pada semua tanaman. Tak lupa menyirami bunga-bunganya agar terlihat lebih segar. Sukses dengan kedua hal itu. Ino melanjutkan kegiatannya dengan menata tumbuhan indah didepan toko. Ia berencana membuat perubahan pada penempatan tumbuhannya. Ia merasa perubahan itu akan menarik perhatian para pembeli.
Ia menggeserkan semua pot dari yang terkecil sampai yang terbesar. Ia menaruh adenium yang tengah merekahkan bunga-bunganya di pusat tataan tanamannya. Kamboja jepang tersebut dikelelilingi Rhododendron merah muda yang diletakan rapih oleh Ino.
Gadis berparas cantik itu terus tersenyum dan menyenandungkan lagu kesukaannya. Dirinya terlalu asik dan tak memperdulikan tatapan heran dari kedua orang tuanya."Dia anak kita kan?"
Ayah dan ibu Yamanaka Ino itu cukup bingung dengan putri kesayanganya. Hari ini, Ino bangun begitu pagi. Bahkan dia sudah siap dengan kain seperti apron yang biasa digunakan untuk bertanam. Sebenarnya bukan itu yang dibingungkan keduanya. Akan tetapi saat ini mereka melihat Yamanaka Ino yang begitu ceria, padahal kemarin gadis cantik itu nampak murung sekali.
"Ibu senang melihatmu begitu ceria hari ini. Tapi bukankah lebih baik menaruh camellia mu itu di dalam?"
Ino mendongkrak, ia sangat terkejut"I...Ibu, tunggu, ayah juga. Sejak kapan kalian di sini?"
"Sejak kau menggantungkan begonia itu. Apa kau ingin ibu bantu?" Ino tersenyum, lalu menggeleng. Yang artinya ia menolak dengan baik Ibunya. "Baiklah, jangan lupa kau taruh camelia itu kedalam ya. Ibu dan ayah ma-"
"iya-iya ibu. Aku Mengerti, kau tak perlu khawatir. Pergilah, berliburlah dengan tenang." potong Ino pada ceramah ibunya.
Yamanaka mina tersenyum lebar. Ia kembali melihat putrinya sudah kembali seperti biasanya. Dengan senyuman merekah, Ia memeluk gadisnya dengan erat. "jaga dirimu,ya. Ibu ga mau melihatmu menangis lagi. Karena itu jelek sekali"
Ino mengerucutkan bibirnya untuk membalas ucapan ibunya. mina tertawa puas melihat ekpresi lucu anaknya. "ibu.. Tertawamu terlalu keras, tau"protes Ino pada ibunya. Mendengar ucapan Ino. Istri Yamanaka Inoichi tersebut segera menghentikan gelaknya.
"ibu serius, jaga dirimu baik-baik selama kami pergi"
"Baik, bu. "
"kami sayang kamu Ino"ucapan itu dilanjutkan dengan kecupan selamat tinggal di pipi Ino. "jika ada yang mengganggumu. Bilang ke ayah"ujar Inoichi dengan nada tegas sambil pergi berjalan bersama mina.
Ino masih setia berdiri didepan tokonya. Dia Menatap lekat punggung kedua orang tuanya. Mereka berdua sangat bahagia rasanya. Mereka terlibat pembicaraan yang menyenangkan. Buktinya ibu berulang kali tertawa mendengar ucapan ayah. Bahkan Ino dapat mendengar samar tawa dari Ibu. Namun lamat-lamat suara itu lenyap. Mereka berduapun terlihat seperti titik saat ini.
Ino kembali pada kegiatan bercocok tanamnya. Ia mengambil camellia untuk dipindahkan kedalam toko. Ibunya benar, bunga camellia adalah tanaman yang cukup rapuh. Bahkan satu sentuhan pada bunga indah tersebut dapat membuat kelopaknya bejatuhan. Bunga ini tak boleh di taruh di luar. Ino tak mau ada anak jahil yang mengganggu camellianya. Saat kakinya akan melangkah, dia dikagetkan oleh dorongongan seseorang dari belakang "hai Ino, sedang apa kau?"sapa pembuat rusuh itu tanpa dosa.
"Hei, pelan-pelan"pekik kesal Ino pada seorang pemuda di belakangnya. Pot itu hampir jatuh. Dan bahkan Beberapa kelopaknya sudah terlihat tergeletak dibawah. Jangan sampai ibunya tau tentang ini.
Ino mempererat lagi genggamannya setelah kejadian itu. Ia menoleh ke insan yang mengejutkannya. Pemuda bersurai kuning lancip dengan senyum bodoh yang terpajang diwajahnya, dia lah Uzumaki Naruto.
"Aku mengagetkan mu ya, maafkan"
"Apa kau harus seribut itu saat menyapa orang. Kau hampir membuat bunga ku jatuh"Gerutu Ino, sambil mengalihkan pandangannya pada si pembuat rusuh.
"Tapi mawar itu tidak jatuh, kan?"
Ino memutar badannya dengan tanaman itu yang masih ia gendong. Ia menatap keji Naruto. Mungkin jika orang yang dia tatap bukan Naruto, pasti akan gemetar tak karuan karena takut. Namun Naruto ya Naruto, pria yang sangat-sangat-sangat-sangat tidak peka.
"ini bukan mawar, bodoh. Ini adalah camellia. Kau boleh saja sok tampan, tapi kau tak boleh sok tau, karena itu akan membuatmu semakin terlihat bodoh"
Pemuda gagah itu menyipitkan matanya lalu menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal sama sekali. Ia merasa bingung apa perbedaan camellia dan mawar. Bukannya dua-duanya adalah bunga. Bahkan bentuk kedua bunga itu sama persis. Aneh-_
"jadi itu berbeda"
"Ya, iya lah. Camelia itu bunga yang memiliki tekstur mirip kapas dan camelia lebih rapuh di banding bunga mawar"Jelas gadis ber-pony tail itu sambil mengangkat jari telunjuknya bagaikan guru yang tengah menerangkan di kelas.
"oh, begitu"Naruto menjeda perkataannya sejenak dengan tawanya. Kemudian melanjutkan omongannya"Aku tetep tidak mengerti"
Ino menghela nafas berat. Ia seperti akan meledak di tempat karena kebodohannya sendiri. Gadis itu tau bahwa Naruto tak akan paham, lalu kenapa dia harus menjelaskannya.
"Lebih baik, kau pergi. Sebelum aku menghajar mu"Kasar Ino.
Mendengar ancaman Ino yang begitu serius. Naruto memutuskan untuk segera pergi dari hadapan gadis yang tengah emosi tersebut."Okey, aku akan pergi."Baru saja beberapa langkah menjauh dari toko bunga Yamanaka. Jalannya terhenti karena omongan ketus dari gadis yang ia kacaukan tadi.
"Jadi kau tak mau membantu seorang wanita yang kesusahan"
EH*$#='!
"Bukanya dia sendiri yang tadi menyuruhku pergi"ujar Naruto dalam batin. Ia sedikit menggerutu sesaat namun sadar bahwa memang seharusnya dia membantu Ino. Apalagi dirinya hampir saja membuat bunga cama-cami-camalia atau apapun itu terjatuh.
"maaf-maaf, biar aku bantu, Pasti berat" Naruto menjulurkan tangannya ke arah bunga putih tersebut. Sayangnya, niat Naruto malah ditolak oleh Ino. Gadis itu mengelak saat jemari pemuda bermanik biru itu hampir sampai pada camellianya.
"Kau meremehkanku. Jadi menurutmu, aku tak bisa mengangkat pot ini"
LAH SALAH LAGI!
Ino menatap kejam si pemilik surai pirang tersebut sembari melewatinya. Ia tidak peduli akan kebaikan yang ditawarkan oleh Naruto. Baginya itu hanyalah basa-basi busuk pria yang menjijikan. Semua cowo itu brengsek, itulah motto hebat yang dia punya.
"Bukan itu maksudku, biar aku saja yang mengangkatnya"
"ga"balas singkat gadis dari klan Yamanaka tersebut.
"Biar aku saja"Paksa Naruto sambil mengejar Ino yang sudah hampir masuk kedalam tokonya.
Merasa bahwa langkahnya hampir terkejar. Ino langsung mempercepat jalannya. Ia memalingkan wajahnya ke arah belakang seraya bilang"Aku bilang enggak, ya enggak. Apa semua cowo jadi tuli sekarang"
"baiklah, tapi kau harus-"
Brak
Kaki Ino berjumpa dengan sebuah batu yang entah ditaruh siapa. Badannya tersungkur kedepan. Dirinya harus rela seluruh tubuhnya berjumpa dengan aspal kelam. Ino berulangkali menggeram karena pilu di tiap anggota badannya. Tak sadar bahwa benda yang perlu ia jaga kini telah tak berbentuk lagi dihadapannya.
...
"kau terlihat khawatir mina, ada apa? Apa ini tentang putri kita"
Mina mengangguk, artinya ia membenarkan ucapan suaminya. Nyonya Inoichi tersebut memang tak bisa menyembunyikan keresahannya sejak tadi. Walau tawa mengiringi perjalanan mereka. Tapi tetap saja ada rasa janggal yang tertinggal di benak hatinya. Dan luar biasanya sang suami bisa paham isi hatinya saat ini.
Dengan tangan yang masih saling terkait. Inoichi memperkuat genggamannya pada tangan tangan istrinya."kau tak perlu takut mina, dia terlihat sudah baik tadi. Bahkan dia sudah mau keluar dari kamarnya hari ini"
Wanita dengan mahkota coklat tanah itu hening. Langkahnya pun tak seirama lagi dengan pasanganya. Ia semakin melambat dan akhirnya berhenti."Aku tau, dia masih terluka"
"bagaimana kau tau?"tanya Inoichi yang kini juga ikut berhenti.
"karena aku ibunya. Aku yang melahirkannya dan merawatnya."Inoichi terkejut dengan ucapan istrinya. Ia tak menyangka itu yang akan jadi jawaban wanita cantik yang dipersuntingnya. Dia pikir bakal ada jawaban aneh yang akan mengocok perut. Namun ucapan mina cukup menyentuh jiwanya.
"Bagaimana kalau dia melakukan hal bodoh"Ujar Mina sembari membalikan tubuhnya ke arah Inoichi."Bagaimana kalau dia kembali depresi dan gantung diri a-atau malah loncat dari atap rumah atau bisa sajakan dia menggelamkan dirinya kesungai"
"Mina..."Ucap halus inocihi. Wanita yang di panggil mina itu menengadah, menatap lekat mata biru milik suaminya dengan lekat."Apa?"Tanyanya dengan nafas yang masih tersengal. Inoichi tak membalas ucapan istrinya. Ia memilih mendekat lalu mendekap erat Mina.
"Kau harus tenang. Dia adalah anak kita. Dia mewarisi kepintaran mu. Tak mungkin dia melakukan hal sebodoh itu"
"Tapi-"Yamanaka Mina gagal melanjutkan omongannya. Perkataannya terlanjur terpotong oleh suaminya sendiri
"Setiap manusia bisa terluka, namun hanya yang kuat yang akan bangkit lagi. Dan aku yakin putri kita adalah gadis yang kuat"Nyonya Inoichi yang mendengarkan ucapan suaminya seketika meneteskan air mata. Ia akui dirinya salah. Mina mengaku salah telah menganggap Ino anak kecil dan manusia bodoh yang bakal melakukan hal gila semacam itu.
"Yasudah, ayo pergi" Tarik inoichi pada istrinya
"Hei, pelan-pelan"
Keduanya kembali melanjutkan perjalanannya. Tawa juga kembali hadir diantara mereka. Terasa pembicaraan tadi telah dapat dilupakan keduanya. Akan tetapi Ibu Yamanaka Ino ini masih tak bisa tenang. Iya mempunyai firasat buruk tentang anaknya"Semoga dia tidak dapat masalah"
...
Ino mendongak, menatap yang ada dihadapannya. Untuk beberapa saat ia terkesiap kala menyaksikan bunga kapas yang begitu ia jaga kini telah tiada. Sepertinya Ino ikut hancur bersamaan dengan pot didepannya.
"Hati-hati Ino, kau bisa jatuh"
"TELAT, AKU UDAH JATUH TAU..."Teriak gadis itu pada pada pemuda yang memperingatinya.
Naruto yang tepat ada di belakang Ino segera menghampiri gadis yang malang tersebut."Kau tak apa"Ino menelisik pemuda itu. Tatapannya seperti berbicara, pertanyaan bodoh macam apa itu, matanya buta ya? Mana ada orang yang jatuh, terus gapapa.
"Jangan sentuh aku" Larang Ino
Mendengar perkataan kasar Putri Yamanaka tersebut. Dari pada disemprot lagi dengan ucapan sadisnya Maka Naruto memilih mengubah arahnya untuk melihat keadaan bunga camellia putih itu. Yang maniknya bisa tangkap ialah bunga camellia tersebut sudah tak memiliki kelopak indahnya. Dan dirinya juga melihat bahwa pot berbahan tanah liat itu sudah hancur kebagian yang lebih kecil lagi.
"Kau lebih memperhatikan bunga dibanding aku"
"Eh... Bukankah kita sejak tadi berdebat karena bunga itu, lagi pula kau tadi melarangku untuk menyentuhmu"
Lawan bicara Naruto itu bergeming. Ino lebih ingin berjuang untuk kembali berdiri daripada menanggapi pernyataan Naruto. Ia menopang tubuhnya dengan kedua sikunya yang lecet. Cairan merah kelam pada sikunya masih nampak jelas. Begitu pula dengan rasa perihnya.
"aw.."keluh Ino. Gadis itu berusaha berulangkali. Sakit di tubuhnya mempersulit dirinya untuk kembali bangkit. Sempat hati ingin menyerah dan membiarkan air matanya jatuh, tapi Ino terlalu malu untuk menampakan itu dimuka umum, apa lagi didepan pemuda pembuat ricuh itu.
Hati Naruto bergerak, walau tadi sempat memprotes perkataan Ino. Naruto dengan perlahan mengangkat gadis itu. Lalu memapahnya masuk ke dalam toko bunga milik keluarga Yamanaka Inoichi tersebut.
"Kenapa ga dari tadi? Dasar pria tidak peka"Ya, itu lah yang Ino ucapkan. Dirinya merasa kata terimakasih tak pantas ia berikan pada Naruto. Menurutnya pria bodoh itu telah melakukan kesalahan yang sangat fatal. Dan tak mungkin dirinya beramah tamah pada Naruto.
LAH!@$! :
Dengan perlahan Naruto mendudukan Ino diatas kursi coklat di belakang kasir."Apa kau ingin ku ambilkan obat merah"Ino menggeleng. Saat ini, Naruto tak paham dengan apa yang ia saksikan. Gadis bersurai pirang itu tiba-tiba meneteskan air matanya. Niatnya untuk pergi dan mencari sarapan ia hentikan seketika.
"Ka-kau harus bertanggung jawab"
Naruto tersenyum kikuk, itulah caranya untuk menutupi kekesalannya. Dia ingin menyeruak marah tapi tak mungkin. Dia tak bisa memarahi seorang perempuan apa lagi perempuan itu sedang menangis.
"Kau harus bertanggung jawab karena telah merusak bungaku"
"Tapi kan bunga itu kau yang bawa"Jelas Naruto pelan-pelan pada Ino.
"Tapi jika kau tak ada, aku tak akan terkena sial seperti tadi"
"Aku bahkan tak menyentuh bunga itu"Ucapnya sambil menunjuk bunga camellia yang hancur itu di depan toko.
"Aku tak peduli, pokoknya kau yang salah. Kau harus paham bahwa itu memang hukum di dunia yang fana ini. Pria adalah ciptaan Tuhan yang akan selalu salah bagaimanapun juga."Ujar Ino sambil mencari suatu di atas meja kasirnya.
"APA!? HUKUM DARI MAN-"
Naruto gagal melanjutkan kata-katanya. Wajah Naruto bergidik. Ia menatap tangan Ino yang lagi memegangi pot biru tanah liat di atas meja. Rasanya pot tak berdosa itu akan segera terlempar kewajah Naruto sebentar lagi. Naruto melangkah beberapa kali ke belakang. Ia harap itu bisa menghindarkannya dari amukan Ino.
"Kau mau tanggung jawab, ga?"Aura menyeramkan keluar dari tubuh Ino. Mengelilingi tubuhnya bagai langit mendung yang begitu kelam dan bisa kapan saja mengeluarkan kilatan cahaya yang begitu menggetarkan hati.
"Tunggu-tunggu, aku bakal bertanggung jawab. Jangan lemparkan pot itu kewajah tampanku"
Ino menyilangkan tanganya di depan dada. Ia menatap mata biru langit milik pemuda bodoh itu dengan tajam. Sepertinya Naruto serius dan bukan hanya ingin menjanjikan hal palsu pada Ino.
"Kau harus menjadi-"
"Pacarmu"Potong Naruto.
"Hei, siapa yang mau dengan manusia bodoh sepertimu? Bahkan ku yakin tak ada yang mau denganmu."
"Apa kau bilang? Aku ini Uzumaki Naruto, pemuda paling tampan di Desa Konoha." Ujar Naruto tak terima sambil menggebrak meja. "masa?"Goda Ino dengan dilanjutkan kekehannya. Mana rasa sedih yang tadi ia rasakan. Karena rasanya saat ini putri dari klan yamanaka tersebut sudah bisa kembali tertawa. Pikirannya pun lebih tenang. Serta airmatanya sudah hilang tak membekas. Apa ini karenanya?
"kau harus menjadikan bunga itu kembali hidup atau kau bisa mencari gantinya"
"eh, Bagaimana kalau aku jadi pegawai disini saja selama 7 hari, bagaimana?" Tawar Naruto. Dirinya tau bahwa bunga camellia itu tak mudah dicari. Itu terlihat dari bagaimana Ino menjaga bunga tersebut.
"Hah, kenapa aku harus mau menerimamu menjadi pegawaiku? Aku tak sudi"
"Aku berjanji akan bekerja sebaik-baiknya."Ya, pemuda itu masih membujuk seakan janji-janji manis miliknya dapat mengubah pendirian Ino.
"Janji? Aku tak perlu janji, aku mau bukti"Janji adalah sebuah kata konotatif yang biasa di gunakan oleh pria. Baginya janji tanpa bukti hanyalah hikayat belaka yang bakal menyayat.
"Maka izinkan aku untuk membuktikan janjiku."
Ino terperangah, ia menyaksikan bahwa Pria bodoh didepannya terlihat sangat siap dengan apa yang dia katakan. Ada rasa percaya yang tiba-tiba tertanam didalam hatinya. Mungkinkah ini saatnya dia harus kembali percaya kepada kaum Adam lagi.
"serius, aku akan bekerja keras. Kau hanya tinggal duduk manis. Tunjuk sana sini dan nanti akan ku kerjakan"
"Jangan berjanji, jika kau tak bisa menepatinya"balas Ino
"Aku akan serius. Besok aku akan mulai bekerja, Kau hanya tinggal duduk dan bertambah gendut nanti"
"AKU GA GENDUT"Teriak Ino pada pemuda tersebut sambil melemparkan pot bunga ke kepala Naruto.
Ya, entah dosa apa yang dia lakukan tapi benda yang keras itu baru saja menghantam wajahnya. Meskipun pot itu telah dilemparkan. Dirinya akan berusaha untuk bertanggung jawab walau bukan dia yang melakukan itu semua dengan alasan yang belum diketahui.
Bersambung...
A/n
Geje ya? Ya maaf. Namanya juga pemula. Makanya riview dong. Aku butuh kritik dan saran kalian untuk terus bisa menulis. Jadi jangan lupa reviewnya.
Btw aku gatau siapa nama Ibunya Ino. Jadi aku namain ajah Yamanaka Mina
