Excerpt: Dua namja keras kepala yang menolak dijodohkan, Changmin dan Kyuhyun, tak sengaja meninggal bersama dalam sebuah kecelakaan. Anehnya, mereka dihidupkan kembali selama 40 hari untuk 'merenung' sebelum salah satu dari mereka harus benar-benar 'pergi'./ChangKyu/YunJaeMin/HanChulKyu.
Sekai ni Hitotsu dake no Ai
世界に一つだけの愛
(A Love There's Only One Of In The World)
Author: Tisa's Flower a.k.a Hareth
Main Cast: Jung (Shim) Changmin, Tan (Cho) Kyuhyun, Jung (Kim) Jaejoong, Jung Yunho, Tan (Kim) Heechul, Tan Hangeng
Genre (di chapter ini): Drama, tragedy, slice of life, slight angst
Rating: PG-15 to PG-17/T to T+
Length: chaptered?
Warnings: Shounen-ai to yaoi, m-preg, typos, misstypes, OOC
Disclaimers: Cast belongs to themselves, God, parents, and whoever they wants. Main idea belongs to Seo Kouji-sensei with a great manga Half & Half. Storyline belongs to Hareth.
Enjoy the story!
Douzo...
Each of us is...
A flower there's only one of in the whole world
Each of us has their own seeds
So let's just do our best to make them grow into flowers...
There are people whose smiles are strained
Because they're completely lost
But it doesn't matter
Because every flower that's worked so hard to grow is beautiful...
(SMAP – Sekai ni Hitotsu dake no Hana)
1. Prolog
Bagi seorang Jung Changmin, hidup adalah untuk bersenang-senang. Menjadi anak tunggal dari keluarga berlimpah materi membuatnya tak mengenal batasan peraturan yang seharusnya dipatuhi. Sebagai salah satu sophomore, tak afdol baginya jika harus menjadi anak rajin yang berangkat kepagian ke sekolah untuk belajar formula-formula sains yang abstrak dan membingungkan. Ia memilih berbelok ke game centre yang jauh lebih bisa membuatnya tertawa. Ketika ia bisa tertawa, ia pikir saat itulah hidup benar-benar bisa dinikmati.
Setelah memasukkan beberapa buku tulis random ke dalam tasnya, namja muda itu bergegas mencari sepatu high-cut merah-hitam kesayangannya yang biasa ditaruh di rak sepatu dekat pintu masuk utama.
Melewati meja makan di mana umma dan appanya berbincang santai, anak itu mampir sebentar hanya untuk melahap dua tumpuk roti tawar berselai stroberi dan segelas susu banana yoghurt, mengecup pipi umma-namjanya dan kembali meneruskan tujuan utamanya.
Changmin mendesah, mengetahui bahwa sepatu kesayangannya hanya ada sebelah. Dengan terpaksa ia merangkak merogoh-rogoh ke balik rak yang penuh dengan benda-benda tak terpakai. Dahi namja itu mengernyit, dalam hati ia menggerutu karena terlalu banyak debu yang menumpuk di sana.
"Jae, ulang tahun ke-17 Changmin kemarin mengingatkanku pada sesuatu."
Gerakan Changmin terhenti kala telinganya menangkap sebuah pembicaraan yang menjadikannya topik utama. Ia memang tak begitu peduli akan apa yang orang lain—termasuk orangtuanya—katakan tentang dirinya. Namun kalimat Yunho barusan entah mengapa membuat batinnya tergelitik untuk turut ikut serta mendengarkan lebih lanjut.
Namja cantik namun manly di seberang kursi Yunho, mengangkat sebelah alisnya tanda kurang begitu memahami. Dilihatnya sang suami tertawa kecil sembari meneguk kopi dari cangkirnya, sebelum melontarkan sebuah pertanyaan.
"Kau sudah lupa janji yang kita buat bersama dengan keluarga Tan?"
Tak butuh waktu lama bagi Changmin untuk mengingat keluarga siapa yang ayahnya maksud. Keluarga Tan, dengan kepala keluarga bernama Tan Hangeng, istri yang sama-sama berjenis kelamin lelaki seperti ummanya bernama Tan Heechul, dan anak lelaki mereka yang menyebalkan. Yang bahkan Changmin sendiri malas menyebutkan namanya.
"Ah, Kyuhyun!"
Sorakan Jaejoong seakan menjadi pengganti suara hati Changmin. Ia makin sebal lagi jika ada orang yang membicarakan dirinya dan Kyuhyun dalam satu topik pembicaraan. Biasanya ini akan menjadi perdebatan edukasi tentang siapa yang akan menjadi peringkat satu paralel di sekolah pada semester ini.
Selalu begitu. Sudah sejak sekolah menengah pertama, Changmin dan Kyuhyun selalu bergantian menduduki peringkat satu dan dua paralel tanpa memberikan ruang ganti bagi siswa lainnya. Hal itu yang menjadi alasan pertama mereka tidak dekat dan justru cenderung saling bermusuhan, berkebalikan dengan kedua orang tua mereka.
Kyuhyun—meski tak sebengal Changmin yang suka membolos—memiliki sifat yang cenderung kurang mengenakkan. Ia kadang begitu arogan dan cuek terhadap segala sesuatu di lingkungannya, menganggap dirinya yang paling hebat dan enggan bersosialisasi. Ia juga sangat rajin belajar, berbeda dengan Changmin yang meski tak belajar selama seminggu pun ia bisa mendapatkan nilai sempurna dalam tes dadakan.
Dan putra tunggal Jung tersebut masih belum mengerti untuk apa kedua namja dewasa itu membicarakan dirinya dan Kyuhyun pada hari sepagi ini. Maka ia diam menanti apa kalimat lain yang akan muncul menjawab rasa penasarannya.
"Menurutmu bagaimana ekspresi Changmin saat kita mengatakannya nanti?" tanya Jaejoong, meminta pendapat. Sebuah playful smile tersungging di bibirnya.
"Hm..." Yunho mengusap dagunya seperti seorang kakek-kakek, sebelum senyum yang sama seperti yang sedang dipasang istrinya mendarat di wajah tampannya. "Mungkin ia akan mengamuk dan mengancam kabur dari rumah."
Sebegitunya?
Kali ini rasa penasaran Changmin bertambah berkali-kali lipat. Ia menajamkan pendengarannya, namun terpaksa harus menelan kekecewaan karena mendadak kedua orangtuanya berniat akan meneruskan pembicaraan itu sepulang bekerja saja—mungkin mereka sadar bahwa anak mereka masih berkeliaran di sekitar situ—dan hal itu membuat Changmin setengah mati penasaran! Rasa penasaran terbesar yang pernah ada dalam hidupnya melebihi rasa penasaran bagaimana ia bisa lahir dari seorang namja!
"Minnie, belum berangkat sekolah?"
Changmin tersentak kaget saat Jaejoong sudah berada di depannya, dengan raut wajahnya yang tenang dan tak terlihat menyimpan sesuatu yang mencurigakan.
"Ini mau berangkat," balas Changmin sambil mengambil sepatunya asal, yang mana saja. Mendadak ia gugup, memakai sepatunya cepat dan berlari melambaikan tangan pada sang lelaki cantik senior. Tak terpikir sama sekali dalam otaknya untuk membawa kendaraan, padahal mobil merahnya sudah dicuci kemarin dan siap untuk dipamerkan.
Yah... terpaksa jalan kaki. Lagi pula sekolahnya tidak seberapa jauh dari rumah, paling-paling 30 menit sudah sampai. Nafsu untuk berbelok ke game centre pun sudah menguap sedari tadi.
"Cepat berakhirlah hari ini..." gumam Changmin sambil menutup matanya dan berjalan santai, mencoba meredam rasa ingintahunya yang meluap-luap.
Langit pagi yang biru bersih di mata orang-orang saat itu tak sama seperti apa yang ada di atas kepala seseorang bernama Tan Kyuhyun. Garis bibirnya melengkung ke bawah dengan dahi yang sedikit berkerut dan mata yang menyipit. Sekilas terlihat gurat tipis scarlet di permukaan kulit wajah pucatnya. Jadi bisa disimpulkan bahwa ia sedang marah. Atau mungkin sedang berusaha meredam amarahnya.
Benar saja, penampilannya hari ini pun jauh berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Jika ia biasa berpakaian rapi tanpa secuil kekusutan pun, maka saat ini penampilannya berbalik 180 derajat. Dari seragam kemeja yang menjuntai keluar dari celana, dasi yang nyaris melorot dari kerah bajunya, rambut bergelombang yang acak-acakan, bahkan tas yang diseretnya sepanjang perjalanan. Mirip orang yang sedang frustrasi tingkat tinggi.
"Tenang, Kyu... tenang..." Pemuda itu mengelus-elus dadanya, mencoba menenangkan diri. Matanya terpejam. Ia mencoba rileks, menarik nafas panjang melalui lubang hidung dan mengeluarkannya lewat mulut. Merasakan udara sejuk berembun mengisi rongga paru-parunya, membiarkan otot-otot tubuhnya yang menegang mulai mengendur.
Setelah dirasanya cukup, iris cokelat itu kembali menampakkan wujudnya. Menarik nafas panjang terakhir, ia memaksakan sebuah senyum terkembang—meski belum ikhlas. Pemuda di tingkat 2 itu melangkahkan kembali kakinya, kali ini lebih santai, menuju sudut zebra cross yang sepi.
Di suasana yang entah mengapa terasa begitu aneh dan sunyi, Kyuhyun kembali mengatur nafasnya. Tak lupa matanya terus mengekori traffic light yang saat itu masih memberi tanda hijau untuk kendaraan yang lewat. Satu tangannya menyangga pada tiang lampu jalan terdekat, memijat pelipisnya yang mulai berdenyut pusing. Setetes keringat dingin mengalir di lehernya, menandakan hal yang buruk akan terjadi.
"Huh, lama!"
Keluha tersebut membuat otot Kyuhyun kembali menegang. Lihat, firasatnya tak pernah meleset. Ia menyadari keberadaan orang lain di sampingnya bahkan sebelum mendengar suara itu. Orang lain yang secara tidak langsung membuat moodnya jadi jelek pagi ini. Anak laki-laki bersurai gelap itu meluruskan badannya dan menoleh, menatap tajam lelaki di sampingnya yang memakai seragam sama, yang kemungkinan memiliki tujuan sama—menyeberangi zebra cross.
Merasa aura kelam bermain-main di sekitarnya dan membuat bulu kuduk meremang, pemuda tertinggi di antara keduanya itu turut menoleh. Dua pasang iris deep brown saling beradu dan memelototi.
"Pangeran sombong, egois, arogan, diktator, Tan Kyuhyun yang tidak terhormat?!"
"Tuan muda autis, kekanak-kanakkan, rakus, dan tukang bolos, Jung Changmin yang tidak mulia?!"
Kyuhyun, menggeretakkan giginya. Sial sekali hari ini, belum apa-apa sudah dipertemukan dengan namja yang akan menjadi pendamping hidupya. Perlu dicatat itu, alasan utama mengapa darahnya mendidih sampai membuat tanaman yang dilewatinya jadi layu adalah orang ini! Orang yang menurut kedua orangtuanya—yang sinting—sudah dijodohkan dengannya sejak 17 tahun silam, saat ia masih berada di dalam kandungan.
Sementara Changmin menatap dalam-dalam Kyuhyun yang memiliki aura 'tidak biasa'. Memang mereka tidak dekat, juga saling membenci dan bermusuhan. Namun jarang sekali bertengkar. Dan entah ada angin apa, anak laki-laki manis itu sudah mengomelinya duluan. Biasanya anak itu lebih memilih pergi menghindarinya.
Sungguh tidak biasa.
"Dengar ya, diiming-imingi uang satu trilyun euro pun aku tidak akan mau melakukannya!" ketus Kyuhyun sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Untuk kemudian membuang muka.
Changmin hanya memasang muka datar yang seolah bertuliskan, "apa yang sedang kau bicarakan?"
Lampu traffic light berubah warna, mempersilakan pejalan kaki—yang mana hanya ada Kyuhyun dan Changmin—untuk menyeberang.
"Akan kulakukan apapun untuk membatalkan perjodohan bodoh itu," kecam Kyuhyun dengan wajah kesal terakhir kalinya sebelum melangkahkan kaki meninggalkan Changmin yang tiba-tiba diam mematung.
Perjodohan? Perjodohan apa?
Kemudian ia tertegun. Apa ucapan Kyuhyun barusan ada hubungannya dengan apa yang umma dan appanya bicarakan tadi pagi? Hal yang membuatnya penasaran...
Telapak tangan Changmin gemetaran. Jangan-jangan...
"Kyuhyun, tunggu sebentar!"
Kedua kaki jenjang pemuda itu berlari melawan angin. Dalam sekejap ia berada di belakang Kyuhyun sambil menangkap pergelangan tangan pucat itu.
Si pemuda Tan berbalik dan menatapnya tajam, "Apa maumu?!"
"Apa maksud ucapanmu tadi? Tentang perjodohan itu?!" sentak Changmin, sedikit memaksa. Mereka tidak sadar jika keduanya sedang berhenti persis di tengah jalan raya. Scarlet di wajah Kyuhyun berubah menjadi crimson saat itu juga.
"Sudah kubilang aku akan menghentikannya! Sekarang lepaskan aku!"
"Aku tak mengerti apa yang kau katakan!"
Cengkeraman Changmin di pergelangan tangan Kyuhyun semakin mengerat. Pemuda yang lebih pendek itu menggeliat, mencoba melepaskannya. Saking sibuknya dengan pergulatan pasif itu, mereka tak sadar jika lampu traffic light sudah berubah kembali.
"Lepaskan aku, Changmin gila! Kau tidak perlu berpura-pura—"
DIIIIIIIIN...!
Keduanya membeku di tempat tanpa perasaan apapun. Kosong.
BRAAAAKKK...!"
"KYAAAAAAAAAAAA...!"
Sebuah truk berkecepatan tinggi menghantam dua tubuh kurus tersebut sampai terpelanting beberapa meter dari posisi awal. Keduanya kejang bermandikan darah, luka berat di sekujur tubuh. Beberapa perempuan yang menyaksikan langsung kecelakaan itu berteriak-teriak dan menangis histeris, bahkan sampai ada yang pingsan. Truk penabrak telah berhenti setelah menghujam tembok bangunan sekitar yang langsung remuk.
Changmin merasakan sesak yang amat sangat di rongga dadanya. Tubuhnya mati rasa. Ia masih menangkap samar suara sirene ambulans yang mendekat, namun pandangannya semakin kabur. Langit biru di hadapannya berubah abu-abu. Dan semakin menghitam... gelap.
Di sebelahnya, Kyuhyun tergolek lemah. Ia masih merasakan telapak tangan Changmin yang hangat menggenggam pergelangan tangannya. Setetes air mata mengalir ke pipinya, menuju aspal yang telah banjir dengan cairan kental ebony yang beraroma anyir. Kyuhyun gemetaran. Ia merasakan kelopak matanya semakin berat seolah dipaksa untuk menutup.
'Tuhan... aku tidak mau mati... jangan sekarang...'
A/N: 40 hari diambil dengan mitos yang menyebutkan bahwa arwah orang yang meninggal masih akan berada di sekitar kita selama 40 hari ke depan setelah hari kematiannya *serem amat*. Ngidam(?) bikin ChangKyu. Silakan beri saya kritik saran masukan, apapun. Maaf ya kalau idenya pasaran. Untuk author lain yang merasa ide di ff ini sama dengan ff Anda, silakan protes sama saya XD
Akhir kata, doumo arigatou gozaimashita ^^
See you next chapter.
Hareth.
