Disclaimer- HETALIA © Hidekazu Himaruya

Genre- Friendship, Romance, supernatural (?)

Rating- Sebenarnya mau nyimpan di T tapi untuk amannya M saja lah, takut nanti brubah pikiran.

Pairing- NethxfemNesiaxAus, Ivanxyao... sisanya nambah dgn sendirinya..

Warning- OOC, Typo(s), gaje, yaoi tapi dikit

.

She's Back

.

Chapter 1

.

"…Sudah lama yah tidak bertemu."Ucap Nether melihat Arthur yang duduk di sebelahnya.

"Yah! Sudah hampir 3 tahun."Senyum tipis Arthur melihat pria di sampingnya.

Satu persatu, tampak orang – orang mulai masuk ke ruangan yang dikumpulkan oleh seorang pria tua dengan alasan tertentu. Sekaligus menandakan, bahwa kegiatan magang mereka di luar sana sudah selesai, Saatnya untuk kembali ke asrama.

"Hei, Net! Art!."Sapa seorang pemuda yang kini berjalan kearah mereka diikuti oleh dua temannya ,mengambil tempat di antara mereka.

"Jangan menyingkat nama kami sembarangan, Aussie."Tatapan tajam diberikan keduanya pada pemuda pirang yang kini tertawa.

"Lama tak berjumpa."Senyum pria yang tadi mengikuti Aussie dan duduk di dekat mereka.

"Yah! Lama tidak berjumpa, Ivan,"Senyum Nether melihat pemuda rusia itu, dan kini memandang satu temannya lagi yang sibuk memakan burger "Kebiasaan lamamu itu tidak berubah, Al."

Mendengar itu Alfred hanya tersenyum dari samping Arthur, yang kini berubah raut wajahnya melihat tingkah teman masa kecilnya itu.

"Jadi, bagaimana dengan misi kalian?"tanya Aussie memecah kesunyiaan mereka beberapa saat yang lalu.

"Begitulah, menarik, membosankan, tidak menantang,"Dan ucapan lainnya yang dilontarkan keempatnya secara bersamaan. Membuat Aussie terkikih geli.

"Begitu! Tapi, sepertinya kelas Asia cukup terhibur dengan misi mereka."Lanjutnya.

Mendengar itu keempat pemuda tadi pun melihat kearah ujung. Dimana tampak Kiku Honda sedang bercerita dengan Yao, dan beberapa teman asianya yang lain. Sepertinya cerita itu sangat menarik sampai membuat mereka terlihat bersemangat.

"Maaf terlambat‼"Suara debuman pintu yang keras, membuat mereka sontak menoleh ke arah pintu dan menghentikan kegiatan "Tadi ada macet…"Tampak alasan keluar dari dirinya.

"Tenang saja, kau belum terlambat."Tampak Kiku Honda yang jarang tersenyum itu melihat ke arahnya.

Berbeda dengan Kiku, yang sepertinya mengenal sosok yang baru saja membuka pintu itu dengan baik. Nether serta keempat temannya hanya bisa saling berpandangan heran. Siapa gadis tidak dikenal itu yang kini berada diantara mereka? Bagaimana bisa gadis itu masuk dan bergabung bersama mereka? Apa kakek Roma membuat hal lagi? Atau ada sesuatu yang tidak mereka ketahui.

"…Sudah lama tidak bertemu yah, Nesia-San? Sudah hampir 10 tahun."Ucap kiku membuat mereka syock bersamaan. Sementara dari sebrang sana Kiku tersenyum sinis melihat mereka.

.

-# IMY #-

.

Flashback

.

Manis, itulah yang ada dipikiran Nether saat itu. Begitu melihat gadis kecil di hadapannya, yang kini bersembunyi di belakang seorang pria dengan tubuh tegapnya.

"Hei, aku Kiku. Ayo kita berteman!"Tampak seorang bocah seusianya menghampiri anak itu.

"Pergilah bersamanya."Ujar pria yang lebih besar melihat gadis dihadapannya.

Dengan ragu gadis itu memegang tangan Kiku yang terulur ke arahnya. Sebuah senyum manis terbentuk dibibirnya, begitu pula bibir Kiku yang menarik anak itu untuk mengikutinya. Kesal, itulah yang dirasakan Nether saat melihat mereka berdua menjauhinya.

"Siapa dia?"Tanya Arthur berjalan menghampiri pria bertubuh besar. Di belakangnya Nether mengikuti.

"Nesia, mulai hari ini dia menjadi bagian dari kita,"Ucap pria itu melihat lima bocah angkuh berdiri di hadapannya "Kuharap kalian bisa berteman baik dengannya."

"Apa kelebihannya?"Tanya Alfred kali ini tidak lepas tangannya dari pundak Arthur.

"Kelebihannya?"Ucap ulang pria itu menatap Alfred yang kini memandangnya "Bagaimana kalau kalian sendiri yang mencari tahu."

Mendengar itu, kelima bocah hanya bisa saling berpandangan bingung. Menatap pria itu yang kini berjalan pergi. Sementara Nether dan seorang temannya, kembali memandang Nesia yang kini bermain bersama Kiku.

.

.

.

.

"Aku tidak mengerti. Apa kelebihan dari bocah itu yang bisanya hanya menangis saja?"Geleng Nether tidak menyadari bahwa dirinya juga masih bocah "Kenapa dia bisa ada disini jika seperti itu?"

Mendengar perkataan Nether, keempat temannya hanya menatapnya sesaat. Sedikit menyetujui perkataan Nether. Bagaimana bisa bocah biasa seperti itu berada disekolah istimewa seperti ini? Hampir anak disini memiliki kemampuan yang berbeda. Arthur sendiri, kemampuannya bisa melihat mahluk gaib, semacam peri atau lainnya. Aussie yang saat ini sedang sibuk melihat keluar jendela, mampu membaca pikiran seseorang. Ivan, bocah jenius yang bisa merancang senjata hebat sekaligus menciptakannya. Sama dengan Alfred yang doyan makan kerjanya, karena itu mereka menjadi sahabat sekaligus rival berat. Nether sendiri, mampu menggerakkan benda tanpa perlu menyentuhnya, atau biasa disebut Psychokinesis/Telekinesis.

"Mungkin, dia cepat menangkap pelajaran. Seperti, Yao, Natali, dan yang lain"Ucap Aussie mengingat kemampuan beberapa temannya, yang detik itu juga diajari lalu bisa.

"Atau, bisa jadi dia ahli menggunakan senjata, seperti Kiku dengan katananya, Antonio dan duo bersaudara Italy yang ahli dalam pistol."Sambung Arthur mengingat temannya yang lain.

"Kurasa tidak,da."Geleng Ivan mengingat sesuatu "Kudengar dari yao. Dia bukanlah orang yang bisa menangkap pelajaran secepat itu dalam satu hari. Malah dia butuh bantuan dari seorang Kiku untuk mengajarinya. Begitu pula dalam permainan senjatanya, tidak bisa diharapkan"

"Yao, berarti dia masuk kelas asia. Lalu bagaimana dengan olahraganya?"Tanya Nether melihat Alfred.

"Pas – pasan,"Jawab Alfred menggeleng tidak percaya "Bahkan untuk bela diri pun lemah."

Mendengar itu, serentak kelimanya berpandangan lemah, tidak percaya sama sekali. Bagaimana bisa bocah seperti itu masuk diantara mereka? Tidak dapat dipercaya. Tidak lama sebuah ide terlintas, sebaiknya jadi korban saja. Hitung – hitung, mengusir rasa bosan kelimanya yang memang sudah terkenal akan kejahilannya.

.

.

.

.

"Huwaaaa‼ Hiks…hiks…hiks."Tangis Nesia, saat jatuh terduduk di lantai. Tidak disengajanya kakinya menginjak kulit pisang.

Kulit pisang? Bagaimana mungkin di lantai ada kulit pisang? Tentu saja itu kerjaan Nether dan teman - temannya yang menaruhnya tepat saat Nesia lewat. Hingga bocah berusia 7 tahun itu terjatuh, dan kertas – kertas yang dibawanya berserakan di lorong sepi itu.

"Sakit‼ Hiks…hiks…"Diusapnya kaki dan tangan yang terluka.

Sementara, Nether dan yang lain kini tertawa cekikian tidak jauh darinya. Tawa itu terhenti seketika, melihat bocah itu kini dibantu oleh Kiku.

"Kau tidak apa – apa Nesia-chan?"Tanya Kiku khawatir, berjongkok di depannya.

Pengganggu‼

Raut wajah tidak suka terlihat di wajah kelimanya. Melihat Kiku kini membantu Nesia berdiri dan mengusap air matanya. Tatapan tajam diarahkan pada kelima pemuda itu yang balik menatapnya tidak suka. Sudah kesekian kalinya mereka berlima mengganggu Nesia yang terus membuatnya menangis.

"Kiku‼ Hiks…bagaimana ini? Hiks…kertasnya kotor…hiks,"Ucap Nesia mengalihkan tatapan Kiku pada kelima bocah itu "Nanti pasti dimarahi…hiks…hiks."

Banjir air mata sekali lagi keluar, dari sudut mata gadis itu. Memandang kertas – kertas yang tampak kumel.

"Tidak apa – apa. Biar nanti aku yang bantu jelaskan."senyum Kiku, sekali lagi menghapus air mata Nesia.

.

.

- IMY-

.

.

Lapar, itulah yang dirasakan Alfred saat ini. Entah bagaimana caranya hingga dia bisa dihukum seperti ini. Duduk bersimpuh dengan tangan di atas, di ruang Kepsek. Diingat – ingatnya tadi, dia habis berkejar – kejaran dengan temannya dan bersembunyi dari mereka. Hingga tidak disadari menabrak vas kesayangan, membuat dirinya dihukum oleh sang guru. Disinilah dia sekarang di samping Nesia yang ikutan dihukum karena terlambat datang.

Kruyuuukkkkk‼‼

Terdengar suara perut berbunyi, membuat Nesia menoleh ke arah Alfred yang kini wajahnya merah padam. Diam, hanya itu yang bisa dilakukan Alfred saat Nesia melihat ke arahnya.

"Kau lapar? Apa kau tidak sarapan tadi?"Tanya Nesia melihat ke arahnya dengan mata hitamnya.

"Berisik!"Ucap Alfred ketus memalingkan wajahnya.

Berbeda dengan Alfred yang ketus dan memalingkan wajah karena malu, Nesia kini mulai merogoh saku roknya, mencari sesuatu.

"Ini…,"ucapnya menyodorkan sesuatu pada Alfred. Yang tidak lain adalah sebuah roti "makanlah!"

Diam, hanya itu yang bisa dilakukan alfred dengan mata bingung. Bodoh kah gadis ini? Kenapa dia bisa berbuat baik dengan orang yang selalu menjahilinya? Ah, tapi tidak juga gadis ini kan tidak tau kalau dia menjahilinya. Wajar saja, mereka kan selalu menjahilinya dengan sembunyi – sembunyi agar tidak ketahuan oleh gadis ini. Kecuali kiku, yang mempunyai insting yang kuat, gadis ini terlalu lugu untuk menyadari bahwa dia dikerjain.

"Apa kau tidak suka roti?"Tanya Nesia menyadarkan Alfred dari bengongnya "Tapi kau harus memakannya! Jika tidak, kau bisa pingsan. Bukankah hero tidak boleh pingsan."

Mendengar kalimat hero dari Nesia, membuat Alfred mau tidak mau mengambil roti itu. Apalagi mendengar kata pingsan. Apa kata orang? Jika seorang hero pingsan hanya karena lapar.

"Bagaimana kau tau kalau aku hero?"Tanyanya heran, mulai memakan roti di tangannya dengan cepat.

"Eh! Kau kan suka berteriak – teriak,"Jawab Nesia mengingat – ingat dan mulai menirukan "Aku Hero.."

"Tidak mirip."dengan datar Alfred berkata melihat tingkah Nesia.

"Tentu saja. Aku kan bukan hero,"Senyumnya membuat Alfred menyetujui dan memakan rotinya "Ah ya! Kenalkan aku–"terputus

"Nesia, benarkan? Aku Alfred"Potong Alfred cepat dan tersenyum. Menatap Nesia yang kini ikut tersenyum.

Tanpa, mereka sadari. Seseorang menguping pembicaraan dari balik pintu. Tampaknya ikut menikmati pembicaraan mereka, begitu melihat garis melengkung terbentuk di wajahnya.

.

tbc

.

.

A/n: Ahhhh, jadi juga ni fic, untuk penggemar Nesia maaf kan saya yang buat Nesia jadi secengeng itu. Gak ada maksud begitu, maklum demi kepentingan cerita saya yang mungkin nanti bakal ancur. Walau saya menginginkan itu tidak terjadi... TT"TT.

Niat awal sih pingin buat yaoi buat tokoh utama, tapi dipikir- pikir, saya kurang pandai membuatnya. Jadi mungkin, saya akan buat untuk tokoh lainnya. #Plakk

Nesia :...Berhubung author yang tidak bertanggung jawab itu pingsan, saya mewakilinya untuk mengatakan!

Review plizzzzzz