Somewhen, Somewhere, Some Dreamers...
Rating: T, hampir M
Pairing: Levi x Hanji, Eren x Mikasa
Summary: Saat ini Hanji tidak lagi peduli apakah Levi akan membawa pulang titan hidup-hidup untuknya atau tidak, ia hanya ingin agar prajurit yang telah membunuh banyak titan itu dapat segera kembali dalam keadaan utuh padanya. Ada beberapa hal yang harus mereka bicarakan dan ini akan semakin rumit kalau Levi terbunuh dalam misi kali ini.
Disclaimer: not owned
Note: akan ada Lime di beberapa chapter tapi tidak vulgar.
.
Chapter 1: A Prologue
Kopral Levi benci tidur seorang diri. Levi, komandan pasukan berkuda yang juga merupakan prajurit terkuat yang masih hidup sampai saat ini, lebih suka menghabiskan malamnya untuk menyelesaikan pekerjaannya yang menumpuk dibandingkan harus tidur seorang diri. Ia akan bekerja sampai kelelahan hingga tertidur di meja kerjanya atau membaca buku di sofa hingga tertidur. Atau bekerja keras membersihkan ruangan-ruangan di markas mereka hingga pagi menjelang dan ia akan tertidur selama hampir sejam sebelum rutinitas pagi harinya dimulai. Levi menolak untuk tidur sendirian di malam hari ketika pikirannya akan melayang dan masuk ke alam mimpi, sesuatu yang sangat tidak ia sukai. Ia tidak ingin bermimpi.
Berapa kali pun adegan itu berulang di benaknya ia tidak pernah bisa terbiasa. Setiap kali ia akan terbangun dengan bersimbah keringat, lebih banyak dari yang biasa dikeluarkannya saat latihan atau saat berperang melawan titan. Ia akan terbangun dengan perasaan muak yang asing baginya. Levi, sang kopral pemberani yang jarang menampakkan emosinya, ketakutan.
Selain hal-hal yang dilakukannya untuk mencegah mimpi buruk menghantuinya, ada satu hal lagi yang bisa membuatnya terbebas untuk sementara dari mimpi buruk dimana ia harus menyaksikan anak buahnya mati dihadapannya berulang kali itu. Lebih tepatnya, seseorang yang bisa membebaskannya dari semua itu: Hanji Zoe, peneliti gila yang terobsesi pada titan.
Levi tidak pernah mengatakannya langsung, ia bukanlah tipe seseorang yang akan mengatakan apa yang dirasakannya begitu saja, namun ia tahu, wanita berkacamata itu menyadarinya, bahwa kehadirannya sangat berarti bagi kopral bertubuh pendek itu. Entah sejak kapan, semuanya berjalan begitu alami, keduanya tidak ingat awal mulanya namun mereka tidak keberatan. Hubungan ini penting untuk mereka.
Mungkin, kalau ia ingat-ingat lagi, semuanya berawal ketika prajurit berusia tiga puluh empat tahun itu minum terlalu banyak bir dan Hanji, seperti biasanya memanfaatkan kesempatan itu untuk menggoda pria berambut gelap itu. Mungkin saat itu Hanji juga tengah mabuk, mungkin juga tidak, tidak banyak yang dapat Levi ingat dari kejadian malam itu selain suara erangan Hanji meneriakan namanya dan kenyataan bahwa ia tidak mengalami mimpi buruk malam itu. Selanjutnya entah bagaimana, hubungan keduanya berlanjut meski tanpa ada ikatan yang jelas di antara keduanya.
Setelah kejadian itu Levi mempelajari hal baru bahwa tidur sambil memeluk seseorang, merasakan kehangatan tubuh seseorang dan mengetahui bahwa ia tidak sendirian malam itu, mengusir mimpi buruk yang biasa ia lihat. Levi tidak menyukai ikatan, dan ia tahu Hanji juga sependapat dengannya namun dengan cepat simbiosis mutualisme terjalin di antara mereka. Di malam-malam tertentu Hanji akan menyelinap ke kamar sang kopral dan bermalam di sana.
Di pagi harinya saat mereka sarapan bersama bersama yang lainnya, keduanya akan bersikap biasa saja. Levi akan menyantap sarapaannya dengan tenang dan Hanji akan sesekali mencoba mengganggunya namun tidak ada yang berbeda dari sikap mereka biasanya, dan Levi lebih memilih agar semua tetap seperti itu. Ia tidak menyukai rumor, terlebih bila rumor itu mengenai dirinya.
Sepintas Hanji Zoe mungkin tidak terlihat seperti salah seorang pemimpin pasukan. Sikapnya yang selalu seenaknya dan senyumnya yang terlihat tidak bertanggungjawab membuat banyak anggota baru merasa ragu untuk bergabung dengan tim di bawah pengawasan Hanji. Wanita berkacamata ini tidak begitu mengerti mengapa orang-orang menganggapnya begitu aneh karena menurutnya tidak ada yang salah dengan mimpinya untuk membuat manusia hidup berdampingan dengan titan. Menurutnya, titan bisa dijinakan dan akan menjadi hewan peliharaan yang lucu, mereka hanya belum tahu bagaimana caranya, dan sebagai seorang peneliti ia akan menemukan caranya.
Mungkin Hanji terlihat seenaknya dan bebas namun sebenarnya ia memiliki pengamatan yang jeli. Sebagai seorang peneliti, ia bisa menangkap beberapa hal yang tidak disadari orang lain. Seperti misalnya, ia menyadari bahwa Kopral Levi tidak bisa tidur nyenyak belakangan ini. Jejak gelap samar di sekeliling matanya mungkin tidak tertangkap mata oleh prajurit lainnya namun Hanji mengenakan kacamata yang membantu pengelihatannya. Ia bisa melihat bahwa di pagi-pagi tertentu kerutan di dahi pria itu bertambah dalam dan dengan mudah ia bisa mengetahui bahwa pria itu tidak mendapatkan tidur yang layak semalam.
Hanji tidak bodoh. Ia bisa menduga bahwa Levi mengalami mimpi buruk belakangan ini. Tentu saja ia juga mengalaminya, semua orang yang pernah berhadapan langsung dengan titan akan mengalaminya. Hanya saja sikap anti sosial dan pendiam Levi membuat semuanya lebih buruk. Menurut hasil pengamatan Hanji, bisa ia pastikan bahwa Levi adalah tipe yang akan selalu menyimpan masalahnya sendirian, dan malam itu dari caranya menghabiskan gelas demi gelas bir yang tidak biasa diminumnya, Hanji bisa menduga bahwa mimpi buruk itu menjadi lebih buruk lagi belakangan ini. Hanya dengan melihatnya saja Hanji tahu, Levi berniat untuk mabuk agar bisa menyingkirkan mimpi buruk itu malam ini. Awalnya Hanji hanya berniat memperhatikan saja. Ia selalu suka mengamati segala sesuatunya dan Levi selalu menyenangkan untuk diamati. Namun setelah ia melihat prajurit muda bernama Petra mencoba menghampiri Levi, saat itu juga Hanji berubah pikiran. Ia tahu bahwa Petra menaruh hati pada pria itu dan ia juga tahu bahwa Petra cukup manis dan ia tidak mau mengambil resiko. Tidak, sejak awal ia telah memutuskan secara sepihak bahwa Levi adalah miliknya.
Hanji lebih cepat dari Petra. Ia berhasil menghampiri Levi bahkan sebelun Petra sempat menyentuh pundak Levi untuk mendapatkan perhatiannya. Hanji merasa senang karena alih-alih menoleh pada gadis itu, Levi menatapnya. Ia menatapnya langsung dengan mata memicing dan wajah merah.
Hanji tidak ingat apa yang dikatakannya saat itu namun berikutnya mereka sudah ada di kamar Levi, bercinta seperti sepasang anak muda yang tengah jatuh cinta. Hanji bersyukur ia tidak tengah mabuk saat itu karena ia ingin mengingat setiap detil yang terjadi malam itu.
Ia tahu bahwa ia berbuat curang karena telah memanfaatkan keadaan namun Hanji adalah seorang prajurit yang tengah berperang melawan titan dan ia tumbuh dengan prinsip bahwa semua hal adil dalam cinta dan perang, dan memang seperti itulah keadaannya, saat bersama dengan Levi semuanya seperti medan perang meski pun ia diam-diam mencintai pria itu.
Setelah yang pertama, ada yang kedua, ketiga dan selanjutnya. Tanpa ia sadari, hal ini telah menjadi rutinitas. Mereka tidak pernah membahas tentang nama hubungan ini. Mungkin hubungan macam ini memang tidak bernama atau mungkin ini bukanlah sebuah hubungan sama sekali, tapi Hanji bukanlah tipe seseorang yang memusingkan hal-hal seperti itu. Yang ia tahu, seks dengan Levi menyenangkan dan memuaskan dan ia tidak akan meributkan hal-hal remeh seperti status hubungan mereka.
Pagi hari saat Hanji Zoe memuntahkan isi perutnya adalah hari kesembilan semenjak Levi dan pasukannya pergi mengemban misi. Saat itu, malam sebelum keberangkatan Levi keluar tembok, mereka menghabiskan waktu di kamar Levi. Malam itu sedikit berbeda dari biasanya. Setelah semuanya usai, Levi memeluknya erat dan membenamkan wajahnya di rambut tebal Hanji, sesuatu yang tidak biasa ia lakukan. Levi bukan tipe pria yang sentimental. Ini pertama kalinya Levi menunjukkan sisi ini dan Hanji merasa takut. Ia merasa cemas karena tidak biasanya Levi bersikap seperti ini.
"Kau akan kembali kan?"
Tiba-tiba saja Hanji tidak mengenali suaranya sendiri. Ia menjauhkan tubuhnya dari pria itu untuk menatapnya. Hanji memicingkan matanya, tanpa kacamata ia tidak dapat melihat wajah Levi dengan jelas. Ia tidak bisa memastikan ekspresi seperti apa yang tampak di wajah Levi saat itu dan itu membuatnya cemas.
"Apa maksudmu." Suara Levi terdengar tenang dan penuh percaya diri seperti biasanya. "Kau pikir aku akan membiarkan makhluk-makhluk itu membunuhku?"
Hanji mengangkat kedua bahunya. "Entahlah, kali ini aku tidak akan ada di sana untuk menjagamu jadi... OUCH!"
Levi membenturkan dahinya ke dahi keras Hanji yang mengerucutkan bibirnya karena benturan keras itu. Levi mendesis, "aku akan baik-baik saja dan aku akan kembali."
Hanji menatap Levi lekat-lekat, dahi keduanya masih saling menempel dan dari jarak sedekat ini ia bisa melihat ekspresi wajah Levi yang tampak tenang.
Perlahan seringai nakal merekah di wajah Hanji, "bawa pulang titan hidup sebagai oleh-oleh untukku oke?"
Saat ini Hanji tidak lagi peduli apakah Levi akan membawa pulang titan hidup-hidup untuknya atau tidak, ia hanya ingin agar prajurit yang telah membunuh banyak titan itu dapat segera kembali dalam keadaan utuh padanya. Ada beberapa hal yang harus mereka bicarakan dan ini akan semakin rumit kalau Levi terbunuh dalam misi kali ini. Tentu saja, Hanji percaya akan kekuatan pria yang telah lebih dari sepuluh tahun mengabdi sebagai pasukan barisan depan itu namun di sisi lain, sebagai seorang prajurit, Hanji telah banyak melihat kematian dengan mata kepalanya sendiri. Banyak prajurit berbakat yang pada akhirnya tewas terbunuh saat berhadapan dengan titan-titan itu. Seandainya terjadi sesuatu pada Levi pada misi kali ini, hal yang mungkin akan sangat disesalinya adalah karena ia tidak bisa berada di sisinya saat itu. Itu, dan kenyataan bahwa ia gagal menyampaikan berita penting ini pada Levi.
Hanji menatap pantulan bayangannya dicermin. Ia baru saja berkumur dan menyeka mulutnya dengan punggung tangannya. Dahinya berkerut saat ia menyadari bahwa ia terlihat pucat. Ia tidak terlihat seperti dirinya sendiri. Tentu saja, ada banyak hal yang memenuhi otaknya saat ini. Ada begitu banyak hal yang ia cemaskan.
Ia menamparkan kedua tangannya keras-keras ke pipinya yang pucat dan kini bersemu merah. Ia menyeringai lebar di hadapan cermin dan memastikan bahwa dirinya terlihat baik-baik saja.
Ya, semua akan baik-baik saja.
Hanji tersenyum lebar saat ia melangkah keluar kamar mandi. Hari ini ia akan menjenguk Dimple, titan terakhir yang berhasil mereka tangkap hidup-hidup. Hari ini pun semua akan berjalan lancar.
Ia baru saja akan meninggalkan ruang utama markas mereka saat salah seorang prajurit berteriak mengumumkan.
"Mereka telah kembali! Pasukan penjelajah telah kembali dari misi mereka! Mereka berhasil menangkap satu titan!"
Wajah Hanji berubah cerah. Ia benar. Hari ini semua akan baik-baik saja. Ia berlari kecil untuk meninggalkan markas menyambut teman-temannya. Menyambut pria kecil berwajah murung yang sudah ia rindukan...
"...hanya lima dari mereka yang kembali..."
Langkah Hanji terhenti bahkan sebelum ia membuka pintu utama di hadapannya. Lima. Lima orang kembali dari total tiga puluh orang yang pergi dalam misi ini. Hanya lima orang yang kembali...
Dengan bergetar tangan Hanji membuka pintu di hadapannya. Dalam hati ia berdoa bahwa satu dari lima prajurit yang kembali itu adalah Levi. Levi-nya...
Hanji menahan napas saat akhirnya pintu itu terbuka menuju halaman di luar markas mereka. Matanya yang coklat bertemu dengan sepasang mata biru keabuan yang tampak lelah.
Ia tidak peduli pada titan yang terikat yang meronta saat kereta kayu tempatnya diikat dipindahkan oleh beberapa prajurit ke halaman belakang markas mereka. Mikasa yang masih berlumuran darah dengan waspada mengawal mereka.
Ia tidak peduli pada Eren, objek penelitiannya yang lain, yang terbaring di atas sebuah tandu. Tidak bergerak, namun jelas masih bernapas.
Matanya hanya tertuju pada sosok di hadapannya yang berlumuran darah dan lumpur dan keringat, terlihat lelah dan murung seperti biasa namun masih hidup. Ya, Levi masih hidup dan Hanji tidak peduli lagi. Ia berlari dan melompat ke pelukan Levi yang tampak tidak suka.
"Hey, lepaskan aku, bodoh." Levi berusaha mendorong tubuh rekannya itu, tidak nyaman dengan tatapan prajurit lain di sekitarnya.
Levi mencoba melepaskan diri namun Hanji bisa jadi sangat keras kepala kalau ia mau. Levi tidak bisa melepaskan diri dengan mudah.
"Selamat datang kembali..." Hanji tertawa riang, tidak berencana mengendurkan pelukannya sama sekali.
"Lepaskan aku sekarang juga, wanita aneh!" Levi tidak suka dengan posisi ini yang membuatnya merasa semakin pendek.
Hanji menurut kali ini. Ia menjauhkan tubuhnya dan tersenyum lebar, kedua tangan masih melingkar di leher sang kopral.
"Kau benar-benar membawakan titan sebagai oleh-oleh!"
TBC
Author's Note:
Fic SnK pertamaku. Mungkin Hanji agak OOC tapi uhuks, biarkanlah dulu dia seperti itu untuk perkembangan cerita.
