Sorry
Pair : LeoN VIXX
Keo VIXX
Cast : All Member of VIXX
"chagiyaa maafkan aku...aku janji tidak akan mengulanginya"
"nee... aku memaafkanmu Chagi... berjanjilah untuk tidak mengulanginya"
tapi meskipun kau mengulanginya, kau akan selalu mendapat maaf dariku
"terima kasih chagi...chu"
namja tampan tersebut memeluk kekasih manisnya, menyalurkan rasa cinta yang begitu dalam kepada namja yang sudah menemaninya hampir 3 tahun lamanya.
Untuk pertama kalinya ia melakukan kesalahan, dengan berselingkuh dengan namja lain bahkan ia ketahuan sedang bercinta dengan namja lain. Harusnya kekasihnya marah padanya, harusnya kekasihnya memaki atau bahkan memutuskannya, tapi apa yang dilakukan oleh seorang Cha Hakyeon kepada Jung Taekwoon?
Ia justru memaafkan Taekwoon dengan begitu ikhlas. Dengan begitu tulus.
Hei Jung, kurang baikkah kekasihmu?
*****Sorry*****
4 tahun kemudian
Matanya masih menatap lurus kedepan, pada objek di seberang jalan. Menatap dua sosok yang begitu ia kenal, dua sosok yang begitu berarti untuk dirinya. Berusaha mengusir pikiran pikiran jelek tentang mereka, namun tetap saja dadanya bergemuruh menahankan sakit.
Dirogohnya ponsel miliknya dari dalam saku, kemudian mendial nomor yang begitu ia hapal luar kepala. Menunggu beberapa saat hingga panggilan tunggu itu hilang dan digantikan suara sang kekasih.
'yoboseyo…'jawab orang diseberang sana
"wonie ah…" suaranya melembut begitu suara terdengar dari seberang ponsel. Bisa ia lihat bagaimana oyang ia telepon sedang menempelkan ponselnya ke telinganya dan tangan yang satunya merangkul mesra bahu orang disebelahnya.
'wae chagi?'
Bahkan dia memanggilnya dengan sebutan chagi, sedangkan dalam rangkulannya ada namja lain.
"kau dimana? Bisa jemput aku?"
'aku sedang meeting dengan klien chagiyaa… sepertinya tidak bisa. Aku sedang sibuk…'
"ahh begitu yaa…"ucapnya dengan suara yang melemah diikuti bahunya yang ikut jatuh lemas.
'n..nee… mianhae chagi… apa kau mau aku menyuruh Ravi untuk menjemputmu?' suara diseberang sana melembut, seperti suara penyesalan, namun bias ia lihat orang tersebut sedang memandang dalam sambil tersenyum kepada namja desebelahnya.
"andwe… aku pulang dengan bus saja. Kalau begitu lanjutkan kerjamu nee… jangan lupa makan siang, dan…dan maaf sudah mengganggu waktu kerjamu"
Piip
Hakyeon, namja manis berkulit gelap itu menutup ponselnya tapi matanya tidak bisa berpaling dari kedua objek yang ia lihat sedari tadi. Orang yang sedang ia telepon tadi, orang yang berbicara di telpon tadi, orang yang berbohong padanya.
TES
Setetes cairan bening mengalir dipipinya.
Berbohong.
Kenapa kekasihnya berbohong padanya? Kenapa harus berbohong? Kenapa tidak mengatakan jika ia sedang diluar bersama namja lain yang tidak lain adalah sahabat hakyeon sendiri.
Perlahan, Hakyeon berbalik meninggalkan keduanya yang kini menikmati waktu berdua mereka, terlihat mesra.
Bukan sekali dua kali Hakyeon mendapati kekasihnya sedang berbohong. Bukan sekali dua kali ia mendapati kekasihnya dengan namja lain. Tapi kenapa kali ini begitu sakit sekali.
*****Sorry*****
Kembali terulang apayang pernah terjadi beberapa tahun lalu. Kembali kekasihnya melakukan kesalahan. Hal yang sama persis seperti beberapa tahun silam, dan kembali kebohongan ia dapatkan.
Katakanlah Hakyeon terlalu lemah, karena selalu memaafkan dan selalu mengalah dalam setiap permasalahan mereka. sekalipun itu bukan dirinya yang bersalah.
Hakyeon terlalu mencintai kekasihnya, Hakyeon terlalu mencintai Jung Taekwoon, Hakyeon terlalu menyayangi namja itu melebihi dirinya sendiri.
Tapi sepertinya batas kekuatan hakyeon sudah mencapai batas akhir. Dirinya terlalu lelah, masalah yang sama terulang lagi. Terlebih jika kali ini melibatkan orang yang menjadi kelemahannya, sahabatnya.
Mungkin Hakyeon akan kembali mengalah.
Cklek
Pintu kamar terbuka, namja tampan berbalut kemeja putih dengan jas hitam yang sudah tanggal dari tubuhnya. Berjalan dengan tas kerja dan jas hitam ditangannya, lalu kemudian meletakkan semua itu di ranjang, memilih untuk menghampiri namja manis yang berkutat didepan laptop.
"kenapa tidak menyambutku…chuu" Jung Taekwoon memberi kecupan dipipi namja yang masih berdiam didepan laptop. Pandangannya tidak teralihkan, hanya memberi senyum sekilas lalu kemudian kembali menatap laptop miliknya.
"mian… tugasku banyak sekali. Aku harus segera menyelesaikannya" ucap Hakyeon
"yayaya… kau lebih memilih tugasmu. Baiklah aku mandi dulu, kuharap setelah aku selesai mandi kau sudah selesai dengan tugasmu"
Lalu kemudian, Taekwoon berjalan kekamar mandi. Sedikit kesal mendapat jawaban dari sang kekasih yang tidak seperti biasanya. Sedikit kecewa mungkin karena diabaikan.
Hayeon hanya menatap nanar tubuh atletis itu hingga hilang dibalik pintu. Barulah hakyeon melemaskan bahunya, sungguh ia ingin menangis sekarang. Kenapa kekasihnya bisa bersikap seperti itu. Apakah kekasihnya adalah seorang pembohong handal?
Drrrttt drrrtttt drrttt
Hakyeon bangkit dan berjalan menuju ponsel yang bergetar dari balik jas hitam Taekwoon. Sedikit ragu, tapi Hakyeon begitu penasaran siapa yang menghubungi kekasihnya. Mungkin penting.
Hakyeon merogoh saku jas, melihat id pemanggil.
Mr. Lee
Mungkin mr lee adalah rekan bisnis sang kekasih, Hakyeon ingin berjalan menghampiri kamar mandi dan memberitahukan jika ada telpon dari rekan bisnisnya, namun Hakyeon tertegun. Dibawah ID pemanggil terdapat nomor telepon juga, dan Hakyeon begitu mengenali nomor tersebut.
Ia letakkan kembali ponsel kekasihnya seperti semula dan bersikap biasa saja seolah tidak terjadi apa apa.
"ponselmu bergetar sejak tadi" ucap Hakyeon ketika Taekwoon keluar dari kamar mandi. Hakyeon menunggu hingga layar pada laptop miliknya padam, lalu kemudian ia membereskan beberapa pekerjaan miliknya. Berjalan menuju ranjang untuk merebahkan tubuhnya.
Mengabaikan taekwoon yang mengeringkan rambutnya.
"siapa?" tanya Taekwoon,
"tidak tahu, aku takut jika aku mengangkatnya kau akan marah, ponsel adalah benda yang sangat privasi bukan? "
"hei.. kenapa seperti itu?"
"sudahlah… lihat saja, mungkin rekan bisnismu, siapa tahu itu penting" Hakyeon membaringkan tubuhnya, sekilas emmberikan senyuman hangat pada kekasihnya sebelum menutup matanya.
Taekwon meletakkan handuk yang ia pakai ketempat semula lalu kemudian mengambil ponselnya dan ikut berbaring disebelah sang kekasih.
"dari Mr. Lee" ucap Taekwoon dan menunjukkan ID pada ponselnya pada Hakyeon yang sekilas melihat kearahnya. Hakyeon memang menunggu bagaimana reaksi wajah kekasihnya.
"hmm… mungkin penting, dia sempat beberapa kali memanggil" bisik Hakyeon berbalik memunggungi kekasihnya.
Hakyeon ingin berteriak, ingin menangis saat itu juga. Kenapa kekasihnya bisa bersikap begitu tenang. Kenapa bisa begitu rapi ia menyembunyikan kebohongannya.
TES
Dan lagi airmata itu kembali menetes dipipi mungilnya. Dengan cepat cepat hakyeon menghapusnya dan memejamkan mata sambil menggigit bibirnya untuk meredam sesak didada.
Sedangkan Taekwoon tersenyum mengetikkan beberapa kata kepada orang yang ber ID Mr. Lee.
Sedikit lega ketika kekasihnya tidak mengangkat panggilan tadi.
*****Sorry*****
"keniieeee…."Hakyeon memanggil seseorang yang sudah menunggunya dicafe tempat dimana mereka berjanji
"tsk… kenapa lama sekali eoh? Aku sudah hampir satu jam menunggumu"
"mianhae…. Tugasku banyak sekali… maklum saja jobku banyak sekali…hahahha"
"yayayya…. Kali ini berapa orang lagi yang menempah tugas akhir padamu?"
"eoh? Tidak banyak hanya sekitar 8 orang… "
"HEOUUULLLL….. sepertinya kau kejatuhan bulan… baguslah"
Lee Jaehwan, atau biasa diapnggil Ken, adalah sahabat Hakyeon sejak mereka Junior High School. Selalu menempuh pendidikan ditempat yang sama, menjadikan mereka sepasang sahabat yang begitu akrab. Hakyeon begitu menyayangi Ken, apapun masalah Hakyeon baik tentang keluarga, cinta, sekolah, selalu ia ceritakan kepada Ken. Ia sudah menganggap Ken adalah bagian dari keluarganya.
"keniee… aku akan menikah"
"UHUUKKK…UHUUKKK..UHUKK…"
Hakyeon tersenyum menatap respon dari sahabatnya. Kagetkah?
"BENARKAH?" mata bulat itu kian membulat
"heuumm…" Hakyeon mengangguk imut.
"a…ee…err… chukae nee…"
Semakin tersenyum menatap salah tingkah sahabatnya.
"keniee… kau tahukan aku begitu menyayangimu"
"nee nee aku tahu"
"kau tahukan aku begitu mempercayaimu"
"eh? Mm… nee aku tahu"
"kalau begitu maukah kau berjanji padaku?"
"berjanji untuk apa?"
"berjanjilah untuk selalu bahagia"
"ahahahah… kau ini bicara apa heum? Kau takut jika kau menikah dengan si Jung itu maka kau tidak akan bertemu denganku lagi? Kau takut aku menjauhimu? Ahahhaha… astagaa… hilangkan pikiran konyolmu itu… kita akan tetap bersahabat sekalipun kau sudah menikah dengan si Jung itu…ahahhaha"
"nee baguslah…" Senyum tulus Hakyeon berikan kepada orang yang ia anggap sahabat terbaik dalam hidupnya.
*****Sorry******
Chu chu chu chu
"berhenti menciumku"
"wae?"
Saling betatapan dengan aura yang berbeda.
"kau tidak mengatakan akan menikah dengan Hakyeon"
"eoh?"
Jung Taekwoon membeo mendengar ucapan kekasihnya- ah bukan, tapi selingkuhannya.
"apa maksudmu?"
"bukankah kalian akan menikah?"
"hei… siapa yang mengatakan itu?"
"tentu saja kekasihmu"
"tssk.. dan kau percaya?"
"dia sahabatku, tentu saja aku percaya… dan kau tidak memberitahuku sebelumnya… kau berbohong Jung"
"Tidak… kami bahkan tidak pernah membahas soal pernikahan. Kau tahu aku masih menikmati semua ini…"
"kalau begitu putuskan dia, dan nikahi aku"
"…"
"kau tidak bia menajwab, kalau begitu aku akan membongkar semua tentang hubungan kita…"
TRAAKKK
Taekwoon menarik tangan Ken yang ingin mengambil ponselnya dimeja, lalu melempar ponsel itu ke sofa, jauh dari mereka.
"dia tidak akan marah, dan tidak akan bisa marah. Dia akan selalu memaafkanku, dia terlalu lemah.. jadi tidak perlu khawatir….chuu"
Kedua bibir itu saling bertemu, saling beradu dalam tempo yang begitu lembut. Kedua tangan mereka saling merangkul, saling menggantung satu sama lain.
Drrttt…drrttt…drttt
"Woniee ponselmuh bergetar…eeemmmhhh"
"biarkan saja…"
"shhh… aahh…angkat dulu… mungkin dari Kekasihmu..uughh"
"tsk…"
Namja bertubuh atletis itu bangkit dari atas tubuh namja cantik yang tanpa busana, yang entah bagaimana caranya kini mereka sudah pindah keatas ranjang. Kemudian meraih ponsel yang mengganggu kegiatannya bersama si namja cantik.
"ada apa chagii…" suaranya melembut, sangat berbeda dari sebelumnya,
'kau dimana?'
"aku masih dikantor, banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan segera.. wae?"
'mian, hari ini aku tidak pulang. Umma membutuhkanku…'
"nee… tidak masalah"
'baiklah… terimakasih... saranghae'
Menekan tombol off pada ponselnya, lalu kemudian kembali menghampiri namja cantik yang sedari tadi menggodanya.
"kita lanjutkan"
*****Sorry*****
Piip
Menekan tombol end pada ponselnya, matanya menatap nanar pada benda tersebut. Kekasihnya telah berubah.
Apakah 7tahun membuat sang kekasih bosan padanya? Apakah kekasihnya sudah tak lagi mencintainya? Bahkan menanyakan keadaan ummanya saja tidak dilakukan oleh namja tersebut.
TESS
Kembali air bening itu keluar dari mata indahnya.
"Hyung, Kim Uisa ingin bertemu denganmu" seorang perawat berdiri dipintu ruang rawat.
"ah… nee... aku akan menemuinya, kongie bisakah tolong jaga ummaku sebentar?" Hakyeon bangkit, lalu sedikit memperbaiki selimut ummanya sebelum ia beranjak pergi.
"nee tentu saja hyung.. aku akan menjaha ahjumma" Perawat tersebut memberikan senyum terbaiknya kepada salah satu keluarga pasien yang cukup dekat dengannya.
Pintu ruangan dokter spesialis itu dibuka, mempersilahkan Hakyeon untuk masuk keruangan dimana sesorang sudah menunggu.
"annyyeoong Kim uisa…" membungkuk hormat kepada namja berjas putih, yang masih terlihat sangat tampan meski usianya tak lagi muda
"annyeoong Hakyeon ah… duduklah"
Mempersilahkan namja manis tersebut duduk didepan meja kerjanya.
"jika ini menyangkut soal biaya rumah sakit, aku janji akan melunasi segera. Aku mohon lakukan yang terbaik pada ummaku. Aku akan segera melunasi semuanya. Akhir bulan ini… aku janji…"
Namja paruh baya itu menatap kasihan pada namja muda didepannya. Maksud dirinya memanggil Hakyeon kemari bukan untuk membahas hal itu.
"jangan pikirkan itu… aku percaya. Dan bukan itu yang ingin aku bicarakan. Angkatlah wajahmu"
Hakyeon mengangkat wajahnya, matanya basah, meski air mata belum menetes dipipi mungilnya.
"aku tau ini tidak sopan, dan lari dari keprofesionalan kerjaku sebagai dokter. Tapi aku sangat membutuhkan bantuanmu…"
*****Sorry*****
"kenapa baru pulang?"
Taekwoon berdiri diambang pintu yang menghubungkan ruang tamu dan ruang TV. begitu pintu dibuka dan menampakkan sosok namja yang sudah 2 hari tidak ia lihat. Seingatnya kekasihnya hanya ijin padanya tidak pulang satu hari, kenapa justru 2 hari tidak menampakkan dirinya dihadapannya.
Hakyeon bahkan tidak tahu lagi harus menampilkan ekspresi apa. Dirinya bahkan tidak kaget melihat sosok sang kekasih yang sepertinya ingin mengintrogasi dirinya.
Mencoba memberikan senyum hangat yang biasa ia berikan.
"mianhae..." lirihnya.
Taekwon bisa melihat senyuman paksa itu. Wajah kekasihnya berbeda, terlihat kumal seperti habis menangis. Taekwoon segera menghampiri Hakyeon dan membawa hakyeon dalam pelukannya.
"kau dari mana saja? kau membuatku khawatir" rasa marah dan kesal yang tadi betumpuk dalam hatinya menguap entah kemana, saat menyentuh kulit Hakyeon yang terasa sangat dingin.
"hanya mencari udara segar.."
"kenapa tidak menghubungiku?"
"bukankah kau sedang bekerja? aku tidak ingin mengganggumu..."
"..."
bohong... Bahkan Hakyeon sudah puluhan kali menghubungi ponsel Taekwoon saat terakhir kekasihnya mengatakan sedang meeting bersama rekan bisnisnya. Padahal sebelumnya Hakyeon menghubungi sekretaris sekaligus sahabat kekasihnya, Ravi justru mengatakan Taekwoon tidak masuk kerja karena ada urusan lain.
Lalu Hakyeon harus bersikap bagaimana? Menanyakan kenapa kekasihnya berbohong? meminta kejelasan? untuk apa?
"aku ingin istirahat..."
Hakyeon melepas pelukan kekasihnya, lalu berjalan menuju kamar mereka untuk membaringkan tubuhnya. Disetiap langkahnya, Hakyeon memeluk erat guci berisi abu yang ia sembunyikan didadanya. abu milik ummanya.
*****Sorry*****
"keniee..." suara manjanya kembali terdengar memanggil sahabatnya yang sedang menunggu di bangku taman
"tsk... kau terlambat lagi Cha Hakyeon!" Ken mendengus kesal
"mianhaee" Hakyeon memeluk sahabatnya menggoyangkan tubuh sahabatnya kekanan dan kekiri
"wae ada apa? kenapa kau ingin bertemu?"
"eoh?..." Hakyeon memasang wajah bingungnya
"bukankah 2hari yang lalu kau menghubungiku berkali kali? ah... maaf aku tidak sempat mengangkatnya, kau tahu tugasku sedang banyak..."
"hmm..." Hakyeon menampilkan senyumnya "tidak ada, lagipula sudah 2hari, aku bahkan sudah lupa...heheheh"
Yaa aku sudah lupa, karena semua sudah berakhir di 2 hari yang lalu. Batin Hakyeon.
*****Sorry*****
Sudah lama mereka tidak melakukannya. Mungkin untuk Hakyeon ini sudah lama. Tapi bagi Taekwoon hanya beberapa jam saja ia tidak melakukannya. Bercinta, yaa setelah sekian lama mereka tidak melakukan kegiatan yang dulu sering mereka lakukan, kini malam ini Hakyeon meminta Taekwoon untuk melakukannya.
Meski dengan airmata, yang Taekwoon tebak adalah airmata kesakitan pada tubuh Hakyeon, namun bagi hakyeon itu adalah airmata keputusasaannya. Seluruh kesakitannya menajdi satu, ia pasrahkan seluruh hati dan tubuhnya malam ini kepada kekasihnya.
"UUUGHHH….shhh…aaahhh… chagii…. Hakyeona aahhh…."
"sshhh…. Aaahhhh… saranghae Jung Taekwoon"
"nado… nado saranghae chagi…chu"
Usai melepaskan seluruhnya kedalam tubuh sang kekasih, Taekwoon memberikan keecupan dalam pada kening Hakyeon, berharap Hakyeon dapat merasakan betapa dalam perasaannya kepada Hakyeon.
"Jung Taekwoon, mari kita putus"
Kalimat itu membuat Taekwoon membeku. Ia menatap kedalam mata Hakyeon, dan terjadi keheningan cukup lama.
"kau terlalu lelah… tidurlah" Taekwoon bangkit dari atas tubuh Hakyeon dan berbaring disebelahnya, menarik Hakyeon dalam pelukannya.
"Jung Taekwoon, ayoo kita putus"
Hakyeon mengangkat wajahnya menatap Taekwoon, menatap dalam kemata bulat tersebut. Tidak lupa memeberikan senyuman hangat yang dimilikinya.
"hahahhaha… hei kau kenapa?"
Taekwoon bangkit dari tidurnya lalu memunguti pakaiannya kemudian ia pakai kembali pada tubuhnya. Hal yang sama juga dilakukan Hakyeon. Mencari pakaiannya yang tadi dibuka sang kekasih.
"aku ingin kita putus"
"ADA APA DENGANMU CHA HAKYEON? KAU MARAH DENGANKU? KATAKAN PADAKU ADA APA DENGANMU?"
"…"
"KAU TIDAK MENJAWAB…. APA KAU MEMILIKI NAMJA LAIN? APA KAU SELINGKUH DIBELAKANGKU?"
"aniii…" Hakyeon menggelengkan pelan kepalanya sambil mengancing kemejanya, dirinya begitu tenang.
Taekwoon yang diliputi amarah luar biasa berjalan mendekati Hakyeon yang kini telah berdiri dengan pakaian lengkap. Mencengkram erat bahu kecil tersebut, bahkan kuku kuku Taekwoon terasa mencekram dikulitnya.
Hakyeon menggigit bibirnya menahankan rasa sakit,
"KATAKAN! KATAKAN ADA APA CHA HAKYEON…"
"aku hanya ingin kita putus" lirih Hakyeon
"APA KAU TIDAK MENCINTAIKU?"
Harusnya itu yang aku tanyakan Taekwoon ah, harusnya aku yang bertanya, apakah kau tidak mencintaiku lagi?, suara batin Hakyeon ikut berperang dalam dirinya.
"KENAPA KAU DIAM, JAWAB AKU CHA HAKYEON"
BRAAKKK
Hakyeon kembali jatuh terbaring diranjang, setelah Taekwoon menjatuhkan tubuh mungil itu keranjang kembali. Lalu kemudian, kedua tangan Taekwoon mencengkram erat leher Hakyeon, membuat mata Hakyeon membulat kaget, dan terasa sesak pada lehernya. Namun ia tidak meronta, ia hanya menatap nanar kedalam mata taekwoon. Ia tau bagaiman sifat namja yang sedang mencengkram dirinya ini.
"KAU TIDAK MENCINTAIKU KAN? KAU MASIH MENYIMPAN DENDAM PADAKU IYAAKAAN? JAWAB AKU CHA HAKYEON"
"…"
Hakyeon hanya bisa menggeleng, sambil terus merasakan sesak pada lehernya. Nafasnya tidak lagi bisa tersalurkan. Matanya semakin melebar ketika mengetahui bahwa mungkin ia akan mati saat itu juga.
Diangkat kedua tangannya untuk memegang tangan Taekwoon yang mencengkram lehernya, mengelus dengan perlahan sambil menatap kedalam mata taekwoon.
Perlahan cengkraman itu melonggar, dan akhirnya terlepas
"uhukk…uhuukk..uhuukk…"
Hakyeon terus terbatuk, merasakan kembali nafas mengalir keparu parunya.
"apa kau masih belum memaafkanku? Apa kau masih marah pada kesalahanku yang dulu?"
"anii… bahkan jika kau melakukan kesalahan yang sama lagi aku akan tetap memaafkanmu... jika kau berselingkuh kembali, aku akan tetap memaafkanmu. Sekalipun itu dengan sahabatku sendiri…"
DEG
DEG
"aku memaafkanmu taekwoon ah, aku mencintaimu… tapi aku ingin kita berakhir… mari sudahi semuanya. Kau bebas sekarang…"
Hakyeon bangkit menuju balik lemari. Mengambil koper yang ternyata sudah ia sediakan sebelum Taekwoon pulang.
Melihat hal itu Taekwoon panik seketika, masih lagi diliputi rasa panik karena kekasihnya tahu tentang pesselingkuhannya dengan sahabat keaksihnya sendiri, Taekwoon bangkit dan mencengkram tangan Hakyeon yang menggeret kopernya.
PLAKK
PLAAKK
Mata Hakyeon melebar, dan seketika rasa sakit luar biasa ia rasakan pada pipinya. Baru saja namja yang begitu ia cintai melayangkan tamparan keras pada pipinya. Pipi yang selalu diberi ciuman oleh namja itu, pipi yang selalu diberi usapan lembut dari kedua orang tuanya yang kini tidak bisa ia rasakan lagi, pipi itu kini diberikan tamparan pedas hingga membuat cairan merah mengalir disudut bibir merah itu.
"KAU TIDAK BOLEH PERGI…." PLAK
Kembali Taekwoon, melayangkan tamparan dan menyudutkan Hakyeon ke dinding kamar, menyambar bibir berdarah itu, berniat ingin menghisap darah yang ada, sebisa mungkin Hakyeon menghindar dan berusaha lepas dari cengkraman Taekwoon.
"LEPASKAN AKU"
Untuk pertama kali Hakyeon berteriak didepan Taaekwoon, dan seketika itu pula Taekwoon sadar dari tindakan bodoh yang ia lakukan.
"hakyeon…hakyeona ah.. chagi…chagii… maafkan aku… kau tidak boleh pergi… tidak, kau tidak boleh pergi… maafkan aku… pukul aku… pukul aku sepuasmu… aku mohon jangan pergi…"
"hiks…hiks…"
Hakyeon jatuh terduduk sambil memegangi pipinya yang pastinya sudah memerah.
"maafkan aku… maafkan aku… aku mohon jangan pergi… hei kita bisa memperbaiki semuanya. Kita bisa memulai semuanya dari awal. Kita bisa memperbaiki semuanya… kita akan menikah, bukankah itu yang kau inginkan heum? Aku akan mengabulkan apapun yang kau inginkan… aku janji"
"kau akan mengabulkan apapun keinginanku?" Hakyeon menatap kedalam mata Taekwoon, menantang namja tersebut.
"nee… apapun itu, aku akan mengabulkannya…"
"aku ingin kita putus…"
*****Sorry*****
Berlari menuju ke mobil dimana seseorang sudah menunggunya sedari tadi. Membuka pintu mobil dan memasukkan koper dan juga dirinya kedalam mobil lalu kemudian membiarkan dirinya dibawa mobil tersebut entah kemana.
Menyandarkan kepalanya pada kursi mobil, memejamkan matanya sejenak untuk mengurangi rasa sakit disekujur tubuhnya. Bukan hanya tubuhnya, tapi hatinyalah yang paling sakit.
Hakyeon menggigit kuat bibirnya yang ia yakin terus mengeluarkan cairan merah. Ia lakukan untuk meredam rasa sakitnya, namun tidak bisa, sakit itu kembali terasa.
"jangan gigit bibirmu..." seseorang yang sedari tadi memperhatikan Hakyeon sejak masuk mobil berinisiatif menyentuh bibir Hakyoen dengan tisu ditangannya.
Suara yang begitu lembut, bahkan Hakyeon sempat terbuai.
"kau melakukan hal yang tepat..."bisik namja itu dan membawa Hakyeon kedalam pelukannya
"hiks...hiks...hiks..."
Dan pecahlah tangisan Hakyeon saat itu juga. tangisan yang ia coba redam sejak tadi, kini tidak bisa lagi ia redam.
"menangislah sepuasmu... karena setelah ini aku tidak akan membiarkanmu menangis lagi..."
Namja tampan itu mengelus dengan sayang bahu Hakyeon, mencoba memberika ketenangan yang harusnya bisa ia berikan sejak dulu.
Ia tahu bagaimana kehidupan Hakyeon, Ia tahu bagaimana semua tentang Hakyeon, karena ia begitu mengagumi seorang Cha Hakyeon. Namja yang sudah mencuri perhatiannya sejak 10 tahun yang lalu. Dan mungkin Tuhan memberinya kesempatan sekarang untuk bisa membahagiakan Hakyeon.
*****Sorry*****
Ravi masuk kedalam apartemen milik bosnya, ia sedikit heran karena tidak mendapati bos yang sekaligus sahabatnya di kantor. Ia menghubungi ponsel Taekwoon berkali kali namun tidak mendapat jawaban. Merasa Khawatir, Ravi mendatangi apartemen Taekwoon.
Betapa terkejutnya ia melihat kondisi kamar sahabatnya yang sangat berantakan dan penuh dengan barang barang berpecahan. Bantal Bantal serta boneka tidak lagi berada pada tempatnya. segala isi lemari berhamburan, barang barang antik penghias meja bahkan luluh lantah di lantai. dan dipojok ruangan ia bisa melihat siluet sesorang yang sedang duduk memeluk lututnya dalam keadaan berantakan. bahunya bergetar, ia tahu sahabatnya sedang menangis, tapi tanpa suara.
Ravi menghela nafas begitu menyadari apa yang terjadi.
"aku sudah memeperingatkanmu hyung..." lirih Ravi
Namja itu tidak bergerak, terus menyembunyikan wajahnya dilipatan tangannya yang memluk lututnya.
Ravi sangat tahu kelemahan seorang Jung Taekwoon, tapi justru Taekwoon sendiri tidak mengetahui kelemahannya sendiri.
BRAAKKK
"TAEKWOON AAHH"
Suara teriakan dan debuman pintu bersamaan muncul dengan sosok yeoja cantik berpenampilan modis, terlihat diwajahnya menahankan amarah luar biasa.
"MANA DIA RAVI SSI?" Jung Jaejoong masuk kekamar anaknya, tidak menghiraukan kondisi kamar anaknya yang berantakan.
Ravi menunjukkan melalui pandangan matanya. Dan Jaejoong segera menghampiri orang yang dicarinya.
"DIMANA HAKYEON? DIMANA CALON MENANTUKU? KATAKAN TAEKWOON" Jaejoong duduk dihadapan anaknya dan mengguncang bahu anaknya.
"KATAKAN DIMANA KAU MENYEMBUNYIKAN HAKYEON..."
"dia pergi..."Taekwoon bergetar "dia pergi umma... dia pergi meninggalkanku... dia pergi..."
Jaejoong terdiam, berat sekali menerima kenyataan. Jaejoong hampir terjatuh ketika dirinya bangkit berdiri. Jaejoong menumpahkan airmata yang sejak tadi ditahannya.
"baguslahhh... bagusla ia pergi meninggalkanmu...hiks..." Jaaejoong ikut bergetar "kau pantas mendapatkannya... Hakyeon pantas menadapatkan namja yang lebih baik darimu. bukan namja brengsek yang suka selingkuh seperti dirimu..." Jaejoong bangkit, dan seketika tersadar apa yang terjadi dikamar anaknya.
"Hakyeon pasti akan bahagia...ya Tuhan anakku yang malang hiks..."
Jaejoong pergi meninggalkan anaknya yang masih terpaku dalam penyesalannya.
SREETT
Sesuatu terjatuh ketika Jaejoong hendak pergi tadi, yang tidak disadari Jaejoong, Ravi yang sedang mengamati sesuatu di meja menyadari hal itu langsung memungut benda tersebut. Kembali ia tersenyum pahit dan menyadari apa yang membuat seorang Jung jaejong begitu murka pada anak kandungnya.
Ravi berjalan mendekati Taekwoon dengan guci kecil ditangannya, guci yang sedari tadi ia perhatikan. Dalam hati ia bersyukur benda ini tidak ikut hancur bersama benda benda lainnya.
"Kuharap kau bisa menerima semuanya hyung..."
Ravi meletakkan dua benda yang ia ambil tadi dihadapan Taekwoon, lalu kemduian bergegas pergi meninggalkan Taekwoon.
undangan pernikahan
Kim Jisoo dan Cha Hakyeon
Serta guci berisi abu, dimana pada guci tersebut tertulis dengan jelas
Mrs. Cha
*****Sorry****
Katakanlah Ken tidak mempunyai wajah, atau memiliki wajah tebal. Karena sekarang dirinya hadir diacara pemberkatan pernikahan sahabatnya. Ken harusnya bersorak senang karena berhasil merebut apa yang ia inginkan sejak dulu dari sahabatnya. Harusnya ia tertawa puas karena sahabatnya tidak menikah dengan kekasihnya, harusnya ia tertawa bahagia atau kalau perlu ia datang bersama kekasihnya menghadiri pernikahan ini.
Dirinya kini berdiri didepan pintu, dimana didalam ruangan itu terdapat sahabatnya yang sedang menunggu untuk keluar dan berjalan dialtar. Ken ingin masuk, ingin bertemu dengan sahabatnya, mengatakan sesuatu yang harus ia katakan sebelum terlambat. Tapi kakinya terasa kaku, tangannya bahkan tidak bisa ia gerakkan untuk mengetok pintu. Ia hanya berdiam diri didepan pintu menunggu keajaiban.
"Hyung... sudah saatnya"
Dapat ia dengar suara seseorang dari dalam, dan langkah kaki menuju pintu. Ken semakin kaku tidak bisa menggerakkan kakinya untuk pergi dari sini, hingga pintu terbuka menampakkan sosok namja yang begitu mempesona.
pandangan mereka bertemu, dan Ken menyadari tidak ada perubahan dari pandangan itu. Tetatp lembut selembut senyuman hangat yang selalu diberikan oleh namja itu.
"yeonii..." lirihnya
Ia tidak pantas seharusnya
"keniiee...kau datang" ucap Hakyeon seperti biasanya, dengan senyum hangatnya.
Ken ingin menghancurkan wajah itu, Ken ingin memusnahkan senyum itu. Bagaimana bisa namja ini tersenyum kepada orang yang sudah menkhianatinya. Bagaimana bisa namja ini bersikap biasa saja padanya seolah tidak terjadi apapun.
"Yeoniee...aa..aaku..." lirih Ken
Hakyeon membawa Ken dalam pelukannya.
"kau sudah berjanji untuk bahagia... maka bahagialah... dan... aku berharap kalian bahagia..."
Hakyeon melepas pelukannya, lalu kemudian berjalan meninggalkan namja yang masih ia anggap sebagai sahabat.
tidak, bukan itu yang ingin Ken katakan.
tapi terlambat.
karena sahabatnya sudah menghilang dari pandangannya, Ken kehilangan kesempatan. dan mungkin kesempatan itu tidak akan datang kembali.
Apakah cerita mereka telah berakhir?
Dengan rasa sakit yang dirasakan oleh ketiganya.
Cinta begitu menyakitkan, tapi obsesilah yang membuat itu semua lebih terasa menyakitkan.
*****End*****
