Ini adalah hari pertamaku menjalani terapi bersama Minseok hyung. Aku tidak mengalami mimpi buruk semalam, entah itu karena obat penenang yang diberikan Minseok hyung atau karena Jongin yang memegang tanganku dan membisikkan kata-kata penenangnya sebelum aku tertidur. Pagi ini pun aku bangun lebih dulu daripada Jongin dan sekarang aku sedang berada di dapur apartement kami menyiapkan sarapan untuk kami berdua. Jongin sangat menyukai pancake dengan madu diatasnya dan segelas susu vanilla hangat untuk sarapan, namun semenjak kecelakaan itu aku jadi jarang sekali membuatkannya sarapan karena biasanya aku akan bangun lebih siang dengan keadaan lelah akibat mimpi burukku.
Aku sedang membuat susu vanilla saat kudengar Jongin berteriak panik memanggil namaku, "Sehunna! Ah syukurlah kau disini, aku pikir kau hilang tadi." Kata Jongin sambil memelukku.
"Kau ingin aku hilang lagi? Kau ini berlebihan sekali, aku kan hanya membuatkan sarapan untukmu Jonginie." Kataku sambil melepaskan pelukannya.
"Maaf Sehunna, aku benar-benar panik tadi." Lalu Jongin melingkarkan tangannya kembali di pinggangku. "Pancake kesukaanku ya? Boleh kah aku mencobanya?" Pertanyaan bodoh Jonginie
"Tentu, aku kan membuatnya untuk kau makan." Kataku sambil mengecup pipinya.
"Hanya pipi? Tak bisakah aku mendapat morning kiss ku Sehunna?" Kata Jongin sambil memaju-majukan bibirnya, tampak menggelikan sekali.
"Tidak sebelum kau menghabiskan sarapanmu Jonginie, tunggulah di meja aku akan menyelesaikan susu vanilla mu dulu." Jongin memang penurut, dia langsung menuju meja makan kami dan menunggu sambil melipat kedua tangannya diatas meja persis seperti anak TK.
Setelah selesai membuat susu vanilla untuk Jongin aku pun membawa pancake buatanku, susu cokelatku, dan susu vanilla Jongin ke meja makan. Aku hanya menggunakan satu piring untuk pancake kami, sudah menjadi kebiasaan kami untuk sarapan dengan piring yang sama. Awalnya itu ide Jongin karena dia malas untuk mencuci piring, tapi lama kelamaan aku juga menikmatinya, membuat kami tidak hanya fokus pada piring kami saat sarapan.
Seperti sarapan biasanya Jongin akan menceritakan hal apa saja yang dilewatinya di kampus, teman-teman konyolnya, seniornya, dosennya bahkan cleaning service kampusnya pun bisa menjadi bahan obrolan yang menarik jika Jongin yang bercerita. Salah satu yang membuatku nyaman bersama Jongin adalah dia selalu bisa menghidupkan suasana dan mebuatku merasa diterima.
"Mandilah Jonginie, kau bau." Kataku sambil membereskan piring dan gelas-gelas yang kami gunakan tadi.
"Sehunna." Jongin membuatku mendongak menatap wajahnya kemudian dengan cepat dia menempelkan bibirnya pada bibirku, menempel saja dan dapat kurasakan wajahku memanas karenanya. Jongin melumat bibirku perlahan lalu melepaskan tautan kami. "Ada madu tertinggal di bibirmu." Kemudian dia berlari meninggalkanku dan masuk ke kamar mandi.
"Ya Jonginie, apa susahnya menghapus pakai tangan?!" Aku berteriak bukan karena kesal tapi karena malu. Butuh waktu lama untukku menormalkan detak jantungku dan mengembalikan warna wajahku agar tidak memerah lagi. Jongin mana mengerti yang begitu.
Sudah saatnya kami pergi ke apartement Minseok hyung untuk terapiku yang pertama. Sekarang kami sedang menaiki lift menuju lobby apartement. Seperti biasa Jongin menggenggam tanganku untuk menenangkanku. Lobby apartement kami terlihat ramai siang ini, sepertinya seseorang mengadakan acara atau semacamnya dan itu cukup membuatku gugup melihat banyaknya orang yang melintas di depanku. Aku hanya menunduk di samping Jongin dan mengeratkan pegangan tanganku.
"Tenanglah Sehunna, apa yang kau takutkan dari anak kecil yang bahkan belum bisa mandi sendiri huh?" Itu saat aku merasa gugup karena ada segerombolan anak taman kanak-kanak berlarian di depan kami entah apa urusan mereka di lobby. Atau ketika kami berpapasan dengan penghuni apartement sebelum keluar lobby Jongin berkata, "Itu kan Minhyuk cinta pertama mu dulu Sehunna!" Dan sialnya suara Jongin cukup keras untuk membuat Minhyuk mendengarnya. Sepertinya Minhyuk benar-benar mendengar apa yang dikatakan Jongin karena aku dapat melihatnya tersenyum setelah itu. Jongin melakukan apa saja untuk membuatku rileks, mulai dari membisikkan kata-kata penenangnya hingga melempar candaan yang membuatku malu seperti tadi. Ya Jongin memang mengetahui semua rahasiaku, tidak heran dia bisa mengejekku sesuka hatinya.
Selama perjalanan ke apartement Minseok hyung aku hanya berpegang pada sabuk pengaman seperti biasa dan melihat apa pun asal bukan Jongin, aku masih kesal karena dia mempermalukanku tadi, kalau sudah sembuh nanti aku bersumpah akan membalasnya jika bertemu dengan Yi Fan hyung. Aku sendiri belum pernah bertemu dengan Yi Fan, tapi Jongin pernah menunjukkan fotonya saat kami masih kelas 2 SMA dulu.
"Sehunna." Jongin memanggilku, aku tidak akan menghadap ke arahnya. Ingat aku masih kesal.
"Baby kau masih kesal? Berbicaralah padaku. Apa yang menarik diluar sana huh?" Jongin mulai merengek.
"Sehunna, kubelikan bubble tea mau ya?" tidak mempan Jongin. "Sehunna, menghadap ke arahku atau ku cium kau sekarang." Dengan cepat aku menghadapkan kepalaku kearah Jongin. "Ya pervert!" Bisa kudengar dia tertawa puas setelah itu.
Kami sudah sampai di apartement Minseok hyung sekarang. Aku selalu suka berada di apartement Minseok hyung, entah kenapa apartementnya selalu berbau cokelat, itu membuatku nyaman berada disini.
Terlihat dia sedang mempersiapkan apartementnya saat kami datang, sepertinya ada perayaan yang akan dilakukannya nanti malam. Suho hyung juga terlihat sibuk menata ruang tamu apartement ini.
"Kami datang." Kataku dan Jongin bersamaan.
"Ah Sehunna, aku sudah menunggumu dari tadi, ayo kita ke ruanganku." Ajak Minseok hyung.
"Sehunna fighting!" Jongin menyemangatiku.
Aku mengikuti Minseok hyung ke dalam ruangannya, disini wangi cokelat terasa sangat kuat membuatku lebih tenang.
"Duduklah Sehunna, aku menyiapkan bubble tea rasa cokelat kesukaanmu agar kau bisa lebih tenang. Aku menyimpan lebih banyak di kulkas jika kau mau." Minseok hyung menyerahkan bubble tea tersebut yang langsung kuterima dengan senang hati.
"Jadi hyung, bagaimana kita memulai terapinya?" Jujur saja aku penasaran dengan terapi yang akan diberikan Minseok hyung kepadaku.
"Karena kau pernah mengalaminya waktu kecil dulu dan kau pernah bisa menghilangkannya kurasa ini bisa lebih mudah untukmu. Aku mengadakan pesta kecil-kecilan nanti malam hanya untuk mengumpulkan beberapa teman dekat. Teman yang tentu kau kenal juga Sehunna. Ini daftar orangnya, adakah yang membuatmu kurang nyaman diantara orang terebut?" Minseok hyung menyerahkan daftarnya kepadaku. Aku membaca satu persatu daftar orang yang diberikan Minseok hyung
"Hanya empat belas orang dengan kita. Dan Kris? Aku kira aku tak mengenalnya hyung. Dia siapa?" Aku bertanya pada Minseok hyung.
"Kau tak kenal Kris? Dia Yi Fan cinta pertama Jongin dulu, ah aku kira kau mengenalnya Sehunna." Minseok hyung menjelaskan. Mendengarnya aku sampai tersedak bubble yang sedang ku kunyah.
"Yi Fan hyung? Aaah aku tahu hyung, aku tidak tahu kalau dia biasa dipanggil Kris." Sepertinya Tuhan sedang memihakku. "Sepertinya akan menyenangkan pestanya hyung. Lalu apa yang harus kulakukan nanti?" Tanyaku dengan antusias.
"Waaah sabar Sehunna, kita harus melakukannya perlahan." Minseok hyung mengingatkan. "Jadi pertama-tama bisakah kau tuliskan kapan dan dimana saja kau hilang di kertas ini? Kalau kau tidak keberatan aku ingin mencari polanya." Minseok hyung menjelaskan lalu memberikanku buku, kertas dan pena. "Mulai sekarang tulislah kapan dan dimana kau hilang dibuku itu, dan apa saja yang kau rasakan. Seperti yang aku tanyakan padamu kemarin, apa kah kau merasakan sakit saat bernafas, mual atau telingamu berdengung setelah hilang atau mungkin kepalamu sakit lagi seperti kemarin, tuliskan juga seperti apa rasa sakitnya. Aku benar-benar membutuhkan itu untuk terapimu selanjutnya, kau bisa meminta bantuan Jongin jika kau mau." Aku langsung menulis apa saja yang ku ingat saat aku sempat hilang dulu, setelah selesai aku langsung menyerahkan kertas itu kepada Minseok hyung. Aku dapat melihatnya tersenyum.
"Apa ada kabar baik hyung? Sepertinya senyummu berarti baik." Aku bertanya untuk memastikan yang kulihat.
"Kau mengalami banyak kemajuan Sehunna. Harusnya kita bisa mempercepat tahapan terapimu." Ujar Minseok hyung. Aku senang sekali mendengarnya, terdengar aku bisa normal lagi, aku sudah tidak sabar ingin menemui kedua orang tuaku di China.
"Dari catatan ini sepertinya kau sangat bergantung pada Jongin, benar?" Minseok hyung bertanya lagi.
"Begitulah hyung, menggenggam tangannya seperti sudah menjadi kebiasaanku sekarang, rasanya aneh berjalan tanpa dia disampingku. Apakah itu buruk hyung?"
"Sesuatu yang berlebihan itu tidak baik Sehunna, in your case kau jadi sangat bergantung pada Jongin, aku takut jika tidak ada Jongin perkembanganmu akan terhambat." Minseok hyung menjelaskan.
"Jadi aku harus bagaimana hyung? Aku tidak keberatan jika harus terapi tanpa Jongin, tapi hyung tahu kan bagaimana Jongin itu?" Aku sebenarnya cemas dengan reaksi yang akan dikeluarkan Jongin nanti.
"Aku yang akan menjelaskan padanya nanti, setidaknya sekarang kau setuju untuk tidak terapi bersamanya." Minseok hyung tersenyum kepadaku.
"Apakah terapi hari ini juga Jongin tidak boleh ikut hyung?"
"Untuk terapi kali ini kau akan bersama Jongin di awal, lalu mencobalah berbaur dengan yang lain Sehunna. Lepaskan genggaman tangan Jongin perlahan, aku akan menyuruh Jongin tidak jauh darimu jadi jika kau mulai merasa tidak nyaman kau dapat memegang tangannya lagi. Tapi kau hanya boleh memegang tangannya sebentar karena kau harus berbaur lagi, aku akan meminta Jongin menjauh perlahan agar kau terbiasa tanpa Jongin. Ruang tamu ku tidak cukup besar untuk bisa membuatmu hilang kan Sehunna? Kau bisa melewatinya kan?" Minseok hyung memastikan.
"Aku akan berusaha sebaik mungkin hyung." Ucapku dengan senyum terbaikku.
"Aigoo lucu sekali adik iparku ini, nah sekarang kita lihat sudah sejauh mana mereka menyiapkan pesta kita." Aku berjalan mengikuti Minseok hyung kembali ke ruang tamu.
Dan yang terlihat adalah kekacauan. Hiasan yang tadi ditata oleh Suho hyung tergeletak di lantai, kursi-kursi bergeser jauh dari tempatnya, Suho hyung dan Jongin terlihat dilantai sambil membekap satu sama lain.
"Kalian ini benar-benar tidak bisa diandalkan, cepat perbaiki semuanya! Aku tidak mau acaraku kacau!" Minseok hyung kelihatannya sangat kesal dengan hasil perbuatan Suho hyung dan Jongin.
Sekarang aku sedang didalam kamar tamu Minseok hyung bersama Jongin, dia menggenggam tanganku erat sekali, sepertinya dia mengerti kalau aku gugup saat ini. Dia memelukku dari samping dan berbisik, "Sehunna ku yang terbaik, kau pasti bisa melewatinya dengan mudah, cepatlah sembuh agar kita bisa pergi ke China dan tidakkah kau rindu ritual jumat malam kita?" Dia mengecup leherku sekilas dan mengajakku keluar untuk bertemu dengan teman-teman kami, Jongin memang tidak peka. Bagaimana bisa dia mengajakku keluar dengan muka memerah seperti ini.
"Kau sakit Sehunna? Mukamu merah, apa kau demam?" Minseok hyung menghampiriku dan menempelkan tangannya di keningku."Tidak panas." Dia bergumam. Minseok hyung yang mengerti pun memukul lengan Jongin.
"Sakit hyung! Apa salahku?" Jongin nampak tidak terima dipukul Minseok hyung.
"Kau ini sempat-sempatnya berbuat mesum disaat seperti ini. Beruntung terapi selanjutnya Sehun tidak mengajakmu." Lalu Minseok hyung pun pergi menyambut teman-temannya. Jongin masih saja menggerutu disebelahku.
"Sudahlah Jonginie, kau harus membantuku terapi kali ini, ingat?" Aku mengeratkan pegangan tanganku pada Jongin. Jongin pun tersenyum lalu membawaku ke tengah teman-teman kami.
Aku bisa melihat Baekhyun dan Kyungsoo hyung sedang mengambil minuman, Tao dan Luhan hyung sedang berbincang dengan Suho hyung, Chanyeol dan Lay hyung sedang bercanda dengan Ryeowook dan Kyuhyun hyung. Disini semuanya berpasangan, dadaku menghangat melihat mereka semua, senior-senior ku dan Jongin di kampus. Aku melihat Minseok hyung masuk bersama dengan Chen hyung dan aku rasa itu yang namanya Yi Fan, tinggi, pirang, tidak terlalu banyak berubah, sayang sekali jika dia berpacaran dengan Chen hyung, padahal aku ingin menggoda Jongin.
"Kau mau kemana dulu Sehunna?" Jongin memecahkan lamunanku.
"Aku akan menghampiri Baekhyun dan Kyungsoo hyung dulu Jonginie."
"Baiklah kalau begitu, hati-hati Sehunna, aku ada di belakangmu." Jongin melepaskan genggaman tangannya dan berjalan kebelakang ku.
Sebenarnya aku sangat nyaman dengan suasana ini, Minseok hyung benar-benar membuatnya seperti pertemuan keluarga, membuatku tidak berfikir bahwa aku berbeda.
"Hai hyungdeul." Sapaku pada Kyungsoo dan Baekhyun hyung sambil mengambil segelas chivas yang disiapkan Minseok hyung.
"Hai Sehunna, kau terlihat manis sekali malam ini, sepertinya suasana cokelat ini membuat auramu tampak bersinar." Kyungsoo hyung memujiku.
"Ya Soo! Bagaimana bisa kau memuji lelaki lain didepanku huh?" Baekhyun hyung merajuk seperti biasa dan berjalan menuju Luhan, Tao, dan Suho hyung yang sedang berbincang di sofa utama. Aku pun berbalik mengikuti mereka, mataku kurang fokus karena keramaian yang tiba-tiba dan aku merasa Jongin menggenggam tanganku kembali setelah itu.
"Kau baik-baik saja Sehunna?" Tanya Jongin cemas. Aku pun mencoba untuk fokus kembali.
"Ya, aku baik-baik saja. Sekarang aku akan bergabung dengan mereka Jonginie." Aku berusaha menenangkan Jongin.
"Baiklah, tapi jangan dipaksakan ya?" Jongin pun melepaskan tangannya dan beranjak keelakangku.
Aku berjalan menghampiri Kyungsoo, Baekhyun, Suho, Tao dan Luhan hyung. Mereka sedang menggoda Baekhyun hyung saat aku menghampiri mereka.
"Lihatlah Bekhyun, Sehunna saja tidak ngambekan sepertimu, kau ini sudah tidak remaja lagi." Suho hyung memulai lagi khotbahnya.
"Jadi aku tua begitu?!" Baekhyun hyung tampak tidak terima.
"Sudahlah hyung, jangan ngambek lagi, kita kesini kan untuk senang-senang. Dan kalian berhentilah menggoda baekhyun ku." Kyungsoo hyung berusaha memberikan death glare terbaiknya untuk Suho, Luhan dan Tao hyung. Mereka hanya tertawa diberi tatapan seperti itu dari Kyungsoo hyung.
"Ayo hyung kita ambil minuman, tadi kan kau tidak jadi mengambilnya." Ajak Kyungsoo hyung, Baekhyun pun langsung berjalan mendahului Kyungsoo hyung ke tempat minuman tadi.
"Ah ya Sehunna, bagaimana kuliahmu?" Luhan hyung membuka pembicaraan diantara kami.
"Baik hyung, aku sudah mulai masuk kelas lagi sekarang." Aku menjawab dengan senyum terbaikku.
"Waah bagus sekali Sehunna, aku tak sabar menunggumu kembali bermain basket lagi." Kali ini Tao hyung yang berbicara sambil mengeratkan pelukannya pada tangan Luhan hyung.
"Tentu hyung, secepatnya aku akan kembali bermain basket. Ah aku pemisi dulu hyung, aku ingin menemui Lay hyung disana." Setelah mereka mengangguk aku pun menghampiri Chanyeol, Lay, Ryeowook dan Kyuhyun hyung. Mereka tampak ribut sekali, mereka memang tipe pasangan yang ribut jika disatukan begini.
"Hai hyungdeul, sedang membicarakan apa? Tampaknya seru sekali." Aku mulai menyapa mereka.
"Sehunna, kau paling tahukan kalau aku ini dewanya game, tolong beritahu Chanyeol karena dia tidak percaya apa yang kukatakan." Kyuhyun hyung menjawabku. Dan obrolan kami semakin seru seputar game, aku, Kyuhyun dan Chanyeol hyung adalah maniak game, biasanya aku akan bermain game dengan Kyuhyun atau Chanyeol hyung ketika Jongin tidak bisa menemaniku bermain game karena tugas kuliahnya.
Setelah cukup puas membicarakan game aku pun berbalik untuk mencari Jongin, aku bisa melihatnya sedang berbincang dengan Minseok dan Suho hyung. Aku yang terlalu fokus terhadap Jongin tidak memperhatikan jalanku sehingga tidak sengaja menabrak seseorang.
"Ah maafkan aku uuh.. Kris hyung. Aku tidak melihatmu tadi." Aku pun membungkuk meminta maaf.
"Eh apa kita saling kenal?" Dia bertanya dengan suara beratnya.
"Ah iya, namaku Oh Sehun, aku pernah mendengar tentangmu dari Minseok hyung dan Jongin." Terangku.
"Jongin? Kau kekasihnya?" Alisnya terpaut ketika bertanya.
Belum sempat aku menjawab Jongin sudah memeluk pinggangku dan berkata, "Ya dia kekasihku Kris hyung. Apa kabar?"
Sekarang kami sudah berada di apartement setelah acara Minseok hyung selesai, aku sudah lelah sebenarnya, tapi Jongin mengajakku menonton film kesukaan kami Gone With The Wind. Aku menikmati susu cokelatku dengan Jongin yang merebahkan kepalanya di pahaku.
"Sehunna?"
"Hmm."
"Baby Sehunna?"
"Hmmm."
"Sehunna baobei?"
"Ya sayang?"
"Jangan dekat-dekat dengan Kris hyung ya?"
"Kenapa? Tiba-tiba sekali."
"Aku hanya tidak suka melihatnya, kau tahu kan dia dulu yang meninggalkanku. Aku sangat tidak menyukainya."
"Baiklah apa pun untuk kekasih hitamku."
"Ya! Yang hitam itu Tao hyung, bukan aku."
"Aku percaya Jonginie."
Dan malam ini kami habiskan dengan menonton film-film kesukaan kami sampai tertidur. Rutinitas malam minggu kami.
