Tittle:
Stay Stay Stay
Disclaimer:
Masashi Kishimoto
Pairing:
Sasuke Uchiha / Hinata Hyuuga
Rate:
M
Warning:
Standard warning you often find
Author's (are u sure?) notes:
Sorry ya kalo ada typo. Hehe… Lemonnya belom ada nih. Soalnya aku masih amatiran bikin lemon. Mau bikin soft, tapi masih payah. Jadi jangan ada adegan itu dulu deh di chapter pertama.
Summary :
Sasuke cemburu, Hinata nangis. Hinata cemburu, Sasuke stress. "Apa mungkin kita terlalu cepat mengambil keputusan ini? Menikah? Aku masih muda dan sangat manja." , "Apa yang kau katakan, sih! Pokoknya aku tidak ingin cerai!" "Awas kau Uchiha kalau sampai menyakiti adikku. Akan kupotong kau!". Lika-liku kehidupan rumah tangga Sasuke dan Hinata sangat merepotkan. Apakah mereka bisa bertahan dan tetap tinggal? HIIIYAAAATTCAAAAHHH
penjelasan umur pada cerita 'Terima kasih, Hinata'
Hinata 23 tahun
Sasuke 28 tahun
Pada saat Hinata pulang dari paris setahun kemudian, berati umur Hinata 24 dan Sasuke 29.
HAPPY READINGGG!
Hinata's pov~
Aku sedang menyesap kopiku ketika Sasuke tiba-tiba datang dan berdiri tepat di sampingku dan menghadap ke arahku. Kujauhkan bibir cangkir yang hampir meyentuh bibirku dan meletakkannya kembali ke meja. Aku melayangkan tatapan bertanya apa yang sedang dilakukannya disini, tapi dia malah menatap Sasori –teman sekelasku semasa kuliah di Paris mengambil beasiswa S2, dengan tatapan tajam.
"Sa- Sasuke… Oia, Sasori. Perkenalkan ini suamiku, Sasuke." kataku mencoba menstabilkan perasaan tidak enak yang tiba-tiba menyerangku.
"Ah ya… Tentu saja. Mana mungkin aku tidak mengenalnya? Kau selalu membicarakannya sewaktu kita di Paris, kan? Aku Sabaku Sasori." Sasori mengulurkan tangannya pada Sasuke, mencoba menjabat tangan Sasuke. Tapi tangan Sasuke masih menggantung di sisi tubuhnya, seperti tidak terpengaruh pada ajakan jabatan Sasori. Dengan kecewa Sasori menurunkan tangannya tapi tetap tersenyum.
"Ayo pulang." akhirnya Sasuke mengeluarkan suara. Aku takut untuk menatapnya matanya yang menyala. Tapi aku berusaha terlihat tetap tenang.
"Kopinya baru datang. Bagaimana jika kau bergabung? Ini akan menyenangkan. Iya kan, Sasori?" jawabku dengan hati-hati.
"Tentu saja. Kami baru bertemu kembali setelah kelulusan setengah tahun yang lalu. Baru awal bulan ini aku pulang dan dikejutkan dengan menikahnya sahabatku yang manis ini. Kau tak keberatan lebih lama disini, kan?"
"Tidak. Ayo pulang Hinata." Sasuke tetap bersikap dingin pada Sasori. Pasti dia marah padaku karena hal ini.
"Sasuke, kumohon…" pintaku dengan suara pelan.
"Pulang atau kupatahkan leher pria ini." Bagus! Sekarang dia mengancam keselamatanku dan Sasori.
"Baiklah, baiklah… Sasori, maafkan Sasuke. Dia kadang agak emosional." Akhirnya aku mengalah dan bangun dari sofa sambil menjinjing tas merah marun yang tadi kubawa. Aku sangat tidak enak hati pada Sasori saat ini.
"Iya tidak apa-apa, Hinata-chan. Santai saja. Aku juga terkadang sangat posesif pada pasanganku, kok!" Senyum Sasori membuatku tenang.
"Apa maksudmu emosional? Apa aku harus diam saja melihat istriku sedang minum kopi dengan pria lain setelah berjanji akan pulang cepat?" Aku dapat mendengar suara Sasuke yang sangat menakutkan walau terlihat tenang. Agar tidak terjadi keributan, aku segera undur diri dari hadapan Sasori dengan senyum yang dipaksakan sambil menggenggam tangan Sasuke. Berbalik dan berjalan dengan cepat ke arah pintu keluar bersama suami yang sangat menyebalkan ini.
Normal pov~
Sesampainya di depan rumah, Hinata melepas genggaman tangannya pada jari-jari Sasuke tapi Sasuke malah memperat jalinan tangannya pada Hinata.
"Aku mau membuka pagar, Sasuke-kun."
"Apa yang kau lakukan disana?"
"Bisakah kita masuk dulu? Aku lelah."
"Kau tidak terlihat lelah saat kau bersamanya, tadi."
"Aku baru berjalan kaki 3 kilometer dan kau bandingkan dengan hanya duduk di sofa?"
Ya… Hinata dan Sasuke pulang dengan berjalan kaki karena setelah turun di stasiun terdekat dari rumah mereka, tidak ada bus yang mengarah ke arah rumah mereka di halte di depan stasiun. Mungkinkah Sasuke sudah lupa kalau tadi dia membawa mobil saat menjemput Hinata ke kantor?
Akhirnya Sasuke melepas genggaman tangannya pada Hinata. Hinata membuka pagar, lalu berjalan mendahului Sasuke. Membuka pintu dan masuk lebih dulu dari Sasuke untuk menyalakan lampu di seluruh ruangan. Melanjutkan ke lantai dua –ke kamar tidur utama, memasukinya diikuti Sasuke di belakangnya. Sasuke menutup pintu, memandang horror ke arah Hinata yang memegang handuk dan bergerak menuju kamar mandi.
"Hinata."
"Ya?"
"Kau membuatku sangat marah"
"Aku tau. Karena itu aku ingin mandi. Aku sangat takut melihatmu, dan ingin menghindarimu yang sedang marah. Aku takut kau memperkosaku." Pernyataan Hinata yang terakhir seharusnya bisa membuat Sasuke tergelak. Mana mungkin ada suami yang memperkosa istrinya? Tapi berhubung Sasuke sedang murka, ia menahan tawa bahkan senyumnya untuk menjaga wajah stoicknya tetap terjaga. Mana mungkin sedang marah tapi malah tertawa? Bisa-bisa Hinata menganggapnya remeh. Walaupun hal itu tidak mungkin terjadi.
Setengah jam kemudian Hinata keluar dengan mengenakan gaun tidur berwarna hitam yang menutupi sebagian pahanya. Gaun tidur itu tidak berlengan, hanya tali-tali yang menyangga agar gaun itu tidak melorot dari tubuh Hinata, karena terlihat agak kelonggaran di tubuh Hinata yang lumayan langsing.
Hinata duduk di samping Sasuke yang seperti membatu di sisi ranjang mereka. Mengahadap ke arah pintu. 5 menit kemudian Hinata memulai pembicaraan.
"Aku minta maaf." Ujar Hinata
"Kau belum menjawab pertanyaanku."
"Aku hanya minum kopi dengannya."
"Kau tidak ingat ingin pulang cepat."
"Tadi ada pekerjaan tambahan dari Kakashi-san. Saat di perjalanan pulang, aku bertemu dengan Sasori dan berubah pikiran. Wanita sering begitu, Sasuke-kun." Hinata meraih tangan Sasuke, meremasnya pelan.
"Apa kau tidak berpikir untuk menghubungiku dulu? Apa kau tau berjam-jam aku mencemaskanmu yang tidak pulang-pulang, berusaha menjemputmu seperti orang kerasukan hingga hampir menabrak orang, mencari-carimu di sekitar kantormu berjalan kaki meninggalkan mobilku di basement kantormu itu, melupakan kalau mobil itu bisa dicuri kapan saja!" Sasuke meluapkan amarahnya dalam satu kalimat panjang yang hampir membuat Hinata kehabisan napas hanya dengan mendengarnya saja. Sasuke menghempaskan tangan Hinata. Hinata menundukkan kepalanya, menutupi wajahnya yang mulai menurunkan air mata dengan poninya.
"Ha-handphone ku kehabisan baterai. A-Aku mi-minta maaf. Su-Sungguh… Hiks… Hiks…" Hinata tidak kuat untuk menatap Sasuke. Ia menjawab dengan jawah menghadap lantai. Air matanya menetes membasahi lantai marmer kamar.
"Lihat aku saat sedang berbicara." Kata Sasuke sambil menarik rahang bawah Hinata ke wajahnya.
Mata Hinata yang berkaca-kaca memandang sendu ke arah Sasuke. Membuat pria berrambut raven ini tersentil hatinya. Tapi Hinata memang harus diperlakukan seperti ini. Ini bukan pertama kalinya Hinata pergi atau melakukan sesuatu tanpa seizin Sasuke. Beberapa waktu lalu Hinata juga pernah melakukan hal yang sama, tapi bukan dengan pria yang asing di mata Sasuke. Hal ini tentu membuat Sasuke cemburu. Hinata terlihat sangat menikmati saat-saat bersama pria itu. Dan tentunya membuat Sasuke semakin marah.
Hinata mengarahkan kedua tangannya ke arah Sasuke, memeluk leher Sasuke dengan erat. Menenggelamkan wajahnya di bahu Sasuke, menangis disana. Sasuke dapat merasakan bagian bahu bajunya basah. Sasuke membiarkan posisi mereka seperti itu hingga beberapa menit. Lalu menarik tangan Hinata agar melepasakan pelukannya, menatap Hinata dengan lebih lembut.
"K-Kau me-membuatku takut, Sasuke-kun. Hiks... Hiks…"
"Kau bisa membuatku gila dan cepat mati, Hinata."
"Huwweeee…" Hinata kembali berhamburan memeluk Sasuke
"Berjanjilah untuk tidak mengulanginya lagi."
"Aku janji tidak akan mengulanginya lagi."
"Baiklah. Sekarang kau tidur."
"Kau sudah tidak marah, kan? Sasuke-kun?"
"Aku masih."
"Ahh… Jangan marah Sasuke-ku-"
"Tidurlah."
"Aku mau bersamamu, Sasuke-kun…"
"Aku akan tidur di sofa."
"…"
"…"
Akhirnya Sasuke benar-benar tidur di sofa. Dia tidak bisa tidur di ranjang yang sama dengan Hinata. Ia sangat menginginkan Hinata saat ini. Tapi ia malu. Sangat tidak mungkin dalam keadaan marah begini malah meminta Hinata untuk melakukan hal itu. Ini semua gara-gara Hinata yang menempelkan tubuhnya pada Sasuke sangat erat hingga Sasuke bisa merasakan bagian tubuh Hinata yang mengundang libidonya. Gaun tidurnya yang longgar tapi juga sangat pendek itu membuat Sasuke bisa melihat apa yang ada di balik pakaian tipis itu. Membuat adik kecil Sasuke bangun karena Sasuke membiarkannya saja. Aaarrgghhh… Dalam keadaan begini pun pikiran Sasuke masih saja mesum!
Pagi hari Sabtu~
Hinata bangun dengan mata sembab karena semalaman ia menangis. Saat Sasuke menyuruhnya tidur, ia malah sama sekali tidak memejamkan matanya. Hanya menangis di bantalnya. Ia bahkan tidak berusaha menutupi suara tangisannya. Ia membiarkan saja Sasuke mendengar suara tangisnya semalaman, berharap Sasuke akan iba padanya dan akhirnya mendekatinya, memeluknya, lalu mengatakan kalau semuanya tidak apa-apa. Tapi yang terjadi justru Sasuke yang pindah ke ruang keluarga, merasa terganggu oleh suara tangis Hinata. Hal itu membuat Hinata menyimpulkan kalau Sasuke tidak akan memaafkannya dengan mudah.
Setelah mencuci muka, Hinata turun dan berjalan menuju dapur untuk membuat sarapan. Ini hari libur. Biasanya Hinata hanya akan bersantai saja di rumah bersama Sasuke. Tapi Sasuke masih marah padanya hari ini. Jadi Hinata bertekad untuk meminta maaf pada Sasuke sampai Sasuke memaafkannya, apapun caranya.
Rencana pertama Hinata yaitu membuat sarapan kesukaan Sasuke, sandwich dengan ekstra tomat dan segelas yogurt. Sesampainya di dapur, Hinata bergegas membuat sarapan untuk suaminya. Saat menunggu roti yang sedang di panggang matang, Hinata menemui Sasuke yang masih terbaring di sofa. Posisinya terlihat tidak nyaman. Pasti tidurnya tidak nyenyak. Dalam hati Hinata menyesal telah menangis semalam karena hal itu justru membuat Sasuke tidak bisa tidur dan akhirnya pindah ke ruang keluarga yang sofanya tidak senyaman di kamar mereka.
Hinata membangunkan Sasuke perlahan. Pria yang tengah meringkuk itu hanya mengerang lalu melanjutkan tidurnya.
"Sasuke-kun… Bangun. Ini sudah pukul 7. Apa kau tidak ke kantor?" Hinata sengaja mengerjai Sasuke agar cepat bangun dan memakan sarapan yang Hinata siapkan. Berharap akan memaafkan Hinata hanya dengan disuap seporsi sarapan. Hei! Bukankah Sasuke sering makan sarapan kesukaannya itu? kenapa pikiran Hinata begitu pendek? -_-
Sasuke akhirnyamembuka kelopak matanya. Terlihatlah sepasang mata yang begitu gelap. Hinata agak menjauh demi melihat pergerakan Sasuke.
"Sekarang hari Sabtu." Jawab Sasuke pendek. Bangun dari posisinya, dan melenggang ke kamar tidur. Berniat melanjutkan tidurnya karena masih sangat mengantuk lantaran semalaman tidak bisa tidur. Menahan hasratnya untuk... ah sudahlah.
Hinata hanya menatap punggung Sasuke dengan sedih hingga menghilang di balik pintu kamar mereka di lantai dua. Tiba-tiba tercium bau yang tidak enak dari dapur.
"Kyaaaaaa… Rotinyaaaaa! " teriak Hinata
Satu jam kemudian~
Setelah membuat ulang sandwich kesukaan Sasuke, Hinata bergegas mandi. Ia menginjakkan kakinya menuju lantai dua, ke kamarnya dan Sasuke. dilihatnya Sasuke sudah tidak ada di ranjang. Hinata menegokkan kepalanya ke penjuru kamar tapi tetap tidak menemukan sang suami. Tanpa pikir panjang Hinata mengambil handuknya dan masuk ke kamar mandi yang tidak terkunci. Saat membalikkan badannya…
"Kyaaaaa!" teriak Hinata. Kaget menemukan Sasuke yang tengah menghadap dinding sedang menyabuni dirinya. Ternyata Sasuke lupa menutup tirai mandi untuk menutupi tubuhnya yang polos itu. sasuke yang kaget pun membalikkan tubuhnya ke asal suara teriakkan itu, yang justru membuat Hinata berteriak semakin kencang. Hinata otomatis menutup matanya dengan kedua tangannya. Ia masih malu melihat milik Sasuke kalau bukan di atas ranjang.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Sasuke polos.
"A-Aku mau mandi." jawab Hinata masih sambil menutup mata.
"Bukan itu. Maksudku kenapa kau berteriak dan menutup matamu?"
"Aku malu, tau!" Hinata agak membentak untuk menutupi rasa malunya. Lalu membalik badannya dan membuka pintu kamar mandi.
"Lain kali tutup tirai mandinya." lanjut Hinata sambil melangkah pergi dari yang disusul decakan Sasuke. 'Apa-apaan itu? aku kan suaminya' pikir Sasuke
To be continued~
Hah hah hah…
Gimana? Gimana? Bagus gak? Duh gak tau mau ngomong apa. Fic ini aku buat atas permintaan para reviewer 'Terima kasih, Hinata' yang pada tereak-tereak minta dibikinin sekuelnya. #dishuriken. Oiya, berhubung aku udah disibukkan dengan ujan praktek dan sebentar lagi mau UN, kayaknya fic ini bakal lama updatenya.
Tapi tenang aja. Chapter dua udah aku buat kerangkanya, dan pasti akan selesai kok. Hehe… Walaupun aku gak janjiin apa-apa untuk urusan update. #dijambak
Review sangat membantu loh! Apapun bentuknya. Yang penting review aja lah. Yang gak review, gak gaul! Loh? -_-
