His True Heart
.
.
Disclaimer : All Chara In This Fic Belong to Themselves
Pair : YunJae
Genre : Romance
Rate : T
Warning : YAOI, OOC, Typo(s), de el el. NO FLAMER OR BASHING ALLOWED!
.
.
~Happy Reading~
.
.
Kim Jaejoong POV~
"Ulangan minggu kemarin, yang mendapat nilai tertinggi masih sama seperti sebelum-sebelumnya. Yaitu Jung Yunho," Aku mendengus kesal mendengar kata-kata dari Han Seonsaengnim. Heh, kenapa selalu dia sih yang mendapatkan nilai tertinggi? Kapan aku bisa menyainginya?
Kulihat Yunho berjalan dengan penuh percaya diri ke dapan kelas untuk mengambil hasil ulangannya. Senyum manis dari bibir berbentuk hati miliknya yang mampu melelehkan para yeoja seantero Korea itu tak henti-hentinya terpampang di wajahnya hingga ia kembali duduk di kursinya.
Baiklah, kuakui dia memang tampan. Tak heran sejak masih kelas satu hingga sekarang kami sudah duduk di kelas tiga pun, dia selalu menjadi pangeran yang diidam-idamkan para yeoja. Mulai dari Hoobae hingga Sunbae, semuanya kepincut oleh ketampanan serta kharismanya.
Hei, tapi jangan sekali-kali kalian pikir aku ini tidak tampan, ya! Tapi, karena dia sedikit, camkan itu, hanya sedikit terlihat lebih manly dariku, jadinya ya dia lebih populer di kalangan para yeoja. Satu hal yang paling membuatku heran dan kesal. Terkadang ada orang yang mengira aku yeoja! What the hell? Aku memang memiliki wajah yang bisa dibilang melebihi kecantikan para yeoja, tapi 'kan tetap saja masih jelas aku ini namja. Mungkin itu juga alasannya aku kalah populer dengan Yunho.
"Kim Jaeoong," Aku menegok ke depan dengan atusias. Seonsaengnim memanggilku. Apa jangan-jangan aku juga mendapatkan nilai tertinggi seperti Yunho? Ah, peringkat kedua juga tidak apa-apa.
"Ne, seonsaengnim?" Sahutku dengan wajah sumringah.
"Kau mendapatkan nilai terendah lagi seperti sebelumnya," Seketika wajah sumringahku tergantikan oleh wajah yang ketekuk berlipat-lipat. Yah... urutan terakhir lagi deh...
"Sebaiknya kau belajar dari Yunho. Dia itu anak yang rajin, pintar dan juga segudang prestasi membanggakan. Sedangkan kau, sering sekali membolos dan tidak pernah mengerjakan tugas dari guru dengan benar," Hah, mulai lagi deh acara membanding-bandingkan murid. Untung saja aku sudah terbiasa dengan hal-hal seperti ini. Jadi, seperti masuk telinga kiri keluar telinga kanan.
Kutolehkan kepalaku ke arah Yunho yang duduk di sebelah kiriku. Kulihat ia tersenyum kearahku. Tapi, entah mengapa senyumnya itu terlihat menyebalkan. Huh, pasti dia mengejekku dalam hati.
~(O.o)(o.O)~
"Aku pulang~" Ucapku dengan sedikit kencang saat aku melangkah memasuki rumahku. Tadi sehabis dari sekolah, aku tidak langsung pulang. Aku bermain dulu di rumah sahabatku, Junsu sampai malam.
"Joongie~" Sapa seorang yeoja yang terlihat tetap cantik meski sudah cukup berumur seraya menghampiriku.
"Ne, Ahjum- eh, maksudnya Umma," Aku refleks memegang bibirku saat aku salah memanggilnya. Ia hanya tersenyum maklum menanggapinya.
Yeoja itu adalah Umma baruku. Ia baru saja menikah dengan Appa-ku. Mereka melangsungkan pernikahan di Jepang. Aku tidak datang ke pernikahan mereka karena pernikahannya berlangsung mendadak. Baru beberapa hari bertemu saja, Appa langsung melamarnya. Appa bilang ia tidak mau membuang-buang waktu karena waktu itu sangat berharga.
Alhasil, Appa hanya meminta izin padaku untuk menikah lagi dan tentunya aku menyetujuinya. Aku 'kan anak baik yang selalu menginginkan kebahagiaan untuk Appa-ku. Aku juga kasihan melihat Appa yang harus hidup sendiri semanjak Umma-ku meninggal saat aku berusia 12 tahun.
Appa dan Umma baruku pulang kemarin. Meski aku baru mengenalnya sehari, aku yakin kalau Appa tidak salah menentukan pendamping hidunya yang baru. Yeoja itu sangat ramah, lembut, dan juga penuh perhatian. Rasanya aku lega Appa hidup bersama yeoja seperti itu.
"Joongie, Umma mau memperkenalkan seseorang padamu," Kata Umma sembari berjalan. Aku pun mensejajarkan langkahku dengannya yang bergerak menuju ruang tengah.
"Siapa?"
"Anak Umma. Yang pernah Umma ceritakan sebelumnya. Joongie ingat kan?"
"Oh, aku ingat," Umma kemarin bercerita padaku tentang anak laki-lakinya yang katanya seumuran denganku. Katanya dia baru pindah ke rumahku hari ini karena kemarin dia sedang sibuk. Selain itu, Umma juga bilang kalau anaknya itu satu sekolah denganku.
"Nah itu dia," Ucap Umma sambil menunjuk ke arah sofa di ruang keluarga. Ada dua orang namja di sofa itu. Yang satunya Appa-ku dan satunya lagi-
.
"Yunho?"
"Annyong, Jaejoongie!" Yunho tersenyum lebar padaku. Sedangkan aku, memandangnya dengan tatapan kaget bercampur bingung. Selain karena keberadaannya, aku juga kaget dengan panggilan 'Joongie' darinya.
"Joongie, Yunho ini anak Umma. Kalian pasti sudah saling kenal, 'kan?" Aku hanya menganggukkan kepalaku dengan kaku.
"Oh iya. Joongie, Appa dan Umma akan berbulan madu ke Prancis. Jadi, kalian akan tinggal berdua di rumah,"
"MWO?" Mataku yang bisa dibilang besar semakin membesar saja karena kata-kata Appa-ku yang benar-benar membuatku terkejut tingkat akut.
"Tenang saja, Appa," Ucap Yunho dengan santai seraya berjalan ke arahku. Dia melingkarkan tangannya di sekeliling pundakku, sok akrab. "Kami pasti akan baik-baik saja di rumah, iya 'kan Joongie?" Lanjutnya lagi sembari menoleh dan tersenyum ke arahku. Aku hanya bisa mengangguk dengan kaku. Untuk beberapa saat, aku terpesona dengan matanya yang ternyata sangat menawan kalau dipandang dengan jarak sedekat ini.
"Baguslah kalau begitu. Appa dan Umma akan berangkat besok pagi. Kalian tidak perlu mengantar kami ke bandara. Lebih baik kalian sekolah saja,"
"Ne" Jawabku dan juga Yunho.
Setelahnya, Yunho melepaskan rangkulan tangannya dariku dan berjalan ke arah kamar yang dulunya kamar tamu, tapi kuyakin sekarang sudah beralih fungsi menjadi kamarnya. Begitu juga aku.
Semalaman, aku memikirkan untung dan rugi yang kudapat dengan tinggal bersama Yunho. Tapi, setelah dipikir-pikir, keuntungannya lebih banyak. Yunho itu 'kan murid terpintar di kelas. Aku bisa mamintanya untuk mengajariku agar nilaiku bisa lebih membaik kkke~. Selain itu, menurutku dia juga orang baik.
~(O.o)(o.O)~
"Pagi Joongie!" Sapa Umma padaku sambil tersenyum hangat saat aku memasuki ruang makan. Di ruang makan itu sudah ada tiga orang, Umma, Appa dan juga saudara tiriku, Yunho.
"Pagi Umma, pagi Appa" Kemudian aku dengan ragu menengok ke arah Yunho. Err... haruskah aku menyapanya juga?
"Pagi Joongie~" Aku tersenyum semanis mungkin pada Yunho yang menyapaku ramah. Padahal aku sudah mau menyapanya, tapi malah keduluan.
"Pagi juga Yun!" Hm, sepertinya dia benar-benar baik. Senang juga kalau punya saudara yang baik sepertinya. Kenapa tidak dari dulu saja Appa menikah?
Setelah itu, kami sekeluarga memulai ritual makan pagi atau yang biasa disebut sarapan dengan lancar. Sesekali kami mengobrol ringan seputar hal-hal yang sebenarnya tidak penting.
Setelah menyelesaikan sarapan, aku dan Yunho berangkat ke sekolah kami. Aku berangkat dengan mobilku, sedangkan Yunho berangkat dengan motor sport-nya. Harus kuakui, dia terlihat sangat cool dan manly saat mengendarainya.
Saat sudah di sekolah, hubunganku dengannya kembali seperti biasa. Sebagai teman sekelas, kami bisa dibilang jarang berbicara satu sama lain. Itu karena kami sudah punya teman karib masing-masing. Selain itu, kami juga tidak punya topik untuk di perbincangkan. Biarlah, yang penting 'kan saat di rumah aku dan dia bisa dekat. Hah, apa yang kupikirkan sih? Kenapa aku jadi senang memikirkan bisa dekat dengannya?
.
.
"Junsu-ah, waeyo?" Tanyaku pada Junsu yang duduk di hadapanku. Saat ini kami sedang berada di kantin sekolah. Seperti biasa, aku dan juga sahabatku ini makan bersama. Sedari tadi Junsu terlihat hanya mengaduk-aduk makanannya. Karena itu aku merasa heran. Tidak biasanya dia seperti ini.
"Aku kesal,"
"Wae?" Junsu meletakkan garpu di tangannya ke meja.
"Kau tahu 'kan aku menyukai Yoona?"
"Ne, ada apa dengannya?"
"Dia pacaran dengan Yunho,"
"Mwo? Kau tahu dari mana?"
"Aish, lihat saja di belakangmu!" Ucapnya dengan wajah super kesal.
Aku membalikkan badanku ke belakang, mencoba mencari dua insan bernama Yoona dan juga Yunho. Dapat!
Yunho dan Yoona terlihat sedang duduk bersebelahan dengan Yoona yang bergelayut manja seperti anak monyet(?) di lengan Yunho. Wajah Yoona terlihat senang sekali. Begitu juga dengan wajah Yunho. Dengan cepat aku membalikkan badanku lagi ke arah Junsu.
"Mereka benar-benar pacaran?" Tanyaku penasaran.
"Dari kabar yang kudengar sih, begitu,"
"Aigoo, kasihan sekali sahabatku ini. Setelah Jessica, sekarang Yoona yang direbut," Aku mengelus pundak Junsu sambil menampilkan ekspresi sedih yang terlalu dibuat-buat dan mendramatisir.
"Hah, dasar. Padahal kemarin dia sudah membuat Jessica menangis. Sekarang dia malah pacaran lagi dengan Yoona. Pasti dia hanya ingin bermain-main saja. Benar-benar jahat,"
"Aniya. Dia tidak jahat kok," Sergahku dengan cepat setelah sebelumnya menarik tanganku.
"He? Tau dari mana kau?"
"Dia 'kan tinggal serumah denganku,"
"Mwo? Bagaimana bisa?"
"Tentu saja bisa. Dia 'kan anak dari Umma tiriku," Junsu terlihat masih bertahan dengan wajah kagetnya yang terlihat bodoh –menurutku- selama bebarapa saat. Tapi, tak lama wajahnya berubah menjadi serius dengan cepat.
"Kalau begitu, kau harus hati-hati!" Aku mengerutkan alisku bingung mendengar wejangan(?)nya.
"Apa maksudmu?"
"Dia itu bukan orang baik-baik"
"Siapa bilang? Dia selalu bersikap baik padaku, kok!"
"Terserah kau sajalah. Yang penting aku sudah memperingatkanmu,"
Aku hanya mengangkat kedua bahuku dan kembali melanjutkan aktifitas makanku. Aku sama sekali tidak percaya dengan omongannya. Yunho itu 'kan selalu bersikap baik pada semua orang. Karena itu juga dia jadi anak kesayangan para guru.
~(O.o)(o.O)~
Aku berjalan di belakang Yunho yang melangkah masuk ke dalam rumah kami. Kebetulan, tadi kami berdua sampai di rumah bersamaan.
Kruyuk(?)~
Aih, perutku sudah mengeluarkan melodi indah(?) tanda minta diisi. Sepertinya aku harus memasak. Eh, mungkin Yunho mau juga.
"Yunho-ya," Dia membalikkan badannya dan memandang ke arahku. "Aku mau memasak. Apa kau mau juga?" Bukannya menjawab, dia justru berjalan ke arahku sambil tetap menatapku intens. Tatapan mata musangnya yang begitu mengintimidasi membuatku mundur beberapa langkah. Dia terkekeh pelan. Aku jadi semakin bingung. =A=a
"Dengar ya, Kim Jaejoong. Kau tidak perlu berpura-pura bersikap manis padaku saat orang tua kita tidak ada. Dan kau juga jangan berharap aku akan bersikap baik padamu. Ingat itu!" Titahnya penuh penakanan sebelum melesat masuk ke kamarnya.
Aku hanya bisa memandangnya dengan pandangan tidak percaya. Yunho yang sebelumnya kukira baik, ternyata-?
.
.
END
Or
TBC?
.
.
~Author's Area~
Annyeong! Saya kembali membawa epep baru...
Padahal sebenernya saya awalnya pengen nulis epep twoshoot SiBum. Idenya udah komplit, tinggal ditulis aja, tapi ngga tau kenapa tiba-tiba berubah mood dan jadinya malah nulis epep YunJae. Dasar labil... -_-"
Selain itu, entah kenapa saya jadi hobi nulis epep yang panjangnya ngga nanggung-nanggung a.k.a pendek. =A=a
Lanjut atau ngga-nya epep ini tergantung readers.
Kalau mau lanjut, Review... okeh? ;)
Saya mau melesat dulu menuju epep lainnya yang sudah mengantri untuk dikerjakan...
PayPay~
