Author:Lian96
Tittle: Back in Time
Pairing : Bang Yongguk - Kim Himchan
Other character : Choi Seunghyun (TOP)

Rated: T
Genre: Yaoi, Drama, Angst
Language:Indonesian
Desclaimer:Storyline pure from my brain... the characters are mine *here!

Setelah debut story keluar dengan tidak elitnya...
cerita kedua udah bisa di nikmati nih!
BangHim in da house!

Where's their shippers?
I'll take a look the reviews from babyz... *Kiss

#StayStrongBabyz #ForeverwithBAP

WARNING! ABSURD, BOYXBOY


Chapter 1 : Fixed !

Membaca selembar surat keputusan dari pengadilan… bagi Himchan bagai membaca sebuah mantra mematikan yang ditujukan pada seseorang yang sangat berarti baginya. Sore tadi, diawal musim gugur dimana angin yang berhembus mulai terasa dingin baginya, tangannya seolah membeku ketika menerima sebuah kiriman dokumen dari pengadilan. Hingga saat ini, pukul 8 PM, Himchan masih mendiamkan dokumen tersebut. Ia tak memiliki keberanian yang cukup untuk membuka, bahkan hanya untuk menyentuh amplop cokelat muda itu.

Cklek…

Himchan mengalihkan pandangannya ke pintu masuk apartment miliknya. Posisinya yang sedang duduk di beranda balkon apartment membuatnya dapat melihat kedalam ruang apartment dengan leluasa. Tak lama, seorang laki-laki tampan menghampirinya. Laki-laki itu tersenyum lembut padanya. Begitupun dirinya, tersenyum manis membalas senyuman yang ditujukan padanya. "Kau datang?" ujarnya. Mungkin lebih ke pernyataan dari pada pertanyaan. Laki-laki tadi mengangguk. Ia menuju beranda lalu duduk berhadapan dengan Himchan. "Huh, sudah lama kita tak duduk bersama di beranda seperti ini, kan? Ada apa, Bbang?"

"Hime, kenapa kau lakukan ini?"

'tetap sama. To the point.' Pikir Himchan. Senyum diwajah laki-laki itu lenyap begitu saja. Ia bermaksud untuk berbicara serius sekarang.

"Apa?" Himchan berpura-pura tak mengerti. Ia menunduk sejenak, lalu mengalihkan fokusnya pada pemandangan kota metropolis Seoul. "Apa kau menganggur diperusahaanmu sehingga mampir kemari, Bang Yongguk?" sindirnya.

"Jika kau melakukannya karena pekerjaanku… Kau tentu tau aku melakukannya untukmu, Hime… untuk kita."

Himchan tersenyum kaku. Tatapannya berubah sendu. Tak terlihat setitikpun keceriaan dibalik senyumnya. "Lupakan itu barang sejenak. Aku tidak ingin membicarakannya." Ujarnya sembari berdiri.

Ia berbalik hendak masuk ketika sepasang lengan kekar memeluk pinggangnya dari belakang. Jantungnya berdegupsangat cepat, seolah baru saja berlari puluhan kilo meter. Tanpa ia sadari, ia menahan nafasnya. Ia membatu ditempatnya berdiri, membiarkan perasaan hangat yang kembali menyelimutinya setelah lebih dari 2 bulan tak ia rasakan.

Pikirannya melayang ke beberapa bulan lalu, ketika ia masih sering merasakan desiran hangat ketika Yongguk memeluknya. "Hime, kumohon… percayalah. Hentikan kegilaan ini. Ini sungguh menyiksa, kau tau…" Setelah menyelesaikan kalimatnya, Yongguk menyusupkan wajahnya diceruk leher Himchan. Ia menggesekkan hidungnya di leher Himchan, sesekali mengecup kulit mulus itu.

"Stop it. Aku ingin ke coffee café. Kau ingin pesan sesuatu?" nada bicaranya sungguh dingin. Dan, tak tahukah Himchan bahwa laki-laki yang memeluknya kini tengah menahan emosi dan sakit karena perlakuan Himchan padanya?

Namun kelihatannya pengusaha muda bermarga Bang ini sangat pintar mengendalikan ekspresinya. Setelah melepas pelukannya pada pinggang Himchan, ia mengulas senyum lembut pada sosok yang bahkan tak memandangnya lebih dari 1 menit. Ia menautkan jemari tangan kirinya pada jemari lentik tangan kanan Himchan.

Himchan hanya tersenyum getir, ingin rasanya menangis saat itu juga. Namun itu bukan pilihannya. Ia menahan air matanya, mengikuti Yongguk yang berjalan lebih dulu.

Aku masih mencintainya. Aku masih menyayanginya. Aku masih ingin bersamanya. Aku ingin menghabiskan sisa nafasku bersamanya. Apa yang harus kulakukan?

Sepanjang perjalanan menuju coffee café dia terus bertanya sesuatu –yang mungkin hanya basa basi padaku. Tak tahukah dia aku mati-matian menahan air mataku mendengar suaranya, melihat senyumnya? Sedangkan ia sendiri terus memamerkan senyumnya padaku.

"Bagaimana pekerjaanmu? Tidak membuat rencana berlibur?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanankarena memang siang ini cukup ramai.

"Baik-baik saja. Untuk berlibur, aku sudah mengambilnya sejak seminggu lalu, ingat?" ia terkikik mendapati kebodohannya menanyakan hal yang sebenarnya sudah ia ketahui. "Dan ini hari terakhir liburanku."

"Begitukah? Kau ingin pergi kesuatu tempat setelah dari café?"

Aku menggeleng. Apakah dia sudah gila? Ini sudah malam, dan aku harus menyiapkan tenagaku untuk pemotretan besok. "Wae? Kupikir ini tak terlalu malam untuk kita berdua. Hm, kau… apakah kau tak ingin pergi bersamaku?"

"Wae? Kupikir ini tak terlalu malam untuk kita berdua. Hm, kau… apakah kau tak ingin pergi bersamaku?" tanya Yongguk. Kali ini ia menatap laki-laki manis yang duduk disampingnya. Laki-laki yang telah menemaninya selama lebih dari 4 tahun, melewati kesulitan dan menemukan kebahagiaan mereka dengan mengikat Yongguk sendiri bersamanya dalam sebuah janji suci, pernikahan. "Ayolah, Hime…"

"Bbang, besok agendaku pemotretan untuk beberapa produk dan majalah sekaligus. Aku butuh istirahat." Tolaknya halus. Ia merindukan seorang Bang Yongguk, seorang workaholic, memohon padanya agar menuruti permintaannya-Yongguk.

"Kalau begitu aku akan mengantarmu besok. Sepulang pemotretan aku akan menjemputmu dan kau harus menurutiku. Tidak ada penolakan untuk ini. Aku akan menghubungi Youngjae –manager Himchan– nanti." Yongguk tersenyum puas, sedang Himchan… marble hitamnya kembali memanas.

'HENTIKAN YONGGUK! KAU TAK TAU YANG KURASAKAN! KAU YANG MEMBUATKU MENGAMBIL KEPUTUSAN INI, DAN SEKARANG KAU MENYERETKU KEMBALI MENGENANG MASA LALU. HADIRNYA DIRIMU DISINI TIDAK AKAN MEMBANTU!'

"Akhirnya sampai~ Kajja," Himchan tersentak. Ia buru-buru melepas safety-belt yang ia pakai, lalu meninggalkan Yongguk yang kini tengah menatapnya sendu.

Hime, kumohon beri aku kesempatan kedua… jika kau memberikannya, aku akan benar-benar merubah semuanya dan memulainya dari awal dengan benar, Hime… I promise…


Makan malam mereka berlangsung hening. Meski mereka terlihat begitu serasi dan Yongguk terlihat sangat memperhatikan Himchan, tak ada komunikasi yang begitu berarti diantara mereka. Himchan hanya menjawab singkat apa yang ditanyakan Yongguk, sedang Yongguk yang terus berusaha mencairkan suasana tampaknya tak ada kata menyerah demi Hime-nya.

"Hime, jangan begini.. Kumohon, biarkan aku memperbaiki semuanya… aku bersumpah akan berubah," untuk yang kesekian kalinya Yongguk merayu Himchan demi sebuah kesempatan kedua… sebuah kesempatan terakhir yang akan dimanfaatkannya sebaik-baiknya. Namun, hingga selesai makan malam pun Himchan terlihat enggan menggubrisnya.

"Sudah hubungi Youngjae?" tanya Himchan dingin. Sejurus kemudian Yongguk mengangguk pelan. "Kau meminta kesempatan kedua, itu berarti kesempatan terakhir, Bbang. Besok pagi kau tunggu pesan dariku saja. Jika aku tak mengirim pesan, jangan menjemputku. Itu berarti kesempatan untukmu sudah habis. Kau tinggal tanda tangan dokumen yang dikirim padamu." Himchan berdiri lalu mendahului Yongguk menuju mobil yang mereka parkir ditaman dekat café tersebut.

Yongguk mengikuti Himchan yang mengambil langkah lebar masuk ke gedung apartment setelah memarkirkan mobilnya di lantai pertama basement. Saat di dalam lift, Yongguk yang berdiri dibelakang Himchan terlihat mengamati pemuda cantik itu. Himchan terus menatap lantai lift dengan pandangan kosong. Setelah pintu lift terbuka, Himchan kembali mengambil langkah lebar mendahului Yongguk menuju apartmen miliknya.

"Hime, boleh aku menginap malam ini?" Tanya Yongguk lirih. Himchan mendesah pelan, lalu berbalik menghadap Yongguk. "Bbang, kau ingat? Apartmentku hanya memiliki 1 kamar…"

"Sejauh ini kita masih terikat pernikahan… ijinkan aku tidur bersamamu lagi, Hime…" Himchan menunduk. Ia terlihat berat untuk membiarkan Yongguk, yang masih menyandang status sebagai suaminya, untuk masuk dan tidur bersamanya. "Wae? Kau benar-benar membenciku sekarang?"

Tidak. Pertanyaan Yongguk salah besar! Himchan hanya ingin menjaga jarak, berusaha membencinya agar ia bisa melupakan seorang Bang Yongguk, agar setelah mereka bercerai nantinya Himchan tak perlu merasa sendiri ketika Yongguk tak lagi bersamanya.

Himchan menggeleng pelan, lalu berbalik masuk ke apartmentnya. "Masuklah,"

Yongguk menatap nanar punggung Himchan, ia tak tahu harus bagaimana untuk meminta maaf pada Hime-nya. Himchan tak pernah mendiamkannya meski sedang marah. Paling tidak, Himchan hanya akan merajuk, cemberut dan memarahi Yongguk. Ini adalah kali pertama, dan Yongguk yakin ia melakukan kesalahan sangat besar. Yongguk menutup pintu apartment lalu mengikuti Himchan ke dapur. Seperti yang ia pikirkan, Himchan ingin membuat Americano. Minuman ber-caffeine favorite pria manis itu.

"Kau akan kesulitan tidur nanti." Tanpa menatap lawan bicaranya, Himchan bergumam 'gwenchana' sambil meneruskan kegiatannya membuat Americano.


Untuk yang kesekian kalinya Himchan kembali menghela nafas lelah semenjak mereka –Yongguk dan dirinya– merebahkan diri di ranjang mereka –dulu. Benar Yongguk. Ia kesulitan untuk sekedar menutup kelopak matanya hingga saat ini, pukul 11.55. Hampir tengah malam. Ia berbalik, tadinya memunggungi Yongguk, hingga sekarang ia berhadapan dengan sosok tampan dengan garis rahang tegas itu.

Ia membiarkan tangannya terangkat begitu saja menyentuk rahang tegas dihadapannya, berlanjut menyusuri lengkung wajah sempurna sang suami.

"Maafkan aku, Bang Yongguk.." ujarnya kemudian mendekatkan wajahnya hanya untuk mengecup pucuk hidung sang suami lembut. "kupikir kau akan lebih focus tanpaku…"

"Sayangnya pikiranmu salah, Hime.." Himchan terbelalak begitu mendengar ucapan Yongguk. Ternyata hanya berpura-pura. "K-kau tidak tidur?" Yongguk membuka matanya perlahan, tersenyum lembut.

"Sejak kapan aku akan membiarkanmu terjaga sepanjang malam seorang diri? Aku ingin menemanimu.. aku yakin kau tak akan tidur semudah itu setelah mengonsumsi caffeine. Benar?" ujar Yongguk. Himchan hanya diam membenarkan.

Kedua pipi putihnya bahkan masih memerah karena malu. Sayangnya, saat ini ia tak mematikan lampu di kamarnya… sehingga sudah pasti Yongguk dapat melihat rona merah di wajahnya saat ini. "Hei, ingin bercerita?" Himchan menggeleng dalam diam. "Kalau begitu… boleh aku tanya sesuatu?" lanjut Yongguk yang hanya dijawab gumaman dari bibir M shaped Himchan.

Yongguk berdeham. "Sebenarnya apa yang membuatmi melakukan ini semua? Kau meminta maaf tadi. Apa artinya kau masih… hm.. kau tau-"

"masih mencintaimu?" Himchan memotong perkataan Yongguk sambil tersenyum getir. Ingin rasanya menangis, namun itu bukan sebuah pilihan baginya. Ia mengangguk samar, "aku masih mencintai seorang Bang Yongguk, dan akan selalu mencintai orang itu." Ia menggigit bibir bawahnya yang mulai bergetar. Hampir-hampir ia terisak. "namun bukan Yongguk yang saat ini. Aku ingin Yongguk yang dulu… Yongguk yang selalu memperhatikanku, Yongguk yang memiliki waktu untukku… Aku benci Yongguk yang saat ini… sungguh." Lanjutnya membuat Yongguk merasa sesak. Sedikitnya ia mengerti perasaan Himchan padanya saat ini. Himchan marah padanya… Himchan kesal karena dirinya.

Himchan berbalik memunggungi Yongguk lagi. Bermaksud menyembunyikan tangisnya. Namun terlambat. Yongguk sudah melihat air matanya jatuh saat ia berbalik.

Himchan merasakan sepasang lengan merengkuh pinggangnya dari belakang, ia hanya membiarkannya. Ia menahan nafasnya ketika Yongguk menggesekkan hidungnya pada tengkuk Himchan. "Maafkan aku…" HImchan menutup mulutnya dengan satu tangqannya, mencoba menahan isakannya yang semakin terdengar ditengah heningnya malam.

Yongguk menghela nafas, "kumohon… maafkan aku… berikan aku kesempatan terakhir… aku akan memperbaikinya, Hime… Ne?" Himchan masih saja tak menjawab, sibuk menenangkan dirinya sendiri.

"Kim Himchan, nan bogoshipo?" Kali ini tanpa bersuara Himchan mengangguk, membuat Yongguk mengulum senyum diwajahnya. "Nan… neon neomu bogoshipda.. Let's get new beginning from now on.. ne? I'll fix all I did, Hime… want you trust me for the last chance?" sekali lagi Himchan mengangguk dalam diam. Yongguk tersenyum puas. Masih terkejut dengan jawaban Himchan, sebenarnya…

Belum selesai keterkejutan Yongguk, ia kembali dikejutkan oleh Himchan yang tiba-tiba berbalik dan memeluknya erat. Himchan menyembunyikan wajah manisnya yang memerah di leher Yongguk. Himchan terisak keras. Terlukis jelas diwajahnya –jika saja ia tak menyembunyikannya, kerinduan yang amat sangat terhadap sosok Bang Yongguk. Ia benar-benar tak bisa lagi menahannya. "B-bang Yongguk. You've drivin' me crazy! I miss you everyday-hiks.. missing you everynight and wish that you're here just like that day… hiks… the day when you came and accompanied me 'till I felt sleepy then-hiks.. your shoulder would be my pillow.. hiks.."

Yongguk tersenyum simpul. "Geurae? You've drivin' me crazy too, Hime… kau tak perlu melakukan hal ini bukan?" jawabnya. Himchan mengangkat kepalanya, menatap Yongguk lalu menggeleng lucu. "No… I'm sorry.."

"No, sweety… that's my words. I'm sorry… I love you…" perlahan Yongguk mengeleminasi jarak diantara mereka, mempertemukan bibirnya dengan bibir Himchan. Himchan menutup kelopak matanya ketika bibir mereka bertemu. Membiarkan Yongguk melakukan apa yang seharusnya didapatnya sejak mereka berpacaran. It's his first time to kiss Himchan.. and it's Himchan's first kiss.

Ouh… begitu sabarnya kah Yongguk? Hingga menunggu begitu lama hanya untuk mempertemukan bibir mereka…


Crek…

Berkali-kali sinar terang blitz kamera yang dibidikkan seorang photographer berkilat memenuhi studio luas itu. Kim Himchan, saat ini bukan hanya menjadi objek bidikan sang photographer saja… ia juga menjadi objek pujian dan tatapan tiap pasang mata yang berada dalam studio tersebut.

"Bagus, manis…"

Crek…

Berbagai pose telah diberikan pada sang photographer. Beberapa pose lagi dan sesi pemotretan hari ini berakhir. Berpose di depan kamera sejak tadi pagi hingga saat ini, hampir pukul 6 PM, sudah seperti makanan sehari-harinya. Marbel hitam itu bahkan sudah tak merasa terganggu dengan kilatan blitz yang seorah membutakan bagi awam.

"Berikan sedikit pemanis pada produkmu, Himchan.."

Seperti arahan sang photographer Himchan kembali mengubah posenya, memamerkan pakaian casual trendy yang melekat dan memamerkan bentuk tubuh ramping proporsionalnya. 'satu pose lagi!' batunnya senang

Crek…

"Great! Done! Thanks for all your hard works, guys!"

Himchan membungkuk berterimakasih pada crew pemotretan hari itu, juga sang photographer, tak lain adalah kawan lamanya –mantan kekasihnya– semasa sekolah menengah dulu. "Great job, Kim Himchan…" puji sang photographer. Ia tersenyum manis membalasnya.

"Kamsahamnida, Seunghyun-ssi. You too…" Ia meninggalkan 'kawan lamanya' itu menuju sudut studio luas tersebut, dimana terdapat sebuah sofa panjang, dimana ia meninggalkan tas nya juga cintanya, Bang Yongguk.

Yongguk sudah berdiri menunggunya saat ia sampai disana. Sambil menghela nafas lega ia memeluk pendamping hidunya itu. "Cantik sekali? Haruskah saat di rumah kau berpenampilan seperti ini?" canda Yongguk sembari mengayunkan tubuh mereka pelan.

"Apakah aku kurang cantik untukmu, hm?" gerutu Himchan setelah menjauhkan wajahnya dari tubuh tegap Yongguk. Ia mencebik, berpura-pura kesal. Kekehan Yongguk membuatnya tak sanggup menahan senyumannya. "Aku harus ganti baju. Mau ikut ke wardrobe?" tawar Himchan Yongguk tiba-tiba saja menyeringai tipis. Namun tak cukup tipis untuk di abaikan seorang Kim Himchan. "M-mwo?"

"Aku mau ikut ke ruang ganti saja, boleh?"

"YA!" pekik Himchan mendorong Yongguk menjauh. "Mwoya?!" wajah manis itu benar-benar memerah sekarang. Bahkan sampai daun telinganya seolah transparent, bisa terlihat darah dibalik kulit putih tersebut. Yongguk tergelak melihat ia berhasil menggoda Himchan.

"Ekhem. Aku mengganggu kalian?" Himchan berbalik dan mendapati Seunghyun, mantan kekasihnya berdahapan dengan suaminya saat ini. Bagaimanapun ini sudah lebih dari 3 tahun mereka tak berjumpa dan bertegur sapa. Bertemu secara formal karena pekerjaan mereka yang saling bergantung. Model dan photographer.

"A-aniyo." Jawabnya gugup. Yongguk menatapnya penuh tanya, sedangkan Seunghyun menatapnya lembut dengan senyumman yang membuatnya terlihat makin tampan. "Ah, Bbang, ini Choi Seunghyun. Dia temanku saat sekolah menengah. Dan, Seunghyun-ssi.. ini Bang Yongguk-"

"Suamimu, bukan? Ah, aku jadi ingat… Aku minta maaf untuk ketidak hadiranku dulu saat rangkaian acara pernikahan kalian. Yongguk-ssi, senang mengenalmu…" Seunghyun mengulurkan tangannya, begitu juga Yongguk. Jabat tangan singkat tak akan mengundang masalah kan? "Apakah Himchan masih manja? Dulu ia sangat manja saat masih berpacaran denganku.." Yongguk membeku sesaat.

Tunggu.

'…saat masih berpacaran denganku..' ?

Itu berarti mereka adalah mantan kekasih?

Tapi, Himchan mengenalkannya sebagai kawan lama, bukan? Lalu apa maksud pria ini membeberkan masa lalu mereka? Membuat Yongguk cemburu? Oke. Jika itu tujuannya, ia mendapatkannya.

Wajah tampan Yongguk sudah memerah padam. Pelukannya pada pinggang ramping Himchan mengerat tanpa ia sadari, membuat si manis terkejut dan segera menghentikan topic pembicaraan ini.

"Tolong berhenti membicarakan masa lalu, Seunghyun-ssi. Kita tidak sedang dalam acara reuni." Himchan menunduk singkat pada Seunghyun, mengambil tasnya yang sedari tadi tergeletak diatas sofa panjang dan menggenggam tangan Yongguk yang masih mengepal –karena kesal– menuju ruang wardrobe.

"Ckck.. pencemburu.." lirih Seunghyun sembari kembali sibuk dengan kameranya.


"Aku tidak suka dia. Jangan bekerja dengan bajingan itu lagi, Himchan."

Himchan? Wait. Yongguk marah? Yang benar saja… ternyata prianya bisa menjadi pencemburu seperti ini.

"Tanpa kau bekerja pun aku bisa mencukupi kebutuhan keluarga kita. Jangan sampai bajingan itu menyimpan hasil pemotretan tadi! Woah, panas sekali hari ini.."

Himchan tertawa kecil dalam bilik ruang ganti. Panas? Yang benar saja… "Tertawa saja lebih keras," ia seketika menghentikan tawanya begitu mendapat… teguran mungkin? Ia segera mengganti kemeja berwarna pastel yang dipakai untuk pemotretan tadi dengan kaos v neck hitam miliknya.

"Mwoya? Kau cemburu?" tanyanya setelah keluar dari bilik ruang ganti. Ia berdiri di depan cermin, memperhatikan penampilannya sekaligus melihat ekspresi Yongguk yang masih saja sama sejak mengerti siapa Seunghyun sebenarnya. Ia beranjak meraih tasnya lalu memeluk pinggang Yongguk manja. "Ayolah… dia hanya masa lalu, Bbang.. Masa lalu tidak berarti apapun dibanding saat ini dan masa depan. Kajja~"

Yongguk menatap wajah manis Himchan sesaat sebelum mencium bibir pulm manis yang sepertinya telah menjadi caffeine special baginya. "Setelah ini kau akan banyak bekerja untuk produk perusahaanku, dan akan ku carikan foto grafer professional. Kalau perlu aku sendiri yang bekerja!"

"Cih… Oh God… Ya! Yongguk-ah, apakah harus sampai seperti itu? Yang benar saja.." Yongguk tertawa mendengar decihan Himchan. "Sudahlah, kajja~" Yongguk mengangguk sebelum menarik pinggang ramping Himchan meninggalkan ruang hangat tersebut.


* To be Continued *


Ye hey... finished the first chapter was so great !

Chapter selanjutnya udah tengah jalan kok... jadi gak butuh tunggu lama lagi buat update!
Mohon review kritik dan saran nya ya... Lian masih author baru di dunia fanfict

see ya next chapter!

Last word,

Thank you! *Big hug, warm love, deep kiss#NO... Lian~