Kuroshitsuji with all character and story © Yana Toboso
OC and Story Line in this fic © Me
Happy Reading
Stay Close Happiness
Prologue
"AAAAAA!"
Suara teriakan seorang wanita menggema di salah satu gang yang ada di kota London. Suara yang begitu memilukan walau terjadi hanya sebentar saja. Karena si empunya suara sudah tidak bisa berbicara lagi, melainkan tergeletak berlumuran darah di tanah.
Malam itu, dalam keadaan hujan deras, seorang lagi harus terenggut nyawa dan rohnya. Oleh seorang gadis kecil yang memakai blouse hitam renda-renda, rok selutut yang mengembang berwarna hitam pula dengan hiasan renda-renda putih dan mawar merah tua mengitari bagian bawah rok tersebut. Sepatu mary jones hitam berhiasan mawar merah senada dengan roknya.
Kulit gadis itu berwarna putih pucat. Rambutnya yang panjang sepinggang dan berwarna abu-abu dan berponi, basah oleh air hujan. Matanya berwarna merah menatap mayat itu tanpa ekspresi. Tangannya dipenuhi oleh lumuran darah, begitu pula di sudut bibirnya, ada tetesan darah murni dan segar ya ia jilat kembali.
Air hujan dengan campuran darah wanita itu mengalir menuju selokan, seiring juga gadis itu keluar dari dalam gang itu dan berjalan di lebatnya hujan dan gelapnya malam kota London sambil bersenadung kecil. Senadung yang terdengar menyeramkan sekaligus sedih. Sebuah requiem.
XXXX
Pagi harinya, berita ditemukannya mayat seorang wanita sudah tercantum di halaman depan surat kabar. Dan mayat wanita itu diurus oleh para kepolisian dan Scotland Yard yang bertugas.
"Berita terkini! Kembali di temukan seorang mayat! Mayat tanpa jatung!" teriak seorang anak penjual koran yang menjajakan jualannya Seoran anak kecil berusia sekitar 6 tahun. Berambut pirang dan bermata hijau emerald yang jernih. Pakaiannya kumuh dan seadanya saja. Sejenak, anak itu menangkap sosok seorang gadis berambut kelabu berjalan kearahnya. "Nona yang di sana! Apakah anda ingin membeli koran? Ini berita yang sedang hangat!" katanya.
"Boleh... satu saja," ucapnya sambil terseyum lalu menyerahkan keingan uang kepada anak itu. Mata ruby yang indah menatap langsung kearah mata anak itu. Sebuah paras gadis muda yang amat menawan.
"Anda cantik sekali nona," puji anak itu.
"Terima kasih banyak," ucapnya lalu pergi menjauhi anak kecil yang mulai menjajakan korannya lagi. 'Terima kasih kah?' batinnya sambil menyeringai.
Terima kasih... Khehehehem. Kurasa kalimat itu tidak cocok untukku. Darah merah yang mengalir indah, rasa roh manusia yang kotor... Terima kasih atas semua yang dilakukan para manusia itu. Aku jadi mendapat santapan yang nikmat. Akulah yang Tak Bernama... bisa menikmati dunia yang begitu menyakitkan ini.
Iblis Tak Bernama berjalan di jalanan setapak kota, berusaha membaur dengan para pejalan kaki yang lain. Dengan pakaian yang hitam semua dan sangat khas dengan gaya gothic, tentu tidak akan yang mau memperhatikannya. Iblis Tak Bernama melewati gang yang kemarin malam, tempat ia membunuh dan memakan roh serta jantung korbannya yang kini dipenuhi oleh banyak orang terutama polisi dan inspektur.
"Ini sudah korban ke 7... dan semua korbannya tidak memiliki keterkaitan apa-apa... namun, semua korbannya kehilangan jantung... Pembunuhan ini selalu terjadi di dalam hujan deras di mana semua orang tidak ada yang berlalu-lalang di jalanan... Tapi ada juga beberapa orang yang hilang tanpa jejask... Benar-benar aneh dan rumit," ucap seorang inspektur itu dengan raut wajah sedih. Karena kasus ini sangat sulit untuk mereka.
Iblis Tak Bernama tertawa kecil mendengar inspektur itu. Tidak ada yang tahu sosoknya... dan bila ada saksi mata, ia akan membunuh dan memakan semua tubuh saksi itu hingga tak tersisa.
'Yayaya terserah apa katamu manusia... Khehehehe. Jika aku lapar aku akan makan...' katanya dalam hati. Hingga tak tersisa sedikitpun...
Karena mereka harus membayar apa yang mereka sudah perbuat untukku. Kedua manusia yang seharusnya mengurusku, tapi membuangku dan hampir membunuhku. Aku tidak mau mati begitu saja jadinya ku bunuh mereka.
Orang yang memungutku, menjadikan aku seperti seorang binatang peliharaan. Merantai leherku dan menyiksaku... Tak bisa dimaafkan sehingga aku mengirimnya ke dalam neraka. Aku tidak bersalah! Tidak salah! Tapi kenapa!
Manusia kotor, manusia menjijkan! Jauh lebih menjijkan dari iblis! Dari iblis sepertiku! Apa salahku! Aku tidak bersalah! Mereka yang bersalah!
Iblis Tak Bernama berhenti sejenak ketika ia mengingat masa lalunya. Masa kecilnya. Ia bukanlah manusia. Melainkan iblis. Keturunan iblis yang entah kenapa bisa terperangkap di dunia manusia. Yang ia bisa lakukan hanyalah makan, membunuh, dan berkeliaran pada siang dan malam hari. Sebuah kegiatan yang 'menyedihkan' dan juga membosankan.
Di tengah lamunannya, ia tak sadar bahwa ada seorang laki-laki berlari kearahnya dan menyenggol pundaknya. Iblis Tak Bernama memegang pundaknya lalu melihat laki-laki berjaket coklat dan bertopi berlari sambil membawa sebuah kantong yang dari dalamnya terdengar bunyi gemerincing. Iblis Tak Bernama tahu bahwa isinya pastia dalah uang.
"Berhenti!" Sebuah suara membuat Iblis Tak Bernama terkejut dan mengalihkan pandangannya kepada anak penjual koran yang tadi. Anak itu mengejar lelaki tadi namun ia terjatuh di jalanan dan lelaki itu menghilang di baling gang. Anak itu berusaha berdiri dengan pakaiannya yang menjadi kotor dan matanya yang mulai mengeluarkan air mata. Iblis Tak Bernama diam sebentar sebelum mendekati anak itu dan mengusap kepalanya. Wajahnya diusahakan sehangat mungkin untuk bisa membuat anak itu tenang.
"Kau tak apa?" tanyanya. Anak itu mengangguk. "Siapa namamu?" tanyanya lagi.
"Nicholas... Nicholas Park," jawab Nicholas. Iblis Tak Bernama tersenyum kecil mendengar jawaban dari Nicholas.
"Kenapa aku mengejar lelaki tadi?"
"Dia mengambil uangku... tanpa uang itu aku tidak bisa menyetor kepada atasanku dan aku tidak akan mendapat uang untuk membeli makan..." jawab Nicholas sedih. "Aku sudah tidak punya orang tua dan hidup menumpang di rumah sebuah kakek tua yang baik hati. Aku tidak mau merepotkannya sehingga aku juga bekerja sendiri," jelas Nicholas.
"Apa kau lapar sekarang?" tanya Iblis Tak Bernama. Nicholas menggeleng tanda 'tidak' namun perutnya berkata lain. "Ku tebak kau belum makan dari tadi pagi. Ayo, kita cari makanan. Ku rasa di dekat sini ada restoran yang enak dan juga harganya murah. Kita pikirkan nanti masalah pencopet itu sambil menikmati makanan yang enak," tawarnya.
"Apa tidak apa-apa? Lagipula nama nona siapa?" tanya Nicholas. Iblis Tak Bernama terdiam sejenak.
"Tentu tidak apa-apa. Nicholas... kau bisa memanggilku dengan sebutan apa saja yang kau mau," jawab Iblis Tak Bernama akhirnya.
"Kenapa?" tanya Nicholas tapi hanya dijawab oleh sebuah senyuman. "Baiklah... aku akan memanggil nona dengan Nona Lunam," kata Nicholas.
"Lunam?"
"Karena nona secantik bulan! Lunam dalam latin berati bulan," jawabnya dengan senyuman lebar. Iblis Tak Bernama hanya bisa tertawa kecil melihat kepolosan anak ini. Ia juga tak berpikir untuk memakan jantung dan roh anak kecil ini.
Akhirnya mereka mampir di sebuah restoran yang cukup ramai dan Nicholas memakan nasi kare yang notabene makanan dengan harga yang paling murah. Sementara Iblis Tak Bernama tidak memakan apa-apa hanya menikmati secangkir teh.
"Nona Lunam..." panggil Nicholas. "Anda tidak makan?" tanyanya.
"Aku sedang tidak lapar... Kau lanjutkan saja makanmu. Aku yang membayar semuanya. Jadi kau bisa menceritakan bagaimana kejadian kau bisa dicopet oleh lelaki yang tadi?" kata Iblis Tak Bernama.
"Ya... aku sedang menjajakan koran. Tiba-tiba ketika aku lengah, kantung uangku di ambil oleh lelaki itu. Aku tak melihat wajahnya dengan jelas karena terhalang topi dan sinar matahari. Aku sudah meminta tolong tapi tak ada yang menolong sehingga aku mengejarnya dan kemudian Nona Lunam tahu sendiri kelanjutannya..." jelas Nicholas.
"Begitukah?"
"Iya..." Nicholas terdiam menatap piring makanannya yang sudah hampir habis. "Hari ini kakek belum makan apa-apa juga. Rasanya aku jadi bersalah..." Raut wajah Nicholas berubah menjadi sedih. Iblis Tak Bernama juga terdiam tak bisa berkomentar. Ini mungkin kali pertama ia bertemu anak manusia seperti dia.
"Di mana rumahmu Nicholas? Aku ingin melihat kakek itu. Apakah dia baik-baik saja?" kata Iblis Tak Bernama.
"Dia sedang sakit. Akan kuantar Nona Lunam ke sana," katanya berniat untuk berdiri.
"Habiskan dulu makananmu. Kau tak boleh menyia-nyiakannya."
"Ah! Baik!" katanya duduk dan melanjutkan acara makannya. Setelah selesai dan Iblis Tak Bernama membayar sejumlah uang yang ia sendiri sejujurnya mendapatkan dari hasil mencuri juga, mereka berjalan menuju rumah yang didiami Nicholas.
Rumah itu terletak cukup jauh dari pusat kota dan cukup terpencil. Sebuah gubuk kecil yang terlihat kumuh. Iblis Tak Bernama sempat berpikir. Dari jarak yang jauh dari kota hingga ke sini adalah suatu hal yang mustahil di tempuh oleh anak kecil seperti Nicholas dan dengan jalan kaki.
"Maaf rumahnya tidak seperti yang Nona Lunam bayangkan. Tapi silahkan masuk," kata Nicholas membukakan pintu untuk Iblis Tak Bernama. Ketika masuk, rumah itu Cuma terdiri dari ranjang yang ditiduri oleh kakek tua, meja makan, tungku perapian dan sebuah lemari tua serta kursi kayu yang sepertinya sudah reot termakan rayap dan usia.
Keduanya kemudian mendekati ranjang yang ditiduri oleh seorang kakek yang terlihat sangat lemah. Kakek itu sedang tidur dan Nicholas serta Iblis Tak Bernama tidak mau mengganggunya. Hanya sekali lihat saja, Iblis Tak Bernama itu tahu bahwa kakek itu akan segera mati.
Iblis Tak Bernama tak terlalu banyak bicara di dalam sana. Pikirannya selalu saja melayang dan tidak fokus. Melihat Nicholas, seorang anak manusia yang berjuang untuk hidup bersama seorang kakek tua. Iblis Tak Bernama berpikir bahwa kehidupan Nicholas jauh lebih baik dari kehidupannya yang dulu dan juga sekarang. Walau ia tahu Nicholas akan menghadapi kesedihan yang mendalam dan hidup sendirian. Setidaknya tidak ada kemungkinan ia akan menjadi pembunuh dan pemakan manusia seperti Iblis Tak Bernama.
"Aku sudah harus pulang... hari sudah sore. Uang yang diambil oleh lelaki itu akan kembali. Malam ini saat jam 12 tepat, bukalah pintu rumahmu. Janji?" kata Iblis Tak Bernama sambil mengusap kepala Nicholas.
"Ta-tapi..." Nicholas berhenti sejenak karena melihat mata Iblis Tak Bernama dalam-dalam lalu mengangguk.
"Anak baik..." ucapnya lalu pergi dari rumah itu.
XXXX
Iblis Tak Bernama berdiri di atas atap sebuah bangunan. Matanya tak hentinya mengawasi seorang pria yang tadi siang sudah menyenggolnya. Pria yang sudah mengambil uang dari seorang anak kecil yang tak berdaya.
Lelaki itu memegang sebuah botol alkohol dan berjalan terhuyung-huyung di jalanan. Iblis Tak Bernama terus mengikutinya hingga akhirnya lelaki itu memasuki sebuah gang sunyi. Iblis Tak Bernama menyeringai kecil dan kini ia berjalan mendekati lelaki itu dari belakang.
"Hei..." panggil Iblis Tak Bernama membuat lelaki itu terkejut bukan main dan berbalik menatapnya.
"Hah? Kau siapa?" katanya setengah mabuk.
"Kau tak ingat? Kau menabrakku tadi siang," jawab Iblis Tak Bernama memasang senyuman kecil di wajahnya. Lelaki itu mengkerutkan keningnya berusaha mengingat tapi tidak bisa. "Ah... dan satu hal lagi. Sepertinya kau telah mengambil barang kepunyaan seorang anak penjual koran tadi siang... Aku hanya memintanya kembali saja."
"Apa katamu! Kau berani denganku! Aku aku bunuh kau!" teriak lelaki itu.
"Aku hanya memintanya dengan baik-baik... atau... dengan terpaksa," Iblis Tak Bernama segera menunjukan mata iblisnya yang sebenarnya. Sebuah mata yang berwana merah muda terang berkilauan di dalam kegelapan.
"Ka-kau... siapa? I-iblis!" kata lelaki itu mulai ketakutan dan berlari. Tapi Iblis Tak Bernama tak akan membiarkannya lepas begitu saja. Dalam hitungan detik, suara teriakan dari lelaki itu dapat didengar begitu memilukan ke seluruh gang.
Pada malam hari tepat jam 12 malam, Nicholas yang sudah mau tidur, terbangun ketika mendengar ketukan di pintu. Dengan cepat, ia membuka pintu kediamannya namun tak menemukan siapa-siapa di sana. Yang ada hanyalah sebuah kantung uang miliknya dan juga 1 kantong obat-obatan dan roti. Dengan senang Nicholas mengambil semuanya dan kembali masuk ke dalam.
Sementara itu, Iblis Tak Bernama duduk di atas sebuah bangunan. Menikmati angin malam yang menerpa wajah dan rambutnya. Hari ini ia sudah mendapatkan makan malam yang paling ia benci. Karena itu, ia hanya memakan roh lelaki tadi tidak bersama jantungnya. Matanya menatap langit malam yang penuh dengan bintang-bintang dan sebuah bulan sabit.
Di dalam ketenangan itu, Iblis Tak Bernama mencium sebuah bau yang lain. Bau yang begitu ia kenal sebelumnya. Tanpa berpikir panjang ia mengikuti bau itu menuju rumah kediaman Nicholas. Dengan cepat, ia mendobrak masuk ke dalam dan melihat seorang Shinigami berambut coklat dan berkacamata full frame berwarna hitam sedang mengamati cinematic record dari tubuh sang kakek. Sementara Nicholas sedang tidur.
"Kau!" teriak Iblis Tak Bernama segera menyergap sang shinigami yang cukup terkejut dengan kehadirannya. Langsung saja Iblis Tak Bernama melempar Shinigami itu keluar melalui jendela. "Kembali roh kakek itu!" teriaknya keras sambil mencekik leher shinigami itu. "Kalau tidak akan kubunuh kau!" ancamnya lagi.
Tapi Shinigami itu mengayunkan katana yang adalah Death Scythe. Dengan singgap Iblis Tak Bernama menghindari serangan tiba-tiba dari Shinigami itu. Shinigami itu bangun dan membetulkan kacamatanya.
"Kukira siapa... ternyata hanya seorang iblis. Kau mengganggu pekerjaanku saja," katanya lagi dengan sombong.
"Kembalikan roh itu!" teriak Iblis Tak Bernama kencang. Matanya benar-benar menyorotkan kemarahan kepada shinigami itu dan bersiap untuk menyerangnya lagi. Tapi sepertinya ancaman dan teriakan dari dia tak ada gunanya untuk si Shinigami yang malah tertawa dengan kelakuan Iblis Tak Bernama.
"Maafkan aku... tapi aku sudah selesai mengambil rohnya. Jadi tidak ada gunanya kau berteriak dan mengancamku. Roh yang sudah keluar dari dalam tubuh tidak akan pernah bisa kembali lagi.." jawabnya. "Perkenalkan namaku Adrianus Evan. Katakan siapa namamu iblis!"
"Aku tak punya nama."
"Begitu? Iblis yang tak punya nama? Sepertinya aku pernah mendengar julukan itu..." Dengan tiba-tiba Adrianus menerjang dan menyerang Iblis Tak Bernama yang bisa menghindar walau Death Scythe itu berhasil mengenai sedikit gaun yang ia pakai.
"Sial... ini satu-satunya pakaian yang aku punya," ucap Iblis Tak Bernama tanpa sadar. "Sepertinya... perbuatanku sudah mengacaukan tugas shinigami sepertimu ya," katanya lagi dengan nada yang mempermainkan.
"Bukan hanya iblis sepertimu saja. Iblis yang lain juga sama saja. Tapi, untuk kasusmu yang sudah mengambil terlalu banyak jiwa manusia itu sudah keterlaluan. Maka setiap Shinigami yang bertemu dengan 'iblis' ini harus bisa membunuhnya," jelas Adrianus.
"Fufu~ kalau begitu kuucapkan selamat untukmu Shinigami-sama.. kau shinigami pertama yang berhasil menemukanku. Tapi aku tidak tahu... ini akan menjadi hari sialmu atau keberuntunganmu."
"Bicaramu sombong sekali!" kata Adrianus segera menyerang Iblis Tak Bernama dengan cepat dan tak memberinya celah untuk menyerang balik hingga ia tersudut di tembok. Ketika Adrianus akan menusukan Death Scythe – nya tepat di perut Iblis Tak Bernama, dengan cepat Iblis Tak Bernama menghindari ke arah sebelah kirinya walau itu membuatnya menunjukan punggungnya kepada musuh yang akan menebasnya dari belakang. Iblis Tak Bernama berbalik dan menangkap katana itu menggunakan kedua tangannya dengan cara dijepit.
'Shinigami ini... kuat sekali...' gumamnya menahan tenaga Adrianus yang terus mendorong katananya agar bisa menebas tubuh Iblis Tak Bernama. Di tambah dengan posisinya berlutut di bawah membuatnya semakin terpojok. Sekuat tenaga Iblis Tak Bernama mengarahkan katana itu ke samping kirinya lalu melepaskannya dengan cepat hingga membentur tanah dan ia sendiri bisa lolos dengan luka goresan di bahunya. Darah segar mulai mengotori gaun hitamnya.
"Kau ini memang keras kepala..." komentar Adrianus melihat Iblis Tak Bernama memegang pundak kirinya yang terluka dan mengeluarkan cukup banyak darah.
"Katana itu bukan katana biasa... baru kali ini aku melihatnya bisa menembus tembok dan tanah..."
"Huh, kau yang tidak tahu apa-apa mau melawan seorang Shinigami. Ini namanya Death Scythe. Dan ini bisa memotong apa saja," jelas Adrianus singkat. Iblis Tak Bernama terdiam. Ia tidak memiliki senjata apapun untuk melawan. Dan posisinya memang sangat buruk saat itu pula. "Bersiaplah!" Adrianus kembali menyerang Iblis Tak Bernama dan kali ini serangannya tepat menusuk bahu kiri Iblis Tak Bernama yang terdorong hingga menuju dinding di belakangnya. Membuat katana itu menancap sepurna di sana dan Adrianus yang terus menusukannya semakin dalam.
"AAAA!" teriak Iblis Tak Bernama kesakitan. Iblis Tak Bernama segera menggengam katana itu kuat-kuat lalu menendang perut Adrianus hingga ia terpental jauh, melepaskan Death Scythe – nya bersama dengan Iblis Tak Bernama. Sekuat tenaga, Iblis Tak Bernama mencabut katana itu dan mengarahkannya kepada Adrianus. "Akan kubuat kau membayar dengan semua yang telah kau lakukan!" katanya mengarahkan ujung katana itu di depan mata shinigami tersebut.
Sebelum Iblis Tak Bernama itu sempat menebas Adrianus, Nicholas terbangun dan memanggil-manggil kakeknya membuat Iblis Tak Bernama berhenti dan mengalihkan pandangannya ke arah rumah Nicholas. Kesempatan emas, Adrianus menendang tangan Iblis Tak Bernama hingga katana itu lepas dari tanganya lalu melarikan diri dari sana.
Keesokan harinya, Nicholas berdiri di atas sebuah makam kecil yang berada di pemakaman umum di kota tersebut bersama dengan Iblis Tak Bernama di sampingnya yang memakai pakaian lain karena gaunnya sudah rusak. Kini ia memakai gaun bergaya yukata gotchic yang memiliki renda-renda merah dan belt yang menghubungkan lengan pakaian itu. Lukanya masih belum sembuh tapi sudah tidak terasa sakit lagi.
Pemakaman yang hanya dihadiri oleh mereka berdua, dan tentu saja yang membayar biaya pemakaman tersebut adalah Iblis Tak Bernama (dengan uang hasil curian juga). Nicholas tak berhenti menangisi kepergian sang kakek.
"Nicholas..." panggil Iblis Tak Bernama itu berlutut di hadapan Nicholas. Mengusap air matanya dengan lembur. "Mulai sekarang... kau dan aku akan tinggal bersama. Akulah yang akan merawatmu..."
"Nona Lunam?" panggil Nicholas sedikit terkejut.
"Dan kau harus tahu satu hal. Aku adalah iblis... bukan seorang manusia. Kau adalah anak manusia yang baik Nicholas. Aku akan menjagamu dari kematian. Kau tak perlu membuat kontrak denganku. Pada dasarnya aku memang tidak bisa membuat kontrak dengan siapapun. Kau mengerti?" kata Iblis Tak Bernama lalu tersenyum kecil dan lembut. 'Kita akan bertemu lagi Shinigami. Pada saat itu aku akan membunuhmu... Adrianus Evan!'
To Be Continue
Sorry masih prologue...
RnR please. This is my fist fic using new account.
Buat note kenapa saya menggunakan 'Iblis Tak Bernama' karena memang dia tidak punya nama dan Lunam bukan namanya. hohohoho (author gila)
