Heart
Berkali-kali ay bilang kalo Naruto punya om Kishimoto^.-
Fic ni punya Ay--^^.—
Special fic for Genk Gong yang udah setia menemani hari-hari ay sebagai mahasiswi paling imut. Wkwkwkwk..*ditendang+dicemplungin ke kali Cisadane*
Heppy bletdey yee buat victor yang katanya suka mirip-miripin diri ama actor india. Wkwkwk..*ditampol victor*. Sorry telat..^,^
Bdw, bukan ay loh yang nemepelin mayones di muka lu. Hohoho..*genk gong say: lu yg pertama kali nempelin mayones!!*
Semoga persahabatan kita abadi. Dan aku akan terus berusaha membuat kalian rajin membaca!!*semangat 45*-ditendang genk gong-
Summary
"Terkadang cinta begitu indah.. Terkadang cinta begitu nikmat.. Terkadang cinta pun terasa menyakitkan. Demi orang yang disayanginya, Sakura rela menjual jiwanya, raganya, cintanya, hanya hatinya yang bisa dipertahankan untuk pria yang dicintainya"
Enjoy It^.^
Heart
Jilid I
Sakura
Sasuke menatap gadis itu dengan pandangan menyelidik. Entah kenapa Sasuke merasa bahwa gadis itu memiliki suatu, entah apa itu yang membuat gadis itu menarik di mata Sasuke. Tak ayal gadis itu memang begitu mirip dengan 'dia'. 'Apa mungkin Sakura yang ini memang 'dia',' batin Sasuke. Sasuke masih menatap gadis itu, gadis berambut merah muda yang dikepang panjang ke belakang, dengan kacamata tebal bertengger di puncak hidungnya. Sakura Haruno adalah gadis itu. Sakura bukanlah gadis yang terkenal di sekolahnya, Konoha High School. Sakura hanyalah gadis kutu buku yang selalu menyendiri dan tidak pernah bergaul dengan sekelilingnya. Tapi entah kenapa, Sasuke Uchiha, pangeran Konoha High School malah menyimpan perasaan khusus pada gadis itu.
Drrtt..drtt.. Handphone Sakura bergetar, dia segera membuka pesan yang masuk ke dalamnya. Gadis itu menahan nafas dan menghembuskannya dengan pasrah setelah membaca pesan itu. Mimik wajahnya begitu kecewa setelah membaca pesan itu tak luput dari perhatian Sasuke. Meskipun satu kelas, Sasuke belum pernah sekalipun bertegur sapa dengan Sakura.
Teng..Teng..Teng..
Sakura bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan kelas dengan cepat begitu bel pertanda pulang bergema di seluruh penjuru sekolah. Sasuke mengikutinya dalam diam. Dan ternyata, Sakura sama sekali tidak pergi keluar dari area sekolah melainkan menuju ruang lukis lama, yang kini lebih sering dijadikan gudang bagi siswa yang mengambil kegiatan lukis. Sasuke mengintip dari celah pintu yang tidak tertutup sempurna oleh Sakura. Dan matanya terbelalak saat melihat apa yang dilakukan Sakura di dalam.
Sakura melepaskan kepangan rambutnya, membiarkan rambut panjangnya terurai dengan indah. Sakura pun melepas kacamata tebalnya yang selalu setia bertengger di puncak hidungnya, menampilkan mata emerald yang begitu memesona Sasuke. Mata itu.. Itu mata 'dia'. Tidak, apa mungkin? Bukankah 'dia' sudah tidak ada? Dan yang paling membuat Sasuke terkejut adalah saat Sakura mulai melepaskan pakaian satu per satu, mulai dari kemeja putih serangam Konoha High School, hingga roknya yang mencapai setengah betis. Sasuke menahan air liurnya saat melihat pandangan yang terpampang di hadapannya. Sakura kini hanya memakai bra berwarna merah dan celana dalam berwarna senada.
Sakura kembali melakukan kegiatan yang membuat Sasuke kembali menahan air liurnya, karena sekarang tangan mungil itu mulai membuka bra yang dipakainya, tak ayal kedua bukit kembarnya yang sedari tadi terhalang oleh bra merah itu kini terlihat sempurna. Sasuke hanyalah lelaki biasa yang mempunyai birahi. Sasuke sadar ada sesuatu dibalik celananya yang menengang melihat pemandangan di depannya. Tubuh Sakura begitu indah, dengan kulit seputih dan semulus porselen, siapa pun lelaki yang melihatnya pasti akan langsung terpesona tidak terkecuali Sasuke.
Nafasnya memburu saat melihat Sakura kini tidak memakai pakaian selembar pun. Sakura lalu berjalan kearah lemari yang berada di bagian belakang ruang tersebut. Dia mengeluarkan sebuah kain putih dari lemari tersebut dan mengerudungkannya pada tubuhnya yang kini tidak memakai pakaian sehelai pun. Sakura lalu duduk di salah satu kursi yang ada di ruangan tersebut. Sasuke masih tidak mengerti apa yang sebenarnya dilakukan oleh Sakura. Sakura seperti terlihat menunggu seseorang.
Tiba-tiba terdengar derap kaki yang semakin mendekat dari ujung lorong sebelah kanan Sasuke. Sasuke lalu bersembunyi di balik ruangan kosong di sebelah ruang lukis lama tersebut. Sasuke terkejut saat melihat siapa pemilik derap langkah tersebut. Ternyata Sai, sang ketua klub lukis lah yang berjalan ke arah ruang lukis lama. Krieett.. Suara pintu yang dibuka itu terdengar jelas oleh Sasuke. Setelah merasa Sai telah memasuki ruang lukis, Sasuke keluar dari persembunyiannya dan kembali melihat apa yang sebenarnya terjadi di ruang lukis lama itu antara Sakura dan Sai.
Matanya terbelalak saat melihat apa yang mereka lakukan. Ternyata, Sakura adalah model bagi lukisan Sai. Tubuh indah Sakura menjadi objek lukisan Sai. Sakura sama sekali tidak menolak saat tubuh indahnya dijadikan objek bagi lukisan Sai. Wajahnya tidak menyiratkan kekcewaan atau kebahagiaan. Wajahnya tetap datar seperti biasa, seolah ini adalah hal biasa, suatu kehidupan yang memang harus dijalaninya. Tangan Sasuke menegang, ia mengepalkan tangannya kuat-kuat. Ingin rasanya ia masuk menerobos ke dalam ruangan itu dan memukul Sai. Tapi Sasuke sadar, itu tidak akan berarti apa-apa. Dengan amarah tertahan, Sasuke hanya bisa terdiam melihat pemandangan di hadapannya.
Dua jam berlalu, Sai sudah membereskan peralatan lukisnya. Ia mendekati Sakura dengan perlahan, mengecup pucuk hidung Sakura dan berbisik, "Terima kasih Sakura, uangnya sudah masuk ke rekeningmu," Sai langsung pergi menuju pintu. Menyadari bahwa Sai akan keluar, Sasuke langsung bersembunyi di kelas sebelah.
Setelah yakin Sai sudah pergi dari tempat ini, Sasuke keluar dari persembunyiannya dan mendapati Sakura masih berada di dalam ruang lukis lama, bersiap memakai baju seragamnya kembali. Dengan terampil tangannya mengepang rambutnya tanpa bantuan sisir ataupun cermin. Setelah selesai dengan aksinya, dia kembali menenggerkan kacamatanya di pucuk hidungnya. Merasa tidak ada yang janggal pada penampilannya, Sakura perlahan berbalik dan hendak keluar dari ruang lukis itu. Matanya terbelalak saat mendapati Sasuke berada di depan pintu masuk, memblokir jalan keluarnya. Sakura segera menutupi keterkejutannya dan kembali memasang wajah datarnya sebelum berkata,
"Kau melihat semuanya?"
"Kenapa kau melakukan itu?" Sasuke berbalik menanyainya. Tanpa jawaban pun, dengan pertanyaan yang dilontarkan Sasuke, Sakura tahu bahwa Sasuke melihat kejadian antara dia dan Sai. Kejadian yang sudah berulang kali dilakukannya. Selintas terbayang senyuman Hinata yang rapuh dalam benaknya.
"Bukan urusanmu, Sasuke," ucap Sakura masih dengan wajah datar tanpa emosinya saat berada tepat di depan Sasuke.
Sasuke dengan paksa menarik Sakura dan mendorongnya hingga tubuh Sakura bersandar pada dinding di sebelah kanannya. Dengan paksa Sasuke mencium bibir Sakura. Ciuman itu terasa hambar, dingin, tanpa hasrat, hanya emosi dan dendam, perasaan terkhianati yang ingin disampaikan Sasuke melalui ciuman itu. Perasaan terluka melihat apa yang baru saja dilakukan oleh gadis yang paling dicintainya. Gadis yang mengingkari janji cintanya, gadis yang menghilang dan muncul seenaknya dalam kehidupannya. Gadis yang memporak-porandakan fondasi hatinya.
Sakura diam, tak berusaha menolak atau membalas ciuman itu. Hanya perasaan sakitlah yang menyelimuti hati gadis ini. Sakit ketika melihat wajah pria yang paling dicintainya, sakit mengingat pengkhianatan yang dilakukannya demi uang, sakit melihat kehancuran tubuhnya, harga dirinya sendiri demi uang, tapi sekali lagi senyuman Hinata menguatkan hatinya. Apapun, akan dilakukannya demi Hinata. Tidak peduli betapa sakit hatinya, jiwanya, raganya, asalkan Hinata masih bisa tersenyum itu sudah cukup.
Sasuke lalu melepaskan ciumannya. Menatap tajam wajah gadis di hadapannya. Gadis yang tak lagi sama dengan gadis yang dicintainya dua tahun yang lalu, gadis yang memberikan indahnya cinta sekaligus pengkhianatan setelahnya, gadis yang membuat hidupnya terombang-ambing dalam kesedihan saat mengetahui kematiannya. Gadis yang kembali muncul di hadapannya, Sakura Haruno. Nama yang paling Sasuke cinta sekaligus benci. Benci saat mengingat pengkhianatan gadis manis itu.
"Kemana Sakura yang dulu?" tanya Sasuke sambil menatap tajam mata Sakura.
"Mati," hanya itu jawaban Sakura saat ia memutuskan untuk melupakan Sasuke sekali lagi. Melupakan pria yang dicintainya sekali lagi.
.
.
.
.
.
Brugh.. Sasuke meninju Itachi begitu sampai di apartemen yang hanya ditempatinya berdua dengan Itachi. Itachi bingung dan kesal dengan sikap adiknya yang tiba-tiba memukulnya.
"Apa-apan kau?!" bentak Itachi pada Sasuke, walau ia sadar pasti ada sesuatu yang sangat penting yang membuat adiknya melakukan hal ini padanya. Apa kesalahanku padanya? 'Jangan, jangan bilang ini tentang kejadian 2 tahun lalu,' dan Itachi tau dengan jelas Sasuke pasti akan mengungkit masalah itu.
"Katakan padaku, Sakura belum meninggal kan?! Jawab aku, aniki!!" Sasuke berteriak dengan emosi pada Itachi. Anikinya yang telah membohonginya, merebut cintanya, dan sekarang menutupi kenyataan yang sebenarnya.
Itachi tau, cepat atau lambat Sasuke akan mengetahui yang sebenarnya. Tapi, apa ia siap mengatakan hal yang sebenarnya tentang Sakura? Apa ia siap mengingkari janjinya pada Sakura demi Sasuke. Kalau saja malam itu ia tidak pergi ke hotel itu, kalau saja malam itu ia tidak mengikuti ajakan Sasori untuk menikmati kenikmatan kupu-kupu malam, mungkin saja ia tidak akan dihadapkan pada kemarahan Sasuke, janji pada Sakura.
TBC
Ngelirik fic di atas.. Sumpah, gaje abiz..*pundung di kolong meja*
Niatnya pengen bikin fic bagus berkualitas.. Lagi-lagi malah bikin fic nista.. Hiks..T.T
Gomen..
Bersediakan Anda memberi ripiu??*puppy eyes*
Makasih..^.^
