Salam kenal saya penghuni baru yang tiba-tiba mendirikan rumah kecil disudut fandom ini.. ku harap readers menikmati tulisan abal saya ini.. untuk masalah Romance kerasa atau nggak-nya saya harap readers memakluminya karena saya masih belajar.
Selamat menikmati..
.
.
Hetalia Axis Power © Hidekazu Himaruya
Siapa yang memperalat siapa? © Saitou senichi
Warning : Kekurangan disana-sini, OOC (Kuharap tidak terlalu), OC (karena dicerita aslinya nggak ada Indonesia), cerita ini tidak mengandung unsur SARA ini hanya murni dari pemikiran saya yang melihat latar belakang perang dunia II jadi bila ada salah kata saya mohon maaf (entahlah)
Jika tidak suka jangan dibaca kalau hanya akan membuat mata anda iritasi, tombol close berada di kanan atas berwarna merah.
.
.
.
Langit di kota ini menumpahkan butiran-butiran putih, sepanjang jalan hanya terlihat putih bersih. Disana lebih tepatnya diujung trotoar kota Moskow terlihat seorang wanita berwajah Asia―Indonesia, tengah berdiri dikerumunan manusia yang tengah berlalu-lalang. Setengah wajah manis nya tertutup syal tebal berwarna coklat, meskipun begitu, uap putih yang terlihat ketika ia menghembuskan napas menunjukan bahwa badan nya sama sekali tidak hangat. Namun matanya menatap kagum pada butiran salju yang jatuh di telapak tangan nya.
"Sepertinya aku tersesat," gumam Indonesia.
Ia merogoh saku mantel tebalnya, melihat secarik kertas berisikan alamat rumah yang harus ia kunjungi. Jika kalian menganggap Indonesia jauh-jauh datang dari negara kelahiran nya― Asia hanya untuk bertandang ke Eropa dan mencari kekasih itu semua salah besar.
Beberapa kali ia menghela napas, "Bagaimana ini.. aku bisa dimarahi."
"HEEEYYY!" suara nyaring terdengar menggema.
Indonesia menoleh ke samping kanan dan kiri nya, memastikan bahwa pria tersebut tengah memanggil seseorang yang berada didekatnya, namun nihil.. yang ia dapatkan hanyalah pandangan pria tersebut menatap pada dirinya seorang, yang sedang berada di pinggir jalan tersebut.
Beberapa kali Indonesia mengerjapkan mata hazel nya lalu membatin Eeh dia berteriak padaku? Ya?
Indonesia mempertajam pandangan nya. Ia bingung, tentu saja bingung. Indonesia baru pertama kali datang ke Moskow dan dia tidak punya kenalan orang Moskow. Tapi kenyataan nya ada seorang pria dengan wajah ramah tengah berjalan mendekatinya.
"KAU WANITA ANEH!" pria itu menunjuk ke arah Indonesia lebih tepatnya kearah hidung Indonesia dengan keran pipa yang selalu ia bawa.
"Eehh.." terlihat beberapa urat didahi Indonesia timbul karena kesal, "Maaf.. Tuan memanggilku?" namun ia tidak melupakan tata krama kesopanan pada orang asing.
"Tentu saja BODOH!"
Siapa dia? Apa-apa'an dia? Batin Indonesia mengutuk pria dihadapan nya.
"Kau akan menjadi bawahanku! HAHAHAHA."
"Maaf tuan aku banyak sekali urusan.. permisi," interupsi Indonesia ditengah tawa pria itu ampuh membuatnya terdiam.
.
Indonesia bergegas pergi meninggalkan pria aneh beserta keran pipa yang selalu ia genggam. Beberapa kali ia bertanya pada seseorang, lalu berjalan kesana kemari hingga tubuhnya terasa membeku dicuaca se-ekstrim ini. Dan akhirnya disinilah dia, berada di depan gerbang rumah besar bergaya Eropa dengan taman luas beserta kolam yang membeku. Tangan nya menekan tombol pada samping gerbang itu. Beberapa detik kemudian terdengar suara seorang wanita tua.
"Siapa?" tanya wanita tua tersebut diujung sana.
Dengan tangan nya, Indonesia menarik syal tebalnya kebawah, ia dekatkan bibirnya ke arah intercom berwarna hitam lalu berkata, "Saya Indonesia.. pelayan tuan Netherland."
Tidak ada jawaban dari wanita tua tersebut. Namun beberapa menit kemudian pintu gerbang tersebut terbuka. Indonesia menyeret koper hitam besarnya memasuki taman tertutupi benda putih tersebut. Iya benar, Indonesia adalah pelayan dari seorang bangsawan bernama Netherland. Meskipun pahit ini adalah kenyataan. Jangan salahkan pula kedua orang tua Indonesia yang meninggal akibat agresi militer para bangsawan itu. Sebanyak apapun kekayaan Indonesia toh akhirnya ia menjadi pelayan Netherland juga, pelayan pribadi.
"Silahkan masuk," sapa seorang butler mempersilahkan masuk.
Indonesia adalah anak pertama dari pasangan suami istri― Majapahit dan Singasari*, Indonesia memiliki saudara lelaki bernama Malaysia, namun mereka selalu bersitegang karena masalah sepele, seperti merebutkan perhatian sang Ayah, memasuki kamar tanpa permisi, Indonesia selalu berkata Ini adalah batas teritorial yang tak boleh kau masuki, Malon! Dan dijawab tak kalah pedas oleh Malaysia sembari menginjak'kan kaki ke batas yang telah ditentukan oleh Indonesia Ah! ini aku tidak sengaja menginjak daerah mu Indon~ . Namun mereka tak pernah benar-benar bertengkar. Dan Indonesia merindukan hal itu sebelum mereka dipisahkan.
"Kau kenapa lamban? Huh?" ucap pria bertubuh tinggi di hadapan Indonesia sambil melipat tangan di depan dada.
"Maaf tuan saya sedikit tersesat tadi," ucap Indonesia dengan terpaksa menunduk.
"Nethe~" terdengar suara lelaki lembut dari arah belakang Netherland, "Eh.." mata nya menatap Indo dengan intens "..Wow siapakah Mademoiselle ini?" tanya seorang pria bernama France.
"Pelayan ku," jawab nya singkat.
"Haaaa? Pelayan" terdengar suara cempreng berada di tangga, disusul suara gemuruh dari berbagai arah.
"Eh? Yang benar?"
"Aku mau melihatnya aru~"
"Hei sialan jangan menubruk ku."
"Apakah dia manusia yang religius?"
"ENGLAND! Jangan menginjak kaki KU!"
Beberapa kali Indo mengerjapkan matanya, memperjelas pandangan nya. WHAT? KENAPA SEMUA NYA PRIA?! Jerit Indonesia dalam hati dan mundur beberapa langkah.
Mata pria itu memicing memperhatikan dari ujung rambut hingga ujung kaki, sebelum menengok ke arah Netherland dia berkata "Nethe.. Pelayan mu seorang wanita? Bisa perlihatkan wajah mu nona?" bujuk pria bernama Italia.
Indonesia merutuki akan ketidak sopanan nya. Ia lupa melepaskan syal coklat yang hampir menutupi wajah nya. Tanpa menunggu perintah Netherland, Indo langsung membuka topi bulu pemberian butler Netherland ketika ia hendak ke Moskow dan syal tebal coklatnya. Memperlihatkan wajah khas Asia, mata besar berwarna hazel, kulit kuning langsat, dan rambut hitam panjang sedikit bergelombang.
"Wajahnya hampir mirip dengan mu China? Mungkin kalian jodoh?" ucap asal Italia.
"Hah? Apakah kau saudaraku yang telah lama hilang? aru," ucap China mendekati Indonesia.
Sebelum China mendekati Indo, France langsung menyerobot dan memegang telapak tangan Indo sambil mencium punggung tangan Indo, lalu ia berkata, "Bienvenue.. Mlle douce~ (Selamat datang.. Nona manis)"
Seluruh penghuni rumah besar itu menatap France dengan pandangan jijik, lain lagi dengan Indonesia yang menatap horror atas kelakuan France, "A..Aku masih muda tuan," Indo melepaskan lengan nya dari cengkraman France.
France menaikan sebelah alisnya, "Hah?"
Bukan hanya France yang bingung akan pernyataan Indo, semua yang berada disana pun bingung minus Netherland.
Netherland mendengus lalu berkata, "France, dalam adat istiadat nya apa yang kau lakukan itu adalah sebuah penghormatan kepada yang lebih tua," jelasnya.
Italia beserta America terkikik geli.
"Eh tidak, tidak nona bukan begitu―"
"Sudahlah, dia kan pelayan Netherland jangan ganggu dia," sebelum France menyelesaikan kalimatnya Jerman sudah menginterupsi.
"Hey aku tidak suka di intrupsi begitu!"
Semuanya kembali pada kamarnya masing-masing begitu pula Netherland. Mereka hanya menyisakan seorang pria dengan memakai pakaian kin'agashi* khas tempat kelahiran nya. Sebelum Indo pergi ke arah mengikuti Netherland, ia sudah dihadang oleh pria berwajah kalem itu.
"Namaku Jepang," ia memperkenalkan diri dengan sopan sembari membungkuk.
Indonesia terkejut diperlakukan begitu, Indo langsung ikut membungkuk 90 derajat "Iya salam kenal saya Indonesia."
"Semoga kita bisa akrab, dan ku harap kau bisa menyesuaikan diri dengan kebiasaan mereka yang tidak sama seperti kita," ucapnya datar.
"Apakah tuan berasal dari Asia?" tanya Indo.
"Ya, China juga berasal dari Asia, aku berada di kamar bernama Nihon, dan China berada di kamar bernama Chugoku, jika kau mau, kau bisa sesekali berkunjung."
Berkunjung kekamar pria?! Tidak mungkin, tapi sepertinya disini tidak seburuk yang aku pikirkan Indo membatin, dengan tersenyum Indo mohon undur diri karena sedari tadi Netherland memperhatikan mereka dengan tatapan tidak suka yang jelas di raut wajahnya.
.
"Jangan pernah mendekati para Hetaria terutama France, kau disini hanya pelayan pribadiku," jelas Netherland dua hari yang lalu dan Indonesia harus patuh. Dua hari ini dia hanya menghabiskan waktu untuk membersihkan kamar Netherland, dan menyiapkan keperluan nya setelah itu Indo akan berdiam diri di kamar pribadi nya dekat dengan pelayan-pelayang rumah itu.
Disini mereka adalah pegawai bebas yang memiliki atasan masing-masing, namun masih dalam satu lingkungan yang bernama Hetaria. Disetiap Negara mereka memiliki rumah mewah khusus untuk disiapkan untuk mereka bila sang Boss menginginkan mereka bekerja dinas. Dan kebetulan tahun ini mereka berkumpul di daerah Moskow.
"Eh Indo ada disini? Aru."
Indo menoleh kearah pintu dapur, dia melihat sosok China dengan Jepang yang tengah berdiri di ambang pintu "Ah iya," dia tersenyum.
"Sedang memasak apa? Aru," ia mendekat ke arah Indonesia, sedangkan Jepang berdiri dekat meja makan.
"Memasak rendang dan tumis kangkung, tuan mau mencoba?" Indo meletakan kedua masakan nya di meja makan.
"Baiklah aku coba." Ucap Jepang.
"Bagaimana?"
"Waahh enak sekali aru~ banyak rempah-rempah, aku jadi rindu dengan kampung halaman ku," ucap China dengan riang, "Nanti kau akan aku masakan buatanku."
Begitulah awal kedekatan antara China, Jepang dan Indonesia tanpa sepengetahuan Netherland. Hingga suatu hari Jepang menaruh hati kepada Indonesia, kala itu ia berkata "Aku akan melepaskanmu dari Netherland, karena aku pelita Asia," ucapnya.
Indo meneliti wajah Jepang, mencari tanda-tanda bahwa apa yang dia katakan adalah kebohongan, namun nihil yang ia lihat hanyalah keseriusan dari pria tampan dihadapan nya.
"Kau ingin bebas bukan?" tanya nya yang dijawab Indo dengan anggukan lemah.
"Aku akan pergi dari Moskow tiga hari yang akan datang, bersama Italia dan Jerman, ku harap kau pun ikut dengan kami."
Disanalah kesalahan Indonesia yang terdesak akan keinginan'nya bebas, dia pribadi yang bebas. Ia ingin pergi meninggalkan Moskow, ia menyukai tempat yang hangat seperti kampung halaman nya.
Hingga malam itu ia sedang membereskan pakaian dan segala kebutuhan nya, ia berencana akan pergi diam-diam. Hingga terdengar sebuah suara baritone dari arah belakang menghentikan pergerakan nya.
"Kenapa kau mengemasi barang-barang mu? Kita disini masih lama," tanya Netherland, ia langkahkan kaki nya mendekati Indonesia yang tetap berjongkok tidak menoleh kearah nya.
Indonesia menelan ludahnya, Gawat kenapa dia masuk ke kamar ku? Bukankah pekerjaan ku sudah selesai? Indo membatin.
Suara langkah kaki Netherland terhenti disamping Indonesia. Detak jantung Indonesia makin kencang, dengan gerakan patah-patah ia mendongak ke arah Netherland, mata hazelnya bersirobok dengan mata saphirre Netherland, namun beberapa detik kemudian Nether mengalihkan pandanganya kepada tas besar milik Indo yang tergeletak dilantai.
"Kenapa kau tidak menjawab?" tanya nya kembali menatap Indonesia.
"Aku.. hanya membereskan saja," kilah nya sembari memasukan pakaian kedalam tas.
Rahang Netherland mengeras, giginya bergemeletuk, dengan kasar ia menarik siku lengan kanan Indonesia menariknya ke atas sehingga membuat Indonesia berdiri. Indonesia memekik kaget akan ke kasaran tuan nya. Memang Netherland terkadang berbuat kasar kepada Indonesia, namun kelakuan nya akhir-akhir ini membuat Indonesia sedikit lega karena tidak berlaku kasar padanya. Tapi malam ini, rasa takut kembali menyerang nya.
"S..Sakit tuan," ucap lirih Indo bebarengan dengan usahanya melepaskan cengkraman kuat Netherland.
"Kau kira aku tidak tahu rencanamu huh?" ia mencengkram kedua pipi chubby Indonesia dengan kasar menuju arahnya, "Kau berniat pergi mengikuti rombongan Italia, kan?" suara Netherland terdengar geram.
Tangan kirinya yang bebas menyentuh pergelangan tangan Netherland berusaha melepaskan cengkraman nya di pipi, "A..Aku ingin bebas! Aku tidak berniat mengikuti rombongan Italia! Aku tidak sudi menjadi pelayan mu lagi!" Indo berusaha menatap Netherland dengan tatapan sinis.
Dengan kasar Netherland membanting tubuh yang lebih pendek dari nya ke lantai kayu, menimbulkan suara debuman keras. Dia hanya seorang wanita, tubuhnya tidak siap menerima kerasnya lantai kayu tersebut. Segala keramah tamahan nya ia kesampingkan, dia sudah tidak sabar akan perlakuan tuan nya ini. Dengan gerakan cepat ia berdiri lalu menampar pipi putih pucat Netherland dengan keras.
PLAK
"AKU SUDAH MUAK! ENTAH APA YANG AKAN KAU LAKUKAN PADAKU! Aku akan membalasnya!" hardik Indo penuh dengan amarah.
Dengan sigap tangan mungil Indonesia di cengkram kuat-kuat oleh Netherland, Netherland hanya menyeringai sebelum ia menoleh ke arah Indo, dia terkekeh pelan. Kedua alis Indo bertaut, tubuhnya sebenarnya gemetar hanya saja dia harus bersikap kuat dihadapan tuan nya yang beberapa menit lalu telah berganti status menjadi musuh nya.
"Kau berani? Hm," Netherland menoleh dengan perlahan ke arah wajah Indonesia yang terkejut.
Indonesia mencoba menarik lengan nya dari cengkraman kuat Netherland "Lepas!"
PLAK
Netherland membalas tamparan Indo, kemudian ia melepaskan cengkraman tangan nya pada Indo yang kini terjatuh. Sebelah lengan nya mengelus pipinya yang memerah karena tamparan Indonesia, "Tidak akan ku biarkan kau lepas dariku."
Air mata yang selama ini tidak pernah ia keluarkan, hari ini mengalir deras di pipi. ia berprinsip tidak akan memperlihatkan kelemahan nya pada siapapun, namun hari ini pertahanan nya rubuh. Ia menatap wajah Netherland dengan perasaan terluka "Kau!" beberapa detik kemudian Indo menerjang Netherland hingga terjatuh lalu menduduki perut kekarnya. Kedua lutut nya ia tekan kan ke dua siku lengan Netherland.
"Entah apa yang terjadi setelah ini, tapi tidak akan kubiarkan kau menginjak-injak harga diriku!" ucap Indo penuh dengan keyakinan. Kedua telapak tangan nya menyentuh leher Netherland, berusaha mencekiknya.
"Kekuatan kita berbeda," ucap Netherland dengan tenang namun terselip nada geram disana.
BRAK
"Indo sayang~" ucap Italia mendayu-dayu, sedetik kemudian matanya terbelalak akan kejadian yang menurut pikiran nya adalah sesuatu-hal-yang-tidak-tidak.
"Heey suda―" sebelum menyelesaikan kalimatnya, terlihat semburat merah di wajah tampan Jerman "A..Apa, yang kalian lakukan?!"
Indo dan Nether menoleh ke arah dua manusia berkepribadian bertolak belakang itu. Menyadari apa yang terjadi dengan posisinya, Indo merasakan wajahnya memanas Oh! Tidak .
"Maafkan kelancangan ku.." Italia memasang ekspresi terlihat bersalah "..Silahkan melanjutkan kembali apa yang tertunda," ucapnya sambil berbalik dan mendorong bahu Jerman.
"Tidak! Ini tidak seperti yang kalian bayangkan!" Indo berteriak mencoba menjelaskan pada Italia dan Jerman, ia berdiri hendak berlari menuju pintu namun ia terhenti ketika tangan Nether mencengkram pergelangan kaki nya.
"Mau kemana kau? Urusan kita belum selesai.." dia menggantungkan kalimatnya "..Padahal aku cukup menikmati posisi tadi," dia berucap sambil menyeringai.
"Holly shit!" Indo memaki sembari mengguncang-guncangkan kakinya, berharap cengkraman kuat itu terlepas.
Nether bersiul "Bisa juga kau memaki," dia menarik pergelangan kaki Indo hingga jatuh terlentang yang menghasilkan suara debuman keras. Nether terduduk lalu menarik pergelangan tangan Indo hingga terduduk, mereka duduk dilantai dan saling berhadapan.
"Nggh.." Indo melenguh merasakan sekujur badan terutama kepalanya sakit.
"Dengarkan aku―" dia mencengkram leher Indo "―Kau akan tetap menjadi pelayan ku, meskipun kau tidak mau.. lagipula ada untungnya juga aku memperalatmu," Nether berucap sinis.
Indo merasakan tangan yang dingin mencengkram kuat lehernya, ia ingin mencakar pria dihadapan nya namun apa daya pandangan nya masih buram, kepala nya berdenyut hebat. Lain kali ia tidak akan bodoh langsung menerjangnya seperti itu. Setelah itu pandangan nya makin menggelap beberapa detik kemudian dia tak sadarkan diri.
Terakhir yang ia lihat dan rasakan adalah tubuhnya ringan seperti melayang..
.
.
.
TBC
.
.
.
Keterangan :
dan Singasari itu kerajaan di Indonesia, yang katanya juga yang melatar belakangi negara Malaysia (khusus untuk Majapahit) kalau salah tolong koreksi, soalnya saya mengandalkan kemampuan mengingat dalam pelajaran sejarah.
2. Kin'Agashi itu kalau nggak salah pakaian yang mirip yukata santai punya cowok. Kalau salah harap koreksi.
Abal? Aneh? Maafkan saya, jika ada salah penulisan mohon maafkan. Saran, kritik bahkan flame saya terima dengan lapang hati. *Hati lo lapang?*
Akhir kata
Dadah
Mind to review?
