THE CASTLE

Copyright © 2014 by Miiyamii

Naruto © Masashi Kishimoto

BAB I

Sakura Haruno yang sedang membantu Sang Bibi mengupas puluhan apel di depan teras rumah, mendadak menghentikan kegiatannya. Dia lalu menoleh ke arah utara, menatap dengan seksama pada bangunan rumah berdinding bata kusam yang menjulang tinggi.

Dari cerita penduduk setempat, Sakura mengetahui bahwa rumah itu adalah sebuah rumah besar dengan lingkungan yang tidak biasa—berada di tengah Padang Belantara. Walau dilihat dari kejauhan, rumah itu memberikan kesan 'lama' berwibawa yang angkuh dan juga kesan keseriusan patriakal yang sangat menonjol. Sakura tidak tahu siapa pemilik rumah besar itu, karena rumah itu tampak seperti tak berpenghuni.

"The Castle."

Sakura menoleh mendengar perkataan Bibi Tsunade. Wanita paruh baya itu tampaknya mengetahui bahwa keponakannya berhenti mengupas apel untuk memandangi rumah besar indah yang letaknya di Padang Belantara itu.

"The Castle?" Sakura mengulang perkataan Bibinya, dia terlihat bingung.

Wanita tua lincah bertubuh montok dengan rambut yang belum sepenuhnya beruban itu mengangguk. "Orang-orang Circlewoods menamai tempat itu …" dia menunjuk ke arah bangunan tua yang berada di tengah Padang Belantara yang letaknya ratusan meter dari rumah mereka, menggunakan jari telunjuk dari tangannya yang memegang pisau untuk mengupas buah, "—The Castle. Karena bangunannya sangat besar dan tampak seperti kastil jika dilihat dari jarak dekat."

Wajah Sakura berseri membayangkannya. Walau mempunyai sifat tomboy dan mandiri, gadis muda itu sama seperti gadis-gadis lainnya, dia memiliki impian untuk menjadi seorang Puteri dan tinggal di rumah besar bak istana seperti The Castle. Sakura berpikir bahwa pemilik The Castle pastilah orang yang sangat kaya.

Bibi Tsunade tersenyum lembut melihat ekspresi Sakura. Sambil melanjutkan kegiatan mengupas apelnya, dia kemudian berkata ; "Anakku, apa yang terlihat bagus diluar tidak selalu baik di dalamnya."

Sakura mengerutkan kening. "Maksud Bibi?" tanyanya tak mengerti.

"Teruslah mengupas apel. Bibi akan bercerita tentang orang yang memiliki rumah besar itu, dan … jangan sekali-kali menyela Bibi."

"Uh. Oh. Iya Bi," jawab Sakura buru-buru mengambil pisau yang dia letakan dalam ember kayu yang penuh dengan buah apel, kemudian dia kembali melanjutkan kegiatan mengupas apelnya.

"Awalnya The Castle adalah sebuah rumah tua milik Tuan Madara. Menurut desas-desus yang beredar, Tuan Madara merupakan salah satu orang penting dalam system pemerintahan Negara kita—dia anggota keluarga kerajaan. Tuan Madara memiliki seorang anak perempuan yang sangat cantik." Mata Bibi Tsunade menerawang membayangkan sosok rupawan Puteri Tuan Madara, walau sudah empat belas tahun berlalu, dia masih mengingat rupa gadis itu dengan jelas. "Namanya Mikoto. Dia beberapa tahun lebih muda dari Bibi."

Sakura pura-pura mencibir tak terima mendengar ada gadis lain yang lebih cantik darinya. Diusianya yang baru menginjak enam belas tahun, Sakura selalu dipuji sebagai gadis paling cantik di Circlewoods, dan … dia memang cantik. Wajahnya ayu, kulitnya seputih pualam, hidungnya mungil dan mancung, rambutnya merah muda bergelombang indah, serta mata hijaunya memperlihatkan kesan mandiri dan kekanakan yang memikat.

"Kalau kau hidup di Jaman Bibi, kau pasti iri melihat kecantikannya, Nak. Bibi serius. Orang-orang Circlewoods menggambarkan Mikoto sebagai lambang kecantikan-kesempurnaan Inggris setinggi enam kaki, tubuhnya ramping, kulitnya bersih, dan wajahnya luar biasa cantik. Dia memiliki rambut gelap dan mata hitam yang dalam. Tuan Madara sangat menyayangi Mikoto. Dia satu-satunya keluarga yang dimilikinya, setelah Sang Istri meninggal."

"Dibesarkan dengan segala kesempurnaan duniawi membuat Mikoto jadi agak besar kepala, dan terlalu pemilih untuk urusan jodoh. Banyak lelaki dari seluruh penjuru Britania Raya datang melamarnya, tua, muda, kaya, miskin. Mereka semua ditolak."

"Hingga akhirnya Mikoto menjatuhkan pilihan kepada seorang lelaki berkebangsaan Rusia yang asal-usulnya tidak jelas. Tuan Madara tidak menyetujui pilihan Puterinya, namun dia tidak bisa berbuat apapun karena dia begitu menyayangi Mikoto."

Sakura tertegun. Dia mendengarkan cerita Bibi Tsunade dengan seksama.

"Setelah menikah, Mikoto dan suaminya tinggal bersama Sang Ayah di The Castle. Semua penduduk Circlewoods berharap pernikahan mereka bahagia. Namun menurut gosip yang disebarkan oleh salah satu pelayan perempuan bermulit besar di The Castle, hubungan antara Tuan Madara dan menantunya tidak harmonis. Mereka sering bertengkar. Dan … tiga bulan kemudian …" suara Bibi Tsunade merendah, seperti hendak menceritakan sebuah klimaks dari film horror yang membuat Sakura penasaran, "—penduduk Circlewoods menemukan mayat Tuan Madara di depan Kantor Walikota."

Tarikan napas keras terdengar jelas dari arah Sakura. "Benarkah?" tanyanya tak percaya. "Apakah menantunya yang membunuh?"

Bibi Tsunade menyipitkan mata pada Sakura pertanda dia tidak suka disela saat bercerita.

"Oh. Baiklah Bi, aku tidak akan menyela lagi." Sakura membuat gerakan seperti mengunci dan menggembok mulutnya sendiri.

"Polisi menduga bahwa Tuan Madara terkena serangan jantung, karena tidak ada tanda-tanda penusukan, penganiayaan, dan bahkan pemukulan. Ada yang bilang bahwa dia diracun, tapi bagian forensik tidak menemukan tanda-tanda racun dalam tubuhnya."

"Itu berarti dia benar-benar kena serangan jantung?" Sakura cengengesan saat Sang Bibi kembali memelototinya. "Baik Bi, aku tutup mulut. Maaf. Aku tidak akan keceplosan menyela lagi."

Bibi Tsunade mendesah. "Tapi yang membuat polisi bingung adalah gambar besar seperti gambar lambang kaum satanic (pemuja setan) ada di TKP. Mayat Tuan Madara diletakan di tengah gambar itu."

Berarti Tuan Madara dibunuh oleh pemuja setan? Atau … Iblis? Sakura bergidik. Dia tidak berani menyuarakan pemikirannya.

"Lima tahun setelah kematian Tuan Madara. Fugaku, suami Mikoto, juga meninggal. Orang-orang menemukan mayatnya hanyut di sungai dengan luka cabikan mengerikan di seluruh tubuh. Mereka berasumsi bahwa Fugaku diserang binatang buas saat berburu."

Bibi Tsunade terdiam sejenak. Dia sudah sepenuhnya berhenti mengupas apel.

"Setelah kematian suaminya, beredar rumor bahwa Mikoto mulai terganggu jiwanya. Dia lebih sering berkeliaran tak tentu arah di seluruh penjuru Circlewoods. Dia bahkan tidak mau merawat anak-anaknya lagi," ujar Bibi Tsunade dengan nada sedih. "Mikoto memiliki dua orang anak, laki-laki dan perempuan. Anak perempuan itu lahir tepat di hari kematian Ayahnya. Dan hal-hal anehpun kemudian terjadi."

"Para pelayan di The Castle satu-persatu menghilang tanpa jejak. Mikoto beralasan bahwa pelayan-pelayan itu telah menjadi pencuri yang membawa kabur uang dan perhiasannya. Setelah itu … satu-persatu anak gadis penduduk Circlewoods yang mulai beranjak remaja, setiap beberapa bulan sekali akan menghilang tanpa jejak."

"Mereka diculik. Ada sekitar dua belas gadis remaja yang hilang. Dan ketika si penculik hendak mengambil gadis ketiga belas, para penduduk memergokinya. Dan mereka akhirnya mengetahui bahwa pelakunya adalah Mikoto Uchiha." Bibi Tsunade kembali terdiam. Sorot matanya menyimpan keperihatinan yang mendalam.

"Dia … Mikoto. Perempuan itu sudah gila. Dia beranggapan bahwa keluarganya sudah dikutuk oleh setan. Menurut Mikoto, Ayah dan Suaminya telah dibunuh setan. Jadi dia menculik dan membunuhi para gadis remaja sebagai tumbal untuk setan, agar dia tidak mengganggu anak-anaknya."

Sakura terdiam. Dia tidak tahu harus berkata apa setelah mendengar kisah Mikoto.

"Mikoto mengubur korban-korbannya di belakang The Castle. Dan setelah kubur-kubur yang menyerupai gundukan tanah basah itu digali, para penduduk akhirnya mengetahui bahwa pelayan-pelayan The Castle waktu itu bukannya menghilang karena mencuri perhiasan majikannya. Mereka menghilang karena dibunuh—ikut dijadikan tumbal untuk iblis."

"Ya Tuhan, itu tidak masuk akal. Itu kejam dan … sesat," gumam Sakura tanpa sadar, namun anehnya kali ini Bibi Tsunade tidak menegur.

"Penduduk tentu tidak percaya dengan cerita Mikoto, mereka menganggapnya gila. Daripada membawa Mikoto ke Penjara, mereka lebih memilih membawanya ke sebuah Rumah Sakit Jiwa yang ada di London."

Sakura menunduk. Dia baru menyadari kalau semua apel telah dikupas kulitnya. Ternyata tangan Bibi Tsunade sama seperti mulutnya, konsisten bekerja dan berbicara, walau tadi sempat berhenti sejenak.

"Apa Mikoto masih hidup? Apa dia masih ada di Rumah Sakit Jiwa di London? Atau dia sudah dibebaskan?" Tanya Sakura. Dia bergidik ngeri membayangkan wanita gila seperti Mikoto masih bebas berkeliaran.

Bibi Tsunade menggeleng. Dia memindahkan apel-apel yang sudah dikupas itu ke sebuah wadah ember kayu berisi air bersih.

"Delapan hari setelah dikurung di ruang isolasi Rumah Sakit Jiwa … dia mati. Katanya dia mati kelaparan. Mikoto menolak untuk makan dan minum. Dia bersikeras ingin pulang ke The Castle agar bisa tinggal bersama anak-anaknya," jelas Bibi Tsunade. Dari suaranya tersirat sebuah perasaan iba yang tulus.

"Tragis," komentar Sakura ikut sedih mendengar kisah Mikoto si Putri Cantik dari The Castle . "Lalu bagaimana dengan kedua anaknya?"

Sambil mencuci apel hingga bersih kemudian meniriskannya. Bibi Tsunade mengangkat bahu. " Entahlah. Sehari setelah Ibu mereka dibawa ke Rumah Sakit Jiwa, Polisi dan Petugas dinas sosial datang ke The Castle untuk membawa kedua anak itu ke Panti Asuhan, namun mereka tidak menemukannya. Penduduk Circlewoods ikut membantu mencari anak-anak Mikoto, namun … Tidak ada jejak. Atau apapun. keduanya seperti ditelan bumi."

Sakura terdiam. Dia tertegun sekaligus terpesona mendengar cerita Bibi Tsunade tentang urban legend rakyat di kota kecilnya. Ini bahkan lebih bagus daripada cerita film yang biasa diputar di layar tancap, depan balai kota Circlewoods saat ada festival.

"Jadi Nak. Orang kaya yang memiliki uang banyak dan juga tinggal di rumah besar mewah bak istana seperti The Castle, belum tentu bahagia," nasihat Bibi Tsunade. "Ada banyak hal tidak baik yang tersembunyi di balik kekayaan berlebihan seperti itu. Jadi kita yang memiliki hidup sederhana dan berkecukupan seperti ini haruslah bersyukur, itu anugerah."

Sakura mengangguk. Bibi Tsunade kemudian bangun, membawa ember berisi air bekas cucian apel itu ke halaman, lalu dia menyiramkannya pada beberapa pohon yang tumbuh di sana.

"Bantu Bibi membawa apel-apel itu ke dapur," perintah Bibi Tsunade. "Kita akan memotongnya di sana. Ibumu dan Konohamaru pasti sudah selesai membuat adonan untuk pie apel kita."

"Baik Bi," sahut Sakura dengan lincah bangun dari duduknya dan mengangkat ember penuh apel itu—membawanya menuju dapur.

Rumor yang beredar membuat penduduk Circlewoods resah. Dalam kurun waktu satu setengah tahun, enam orang gadis remaja yang tinggal di daerah di sekitar Circlewoods hilang. Semua orang tua para gadis remaja itu kompak menceritakan bahwa puteri mereka telah digoda dan dibawa kabur oleh seorang laki-laki muda berwajah rupawan, karena sebelum menghilang mereka terlihat seperti orang kasmaran, dan sering membicarakan perihal pacar baru mereka,

Polisi menduga bahwa lelaki muda tampan yang memiliki penampilan perlente, seperti pemuda yang berasal dari kota besar itu sebagai anggota sindikan penjualan manusia. Para gadis muda itu diculik untuk diselundupkan keluar Inggris dan dijadikan wanita panggilan.

Pencarianpun dilakukan. Laki-laki muda itu dicari berdasarkan sketsa wajah yang dibuat dari keterangan para ibu (orang tua) yang mendengar dari putrinya yang hilang/melihat langsung laki-laki jahat yang sudah membawa kabur anak mereka.

Minggu ini giliran gadis muda dari Circlewoods yang hilang. Dua hari yang lalu, Shion Mikko hilang. Gadis periang bertubuh mungil itu tidak pulang ke rumahnya setelah berpamitan pada Sang Ibu untuk membeli jajanan ke toko kue milik keluarga Haruno.

Mrs. Mikko sangat sedih. Dia histeris dan berkali-kali jatuh pingsan. Sementara Mr. Mikko hanya bisa pasrah dan berharap pada polisi dan detektif yang menangani kasus ini untuk menemukan anaknya.