Immortal snow

Aku terjebak dalam sebuah keabadian yang tidak ingin aku alami.. dan saat ini aku mencari arti kehidupanku yang sebenarnya. Selama 200 tahun hidup tanpa arti. Dan seorang gadis yang memberikan sensasi "berbeda" yang baru kutemui.

-o-0-o-

Naruto pov :

Aku terlahir sebagai seorang vampire keturunan murni.. tinggal dan berbaur dengan manusia. Yang selama ini aku lakukan hanya menahan rasa dahagaku, sejak aku lahir ayah selalu memberikan darah segar dari hewan liar. Atau darah vampire bila keadaanya terpaksa, tapi.. itu tidak bisa seutuhnya melepaskan dahagaku yang kian menyiksa. Umurku sudah 200 tahun, tapi aku mendiami raga seorang remaja tanggung yang kini memasuki masa sekolah menengah atas. Tak ada yang banyak mengenaliku, selain seorang bangsawan. Si dingin dan pendiam, tak ada yang mengetahui identitas asliku selama ini. Aku menjaganya dengan baik, begitupun para leluhur Namikaze. Terutama ayah.. yang entah karena motif apa mengharuskanku untuk berbaur hidup dengan manusia.. selama berabad lebih hidup di mansion yang dipenuhi oleh para vampire menjijikan.

Aku hanya berfikir, bila seorang vampire hendak mencapai usia yang matang. maka mereka harus "dilepas" hidup disekitar mangsa mereka. Para manusia yang memiliki darah segar, begitu manis sampai bila hilang kendali merenggut nyawa seseorang. Ah bau itu, aku sungguh ingin meneguknya. Rasa manis darah manusia yang katanya bisa memuaskan rasa dahaga walau sekali tegukan saja. Dan aku tau itu sebuah pantangan, entah mengapa para pendiri Namikaze seperti dahulu bisa bertahan hidup hanya dengan darah hewan liar. Tap diam-diam vampire lain menyalahi aturan dan bermain dibelakang. Secara bersembunyi memangsa manusia bahkan menculik, menghisap darah sampai tuntas.

Kehidupan SMA tidak seburuk yang aku kira, mungkin ayah ada maksud lain mengharuskanku untuk berbaur dengan mangsa sendiri. demi menahan diri, bertarung melawan nafsu saat sedang kehausan. Bahkan saat kau sekarat hanya ada dua pilihan. Tetap dengan aturan atau menyalahi aturan. Sejak dulu hanya hal sederhan itulah yang aku ketahui.

Musim semi akan segera tiba. Wajah ibundatampak pucat seperti biasa, aku memasuki pelataran kastil tinggi, merasakan hembusan angin. Tinggal butuh waktu sebentar lagi.. untuk terlepas dari semua ini. Segala rasa beban penat yang mengganjal di dada.

Aku ingin lebih mengetahui makna dari kehidupan, terlepas bahwa aku adalalah salah satu mahluk abadi..

Sakura pov :

"Sakura!"

BRAKK..

BRAKK..

"buka pintunya!"

Gebrakan suara terasa memeking telingaku

"Sakura!"

Aku menututp pintu, dan menghalanginya dengan beberapa barang berat memastikan bahwa diriku "aman" berada dakamar kecil nan pengap.

"Sakura! Dasar gadis jalan! Tidak tau diuntung!"

Aku memeluk diriku sendiri, lebam ditubuhku mulai menghitam, siksaan yang dilontarkan kepadaku dan rasa sakit hati yang diam-diam aku peluk erat meski dalam diam. Dan di ruanganitu udara terasa semakin pengap. Aku ingin meminta tolong pada siapa? Adakah seseorang itu akan datang? Adakah sebuah kebahagiaan tersirat akan menjadi kenyataan?

Yume..

Yume dakara..

Utsusuki...

Shit! Yang jelas-jelas angan-angan semata.. atau hanya bayangan? Entahlah. Lalu, suara gedoran pintu tidak lagi terdengar. Pasti wanita tua itu sudah menemukan "mainan baru"

Apakah aku bisa bernafas lega?

Wakaranai..

Mataku mulai terpejam,dalam diam. Kami-sama.. sampai kapan penderitaan ini terus terjadi?.

-End off pov-

Sakura berjalan ke sekolahan, dengan perut yang lapar dan kondisi memprihatinkan. Setidaknya dia bisa sekolah, setidaknya dia bisa belajar untuk menggapai cita-citanya. Tidak peduli cacian dan makian ibu tiri yang kejam, Sakura harus tetap berjuang melawan penderitaan itu sendiri. demi masa depan yang cerah, maka Sakura harus tetap belajar. Pesan terakhir mendiang ibunya.

Sakura memasuki lobi dan dilihatnya seorang siswa yang nampak asing. Sakura berjalan kearah utara, sementara siswa berambut pirang itu ke selatan. Saat mereka berpas-pasan jantung siswa blonde itu berdetak hebat, dan dia tanpa sengaja terjatuh membuat Sakura sedikit panik.

"kau.. tidak apa-apa?"

Dilihatnya siswa itu seperti sedang menahan rasa sakit, Sakura merasa khawatir

"ya.. aku.. tidak apa-apa"

Laki-laki itupun berdiri masih memegang dadanya, dan memaling wajah kearah lain. 'sial.. aroma gadis ini begitu memikat' batinya. Siswa laki-laki itupun berlari seolah menghindari Sakura. Sakura hanya diam di tempat melihatnya pergi begitu saja, namun sesuatu tertinggal.

"ini.."

Pin name tagg milik siswa laki-laki tadi.

"Namikaze Naruto.."

Gumamnya, Sakurapun memasukan pin tersebut ke dalam tas dan berniat untuk mengembalikanya pada Naruto bila mereka bertemu kembali.

-o-0-o-

"kita kedatangan teman baru"

Kurenai tersenyum dan mempersilakan seorang siswa laki-laki masuk

"Namikaze Naruto"

Naruto masuk, dan perhatian kelas tertuju padanya.

"namaku Namikaze Naruto, senang berkenalan dengan kalian"

"kyaaa... Namikaze-san tampan sekali!"

"dia belasteran Jepang-Inggris yah? bahasa jepangnya lancar sekali"

"waah tampanya!"

Seluruh siswa perempuan terpesona dengan ketampanan Naruto. Sementara Sakura memandanginya datar, 'benar ternyata dia anak baru'.

Naruto duduk di pojok belakang, sedangkan Sakura berada di barisan tengah. Pelajaran berlangsung, dan para siswa mencatat pelajaran yang diterangkan oleh Kurenai sensei. Diam-diam Naruto memperhatikan Sakura yang berada di depan. 'menarik' gumamnya.

-o-0-o-

Sakura menuju atap sekolahan sambil membawa buku catatan. Sakura duduk mencari tempat yang teduh, lima menit berselang selesai membaca Sakura memegangi perutnya. Rasa lapar menghampirinya. Sakura harus menahanya sebisa mungkin. Andai saja ibunya masih hidup pasti Sakura tidak akan semenderita ini.

"nih.."

Seseorang menyodorkan roti yakisoba kepada Sakura

"senpai.."

"kau laparkan?"

Ragu, Sakura memikirkan pemberian kakak kelas itu dua kali. Ini namanya rezeki, tapi tetap saja Sakura merasa tidak enak hati karena sering menerima kebaikan kakak kelasnya itu

"ah, ya.. arigatou senpai"

"hei, saat ini hanya kita berdua saja kan? Panggil aku Sasori-kun"

Sakura mengangguk. Senpainya yang satu ini sudah akrab denganya, Sasori mengetahui permasalahan Sakura. Namun tak dapat membantu gadis itu banyak, hanya menyodorkan makanan karena sedari tadi wajah Sakura pucat tidak sarapan.

Sakura memakanya hati-hati, 'ini enak' Sakura bersyukur masih ada Sasori yang perhatian kepadanya. Sasori tersenyum melihat Sakura memakan roti dengan lahap. Tangan jail Sasoripun mengacak puncak kepala Sakura.

"Sasori-kun.. berhentilah memperlakukanku seperti anak ke-"

Namun kata-katany terpotong sesuatu, Sakura melihat siluet bayangan seseorang entah siapa. Sakura menoleh sedikit mencondongkan badan.

"ada apa Saki?"

"seperti ada yang memperhatikan"

"mungkin itu hanya bayanganmu saja"

Mereka terdiam sesaat, lalu melanjutkan kembali acara makan mereka. Sasori membawa bekal banyak hari ini

-o-0-o-

Sakura memasukan bukunya ke dalam tas, hari menjelang sore. Semua murid bergegas pulang. Pandangan Sakura terpaku pada seseorang, Naruto. Di kelas hanya mereka berdua yang tersisa.

"ano.."

Sakura mendekat dan hendak menyentuh bahu pemuda itu. tiba-tiba saja Naruto bangkit dari tempat duduknya dan langsung berdiri dengan kecepatan cahaya yang membuat Sakura membelalakan mata.

Mereka bertatapan, dan sekilas saja Sakura melihat saphire Naruto berubah warna. Hanya sekilas..

"ini.."

Sakura menyodorkan name tagg milik Naruto. Merasa situasi mereka sekarang tidak menyenangkan Sakura berlari meninggalkan Naruto sendirian di kelas seolah ketakutan.

-o-0-o-

Hoshh.. hoshh...

Sakura memegangi dadanya, entah mengapa dia merasa ada sesuatu yang aneh dengan Namikaze Naruto. Sakura bersandar di loker, mengatur pernafasanya yang takut.

Sakura memalingkan wajahnya dan

"!"

Pandangan terkejut, emeraldnya menatap tajam pada laki-laki di hadapanya

"Naruto..?"

"kenapa kau lari?"

Tubuh Sakura sedikit bergetar, apakah Naruto akan menyakitinya

"ah ti-tidak, a-aku hanya harus segera pulang.. yah uhm itu saja"

Naruto menyeringai

"kau menarik .. Sakura"

Naruto melihat ke arah name tagg milik Sakura.

"kita belum sempat berkenalan tadi"

Sakura merasakan aura dingin pada laki-laki di hadapnya.

"yah.. a-aku Haruno Sakura salam kenal"

Ragu Sakurapun mengulurkan tanganya sebagai salam perkenalan formal. Naruto hanya memandangi tangan Sakura. Dan perlahan menyentuh pergelangan tangan tersebut.

Deg..

Aliran darah di tubuh Naruto seketika berpacu dengan cepat, pertama kalinya dia mengalami hal ini. Demi tuhan pada hal gadis di hadapanya tidak terluka sama sekali!. Naruto merasakan sensasi aneh menjalar pada tubuhnya. Sementara Sakura merasa aneh dengan tangan Naruto. Pemuda ini berkulit dingin, dingin sekali seperti mayat. Apakah dia baik-baik saja?

"Sa-sakura.."

"yya?"

"cepatlah pergi"

"eh?"

"pergilah!"

Nafas Naruto memburu, sepeti sesak dan tercekat oleh sesuatu

"Naruto kau baik-baik saja?"

"aku bilang pergi!"

Dingin, tanpa sengaja Naruto membentaknya. Sakurapun pergi dengan tergesa meninggalkan Naruto seorang diri dengan keadaanya yang kehausan.

-o-0-o-

'dia itu sebenarnya kenapa sih?'

Sakura mengerutkan dahi, mengehela nafas lantas bergegas pergi. Sejak awal mereka bertemu memang ada yang aneh dengan siswa baru tersebut. Sakura tidak ingin ambil pusing lantas pergi. Perasaanya tidak enak akan hal ini, Naruto benar-benar aneh fikirnya.

Sakura pelan membuka pintu dari belakang. Sejak dia mempunyai ibu tiri Sakura tidak diizinikan sama sekali masuk dari pintu depan.

BRUGH..

"akh.."

Sakura merintih

"dari mana saja kau hah?!"

Sakura hanya dapat menunduk, Tsunade sudah menunggunya dengan tatapan yang garang.

"cepat bereskah rumah! Setelah itu kau memasak untuk makan malam!"

Harusnya Sakura pulang lebih cepat, kalau bukan karena sensei yang menyuruhnya tadi. Ah sudahlah.. toh kalaupun Sakura pulang tepat waktu. Ibu tirinya itu pasti akan memaki dan memukulnya. Sakura menuju ke kamarnya yang terletak di bawah tangga, kamar yang pengap dan temaram.

Sakura menghapus air mata yang mengalir dari sudut matanya, dan bergegas melaksanakan pekerjaan rumahnya yang menumpuk.

-o-0-o-

Dalam kesendirianya di kamar, satu-satunya benda berharga yang dapat dia sembunyikan dan selamatkan dari kekejaman ibu tirinya kotak musik sederhana.

Dan perlahan manik emerald itu memejamkan mata...

Sebelum..

"SAKURA!"

Byuur..

Tsunade mengguyur tubuh Sakura dengan air, sontak membuat Sakura terkejut.

"kau mencuri kalungku hah?!"

"aku sama sekali tidak mengetahui kalung yang kau maksud!"

"dia pasti bohong ibu!"

Samui berkilat, pandangan matanya menjelalat dan dilihatnya sesuatu yang menarik. Kotak musik milik Sakura.

"jangan!"

"DIAM!"

"lihat ibu! Sakura mencuri barang milikku!"

"dasar anak tidak tau diuntung!"

"ku mohon.. apapun asal jangan kotak musik itu, itu pemberian ibuku!'

Tsunade mengambil gunting dan di jambaknya rambut Sakura

"kau bilang bukan pencuri?! Dasar anak tidak tau diuntung sudah jelas-jelas ada kalung milikku!"

BRUKK

Tsunade menendang tubuh Sakura hingga terjatuh dari ranjang. Samuipun ikut memukul Sakura. Sakura terpojok, sakit di tubuhnya terlebih di hatinya karena di fitnah dengan kejam. Saat Tsunade dan Samui sibuk menyiksa, memukul, dan menendang Sakura. Sakura hanya bisa menahan tanpa sanggup melawan karena dia tidak mempunyai kekuatan untuk melawan takdirnya yang kejam. Samui mencoba merebut kotak musik itu, tapi Sakura tetap melindunginya meskipun tubuhnya menjadi sasaran pelampiasan merekaa berdua. Sakura melihat ada celah bagi dirinya untuk kabur, dengan sisa kekuatan yang ada Sakurapun melarikan diri dari mereka berdua.

Sakura berjalan entah kemana tak ada tujuan saat ini. Dia merasa tersesat di hutan yang cukup jauh dari pemukiman. Sakura sudah lelah dengan semunya. Lelah dengan kehidupanya, lelah dengan siksaan ibu tirinya.

"aku benci ibu tiriku!"

Sakura melampiaskan semua perasaanya, di bukanya kotak musik itu lalu Sakura duduk dan termangu sendiri. tanganya yang berdarah oleh siksaan Tsunade mengalirkan darah dan tanpa sengaja mengenai kotak musik klasik miliknya. Sakura memejamkan mata, 'seandainya dia punya keberanian untuk melawan mereka' seandainya Sakura cukup mampu untuk menyelesaikan masalah dan membela dirinya sendiri.

"aku ingin pergi dari kehidupan mereka!"

Di bawah tekanan dan keputusa asaan, Sakura berdiri dan melihat jurang tepat di hadapanya. Sakura memejamkan mata dan perlahan maju.

Angin kencang tiba-tiba berhembus menerpa tubuh ringkihnya..

"aku mendengar permintaanmu"

"Na-naruto?"

Naruto berdiri di hadapanya dengan aura gelap

"jadi maukah kau berbuat suatu perjanjian denganku?"

"perjanjian?"

"ya berikan darahmu dan akan aku penuhi keinginanmu"

Sakura membelalakan mata

"si-siapa kau sebenarnya?"

Sakura bergidik ngeri, aura itu.. tatapan itu.. lalu taring yang muncul.. mungkinkah?

"oh jadi kau belum tau?"

Hushh

Dengan gerakan secepat angin Naruto sudah berdiri di belakang Sakura, menyentuh leher jenjangnya dan mengecupnya.

"kau mempunyai aroma yang menarik Sakura"

Sakura gemetaran dan ketakutan.. apa yang hendak di lakukan Naruto?

"kau tidak perlu takut denganku"

Naruto memejamkan mata saphirenya setidaknya mata biru itu belum berubah menjadi kilatan merah darah.

Naruto mengendus leher jenjang Sakura yang meremang

"jadi kau-"

"ya.. aku adalah vampire"

Crack..

Taring Naruto menembus ke leher jenjang Sakura, Sakura merasakan perih di lehernya. Naruto menutup kedua mata Sakura dengan lengan kirinya, sementara lengan kananya menopang tubuh Sakura yang tak berdaya. Naruto mengisap langsung darah dari 'pabriknya' mencicipi darah segar dari gadis muda dan belia seperti Sakura.

Suara decapan terdengar, Naruto begitu menikmati darah segar dari Sakura. Setelah dahaganya terpuaskan, Naruto mengelap sembarang sisa darah di bibirnya dengan punggung tanganya.

"dengan ini kau telah resmi menjadi pasokan energiku dengan kata lain kau adalah sapi perahku Sakura"

Katanya dingin, Sakura memegangi lehernya yang di gigit oleh Naruto.

"jadi.. kau ingin aku meleyapkan ibu tirimu itu eh? Dengan saudara tirimu?"

Sakura memalingkan wajahnya.

"bagaimana.. kau bisa muncul disini? Siapa identitasmu yang sebenarnya?"

-o-0-o-

.

TBC

.

A/N :

Ini apa? ? Malah berani nge-tbc-in :v .. well mumpung libur kuliah jadi setidaknya pengen ngepublish fic.. dan lagi kangen-kangenya sama pair NS kemarin nulis fic SH terus berhubung ada event xD.

Shionna gak bisa ngejamin fic ini gimana ke depanya semoga dapat pencerahan saja ke depan dan gak terkena WB terus huehehehe. Mungkin maximal bakal tiga chapter sajah untuk immortal snow. But who knows? Siapa tau dapat ilham dan inspirasi yang mengalir..

See you next time...