Ada banyak rasa di dunia ini
Tidak sedikit pula yang tidak dapat didefinisikan
Sekalipun dapat diungkapkan tak semudah kenyataan
Isyarat, Bahasa Tubuh, Tatapan semua bisa bicara
Tak jarang, sekuntum bungapun bisa mengatakan
Betapa dirimu mencintainya
.
.
[NielWink Fanfiction]
.
.
Flowers
Autumn97
Kang Daniel x Park Jihoon (GS), Broken!NielOng
Romance, Comfort
Chaptered
Genderswitch, Straight!Fanfic, Random!Pairing
Wanna One belongs them self
"Kau masih cantik dan berseri. Sama seperti Bunga Matahari"
.
.
HAPPY READING ^^
.
.
.
Seoul, South Korea
~Selamat menjalani hari. Tersenyumlah. Semoga kau bahagia~
Aku terus saja membaca greeting card yang terselip dalam buket bunga itu. Anonim dan janggal. Dahiku mengernyit berusaha berpikir keras. Siapa orang yang memberikan buket ini untukku. Saat ku tanya pada kurir yang mengantarnya alamat yang dituju benar alamat rumahku. Aneh. Ini bukan hari ulang tahun atau upacara kelulusanku. Dari pacar? Tolong jangan buat aku tertawa. Mana ada pria yang mau denganku? Aku ini wanita urakan yang hanya memikirkan perut dan keluargaku. Masalah pria bisa belakangan. Kalau tidak menikah juga tak masalah. Toh aku masih bahagia.
Lepas dari kartu ucapan. Aku beralih pada buket bunga tersebut. Tidak mewah. Sederhana namun mempesona. Daisy merah dan oranye serta sedikit Chrysanthemum putih. Perpaduan warna yang menawan, siapapun yang mengirimnya aku harus mengakui ia pandai memilih warna. Cantik tetapi tidak berlebihan. Kuhirup sejenak wangi bunga-bunga itu rasanya seperti terbangun dipadang rumput yang luas. Segar dan menenangkan.
"Jihoon-ie, mau berapa jam lagi ngelihatin bunganya? Pangerannya enggak bakalan dateng kok. Kamu disuruh pulang ke istana sendiri makanya dikirimin bunga" celetuk Chanyeol-oppa dengan cengiran khasnya. Ini orang sudah punya anak masih saja suka jahilin adiknya.
"apa sih oppa, siapa juga yang mengharap ada pangeran lewat trus nyasar kesini. Jihoon itu lagi bingung, siapa yang iseng kirim bunga begini ke rumah. Kan aneh." Jawabku sambil menyerahkan rangkaian bunga tersebut pada kakakku
"wah bagus bunganya, mungkin dari secret admirer atau fans ibu konsultan kali" Balasnya lagi sambil memutar-mutar buket bungaku
"jangan melantur oppa, mana ada secret admirer atau fansku. Yang ada klien menunggu untuk konsultasi. Ayo sarapan saja" Ajakku cepat dan Chanyeol-oppa hanya tersenyum kecil.
"oke aku panggil Baek-ie sama anak-anak ya. Eomma dan Appa udah balik dari jalan pagi kan?" sahut Chanyeol-oppa lagi. Dan aku hanya menjawab dengan anggukan kepala.
.
.
Selesai sarapan kami kembali ke aktivitas masing-masing. Oke sepertinya harus kuralat karena hanya aku yang sibuk. Hari ini hari minggu dan aku ada janji dengan klienku. Well, jadi konsultan lingkungan terkadang harus punya waktu fleksibel untuk beberapa klien. Toh aku juga orang lapangan bukan orang kantoran.
Aku kembali mengecek pesan pada ponselku memastikan sudah di cafe yang dijanjikan. Verbane's Cafe lantai 2, meja 8 atas nama Samuel K. Baiklah. Ayo masuk dan selesaikan semuanya lalu cepat tidur.
Kubawa langkahku menuju kafe itu dan disambut oleh pramusaji yang berpakaian seperti florist. Tercium semerbak wangi bunga-bunga segar ditaman yang terbuka. Aku memberikan instruksi kepada pelayan tersebut untuk mengantarkan ke meja yang sudah dipesankan untukku. Naik ke lantai dua aku menemukan banyak sekali rangkaian bunga dan sebuah pajangan besar bertuliskan "Say With Flowers" disana banyak sekali nama bunga beserta maknanya. Aku termenung sesaat mengingat kejadian dikirimi buket bunga pagi tadi. Dan langsung tersadar saat pelayan tersebut menarik kursi untukku. Oh aku hampir lupa kalau ini kafe bukan toko bunga.
"Mau pesan sekarang atau nanti, Nyonya?" pelayan cantik itu bertanya. Nyonya katanya? Oh mungkin karena style ku.
"Saya pesan 1 Greentea Latte saja" balaskku dengan senyum.
"baik. Silahkan ditunggu." Ucapkan seraya berlalu. Aku kembali mengamati sekitar. Interiornya sangat toko bunga bukan kafe namun entah mengapa aku jatuh hati dengan kafe ini. Terutama pajangan Katakan Dengan Bunga.
Masih aku terpesona dengan dalam kafe ini. Sebuah pemberitahuan di ponselku menyeretku kembali ke tujuan awal bahwa aku harus bertemu klien. Pesan dari Samuel menanyakan aku sudah sampai di kafe atau belum. Lalu ku balas cepat dan hanya mendapat respon bahwa ia sudah dekat dengan kafe. Baiklah mari menunggu Samuel.
Dua menit setelah Greentea Latteku datang Samuel pun datang. Masih sama dengan tiga tahun lalu terakhir aku bertemu dengannya di Toronto. Yang berubah hanya style nya yang lebih dewasa.
"seperti bukan kafe ya?" ujar Samuel dengan senyumnya setelah memesan Ice Americano.
"yah. Aku pikir ini toko bunga saat masuk tadi." Jawabku jujur
"aku juga. Pertama kali aku kesini kupikir ini toko bunga bukan kafe. Menipu" balasnya lagi. "Bosku memang suka tempat aneh-aneh. Termasuk kafe ini."
"Bosmu suka kafe model begini? Pasti karena tempatnya nyaman untuk berkumpul dan you know, girl's talk" tebakku. Well, kafe ini tipe kesukaan wanita muda sampai seumuran ibuku karena lovely sekali disetiap sudut.
"yah. Katanya bisa santai dan entah dia menyukainya saja. For your information, my Boss is a hot guy." Terangnya dengan senyum tertahan. Oh aku sudah salah sangka.
"mana proposalnya? Mungkin ada yang bisa diperbaiki sebelum kuurus AMDALnya" ujarku mengalihkan topik. Dan Samuel langsung terbahak
"Kau sama sekali belum berubah Jihoon-nuna, tetap lugu dan pengalih topik yang payah" Samuel berkata masih diiringi tawa ringannya. Aku hanya menatapkan datar dengan mati-matian menahan semburat merah dan rasa panas yang menjalar di pipiku.
"baik baik. Ini proposalnya. Jangan berikan tatapan esmu padaku. Kalau aku beku disini besok anakku tidak ada yang mengantar sekolah" katanya dan langsung membuatku tersenyum kembali. Oh Tuhan, dia tetap konyol.
.
.
.
Toronto, Canada
Pintu kokoh itu terketuk pelan dan sebuah nada rendah nan dingin menjawabnya.
"Nona Jihoon sudah menerima bunga pemberian Tuan. Nona Jihoon juga hanya bertemu satu klien yaitu Tuan Samuel Kim. Setelahnya beliau langsung pulang." Jelas pria dengan setelan rapi tersebut
"Baguslah. Kau boleh kembali. Untuk besok jam rapat tolong di undur satu jam. Saya ada urusan." Balas pria dibalik meja dengan tanda CEO.
"Baik Tuan. Saya permisi. Anda selamat beristirahat" pamit asisten yang sudah menemaninya sejak ia menjabat petinggi sejak 3 tahun lalu
Lelaki bertubuh tegap itu menyandarkan punggungnya pada kursi besar singgasananya. Hari ini ia begitu lelah. Banyak sekali yang harus dikerjakan. Namun semua itu seakan hilang hanya karena mendengar kabar dari pujaan hatinya. Dirinya tersenyum membayangkan perempuan idamannya menampilkan lengkungan dibibirnya.
"Kang Daniel, kau sudah gila" dia menggumam pada dirinya sendiri. Dia mengacak pelan rambutnya.
"tunggu sebentar lagi Jihoon-ah. Sebentar lagi kita akan bertemu" ucap Daniel sambil mengusap pelan foto yang terpajang dimeja kerjanya. Foto seorang anak perempuan dengan rambut yang diikat dua dan tersenyum sampai matanya hilang di antara bunga matahari
"Kau masih cantik dan berseri. Sama seperti Bunga Matahari" Daniel berkata seraya meletakkan kembali foto tersebut
Ia tidak ingin berlarut-larut dengan segera Daniel membereskan keperluannya. Dan mengambil kunci mobilnya dan keluar menuju lift. Saat berada dalam lift yang membawanya turun, ponselnya bergetar menandakan ada panggilan masuk
My Wife is calling. Begitulah yang terpampang dalam layar ponselnya. Daniel tersenyum miris sebelum kemudian menggeser tombol hijau ke samping.
"Nuna belum tidur?" alih-alih mengatakan halo Daniel langsung menyerang dengan menanyakan istrinya
"aku menunggumu. Kau tidak bilang kalau lembur" sahut suara lembut diseberang
"ah maaf aku lupa memberitahukanmu. Aku sudah dimobil akan keluar kantor. Tidurlah nuna jangan menungguku" kata Daniel sambil menutup pintu mobil dan memakai sabuk pengaman. Suara mesin mobil dihidupkan membuat Daniel memindahkan ponselnya dan membuat mode panggilan dalam kendaraan.
"tapi aku lapar. Woojin juga lapar" permintaan wanita yang sudah menemaninya setahun lebih itu menimbulkan tawa ringan Daniel
"baiklah baiklah. Kalian ingin makan apa?" Daniel akhirnya buka suara
"belikan 2 cheese burger ukuran besar, fried chicken dan banana milk. Jangan lupa es krimku" wanita tadi menyebutkan semua permintaannya kepada Daniel
"siap laksanakan Seongwoo-nuna. Woojin bagaimana seharian ini? Dia nakal?" tanya Daniel lagi sambil tetap fokus pada jalanan didepannya.
"dia dari tadi menendang terus. Sepertinya dia merindukanmu Daniel-ah" Ong Seongwoo oh atau sekarang menjadi nyonya Kang itu mengadu
"okay, berikan telponmu pada Woojin" Daniel menyuruh lagi. Akhirnya Seongwoo menempelkan ponselnya ke perut besarnya. Woojin itu nama yang sudah disiapkan Daniel dan Seongwoo untuk calon anak mereka.
"Woojin-ah, jangan nakal kau menyakiti Eomma, Sayang" Daniel berkata setelah dirasa ada bunyi grusak-grusuk kain
"ne Appa. Makanya cepat pulang dan bawakan Woojin makan" ini Seongwoo yang menyahut sambil menirukan suara anak kecil
"arraseo. Appa akan cepat pulang untuk Woojin. Nuna aku beli pesanan kalian dulu ya. Ku tutup" Kata Daniel mengakhiri pembicaraan dan dibalas dengan 'ne hati-hati' dari istrinya.
Daniel keluar mobilnya untuk masuk salah satu restoran. Dirinya menghela napas berat. Dia begitu mencintai Jihoon. Tapi tidak bisa menutup mata dengan kehadiran Seongwoo dalam hidupnya. Andai dulu dia tidak ceroboh mungkin semua tidak akan serumit ini. Daniel kemudian melangkah masuk ke dalam restoran.
.
.
.
Seoul, South Korea
Jihoon merebahkan tubuh pada kasur empuk kesayangannya. Padahal hari ini hanya ada satu klien tapi tulang-tulangnya seakan remuk karena harus menemani si kembar keponakannya bermain.
Masih menatap langit-langit kamarnya Jihoon teringat akan apa yang harusnya ia lakukan saat tiba dirumah. Dia mengambil ponsel dan membuka galerinya. Memilih satu buah gambar yang menarik seluruh pikirannya
Gambar pajangan 'Say With Flowers'yang tadi ia lihat. Mulai ia memperbesar skala gambar dan mencari arti bunga yang dikirimkan kepadanya tadi. Setelah mengetahui arti bunga yang dikirimkan kepadanya. Jihoon mulai menumpahkan airmatanya. Bolehkah? Bolehkah ia berharap itu dari orang yang ia sayangi?
"sial. Kenapa kau keluar air mata? Kau kan sudah berjanji padanya untuk tidak menangis." Kata Jihoon pada dirinya sendiri. Tapi sepertinya mata dan mulutnya saling mengkhianati. Tiba-tiba semua rasa rindunya menyeruak.
Jihoon muak membohongi dirinya.
Jihoon lelah menunggu.
Jihoon juga terlalu rindu akan sosoknya.
"Daisy merah ya, siapa yang mencintaiku diam-diam hah? Daisy Orange untuk semangat, terimakasih sudah menyemangatiku hari ini. Chrysanthemum putih artinya kejujuran/setia kan? Kalau kau jujur/setia harusnya kau datang sendiri memberikan bunganya bodoh!" Park Jihoon kembali membahas dan berbicara sendiri pada bunga-bunga tidak berdosa di depannya.
Jihoon seperti orang gila malam ini. Sudah menangis. Kembali berbicara tentang bunga-bunga lalu akan menangis lagi. Begitu terus untuk beberapa saat sampai akhirnya ia tertidur. Berharap dalam mimpi ia akan bertemu orang yang dia rindukan.
.
.
.
TBC/END?
Halo, saya coba bawakan ff dengan pairing yang bikin saya mabuk siang malam. NielWink ^^. Kalau responnya bagus bakal saya lanjut disini. tapi kalau tidak ada yang suka terpaksa saya hapus dan saya post sendiri di blog pribadi saya.
terimakasih ^^
