With You (Together)
Maincast :
Bang Yongguk
Kim Himchan
Other cast :
Jung Daehyun
Yoo Youngjae
Choi Zelo
Moon Jongup
(cast akan bertambah searah alur cerita)
Rating : T
Disclaimer :
BAP's cast TS Entertaiment and another cast their own agency. This FF are Mine (Miyu a.k.a Himkyu) ^^
A/N :
Finally, Miyu back with BANGHIM ff again^^ (well sebenarnya ini gak konsen di Banghim aja sih. Ada Daejae sama JongLo juga kok) sudah hampir beberapa bulan (terakhir kali tahun kemarin) Miyu gak buat FF! Arghhh.. So miss it!
Another note :
Untuk chapter 1 ini, agak pendek ya? Semoga akan lebih panjang di chapter selanjutnya^^ #amin
Oke.. Let's enjoy the FF !
.
.
Warning :
Typo maybe?
Belum fluff?
Less Humor?
and another mistake?
I'm sorry^^
.
.
.
.
Namja manis dengan kulit seputih salju. Bibir merah merekah. Mata sipit layaknya kucing. Namja ini begitu sempurna dilihat. Bagai ciptaan tuhan yang sangat sayang untuk tak ditatap. Membuat siapapun yang memandangnya, entah yeoja atau namja, jatuh cinta padanya. Tapi sungguh sulit untuk menaklukkan namja Galak ini. Bagaimana pun, ia tak akan bisa berbaik pada orang yang...
menganggapnya Pretty Boy.
Itulah Kim Himchan.
.
.
.
.
Namja gagah dengan tubuh sempurna beratletis. Senyum rahang yang memabukkan. Serta tatapan penuh keseriusan. Selalu ada 'api' yang membakar semangatnya untuk 'bersaing'. Baginya satu kata tersebut adalah hal penting yang tak bisa tak disematkan untuknya.
Kami sering memanggilnya...Bang Yongguk.
.
.
.
.
Kacamata yang selalu bertengger di lekukan tulang hidungnya. Tetap terlihat mata indah bagaikan langit pagi ketika memandangnya, terlihat di balik kacamatanya. Sosok tetuah, namun berjiwa muda dan tentu saja...wajahnya tak tampak seperti umurnya. Terlalu tampan dan terlalu berwajah polos jika dipanggil 'Hyung'. Senyum yang begitu khas bahkan dapat membuat jiwa siapapun ingin tewas.
Bisakah kau selamatkan kami, Dokter Jung Daehyun?
.
.
.
.
.
Namja yang sangat misterius. Tersenyum atau tak berekspresi sama sekali. Tampak menakutkan jika dilihat oleh orang yang baru mengenalnya. Padahal ia hanya seseorang yang begitu suka berkutat dengan buku bukunya. Tak ada kegiatan lainkah selain membaca? Ya~ ada! Memikirkan seseorang. Siapa? Namun hal itu tak akan mungkin terungkap -ketika ia dengan tega menyembunyikan perasaannya sendiri. Ayolah~ dia bukan tipe namja bernyali kecil. Ia hanya belum siap untuk menerima kenyataan atas semua fantasi ria -bersifat negatif- di dalam pikirannya.
Kau ini memang dreaming boy ya, Moon Jongup! Ck
.
.
.
.
Penampilan luar menipu segalanya. Mungkin kalimat tersebut perlu disematkan padanya. Bagaimana mungkin seorang namja berperawakan tinggi layaknya model majalah , berwajah manis, serta berkulit seputih susu... dijuluki 'Preman Sekolah'? Namja ini memang tak punya hati. Ia bahkan menyakiti orang dengan tangannya sendiri tanpa merasa bersalah. Ia bukan PSIKOPAT! Ia hanya belum merasakan bagaimana diberi kasih sayang. Akankah semua ini berakhir.
Kita berdoa untukmu Choi Zelo...
.
.
.
.
.
Himkyu present :
WITH YOU (TOGETHER) , Ch. 1
"M-MWO?!"
Himchan berseru keras pada ucapan ayahnya , Kim Kangin. Bagaimana pun, ia begitu terkejut atas pernyataan penuh wibawa sang ayah. Tapi bisakah ia menyetujui bahwa dirinya harus...
"Pindah sekolah? Tapi kenapa, appa? Bukankah baru sebulan lalu appa memindahkanku?"
Pertanyaan berentet tersebut hanya dapat membuat sang appa memijat pelan keningnya. Umur senja, bisa menguras pikirannya jika melihat reaksi anak semata wayangnya tersebut. Ia pikir, anaknya dapat menerima (lagi) keputusan pemindahan ini.
"Appa memiliki proyek pekerjaan di Seoul. Jadi , appa putuskan untuk membawamu juga bersama appa untuk tinggal disana," Kangin membuka selembar kertas di tangannya lalu ia julurkan di atas meja kepada Himchan. "karena ada tawaran beasiswa di salah satu sekolah baru dibangun di dekat tempat kerja appa, maka bagus untukmu bersekolah disana. Appa tidak akan sulit mengontrolmu."
"Tapi, appa?! Aku tak mau pindah jika kita akan terus pindah seperti ini! Memangnya appa kira mudah berbaur sebagai anak baru terus menerus?" Himchan menghentakkan kakinya berkali kali hendak memaksa Kangin merubah pikirannya. Tapi bukan Kangin jika ia tak bisa menyelesaikan masalah ini dengan memenangkan keputusannya.
"Kau ini masih dibawah umur untuk ditinggal sendirian. Apa yang akan terjadi apabila appa meninggalkanmu disini sendirian? sementara appa tinggal di Seoul yang notabene sangat jauh dari daerah ini. Appa terlalu sibuk untuk mengontrolmu!"
Himchan hendak membuka suara untuk membela, namun...
"Pikirkan bagaimana saat tragedi itu sudah menewaskan ibumu. Appa tak mau hal ini terjadi padamu."
Himchan bungkam. Apa yang dikatakan Kangin membuatnya merinding seketika. Seolah membuatnya harus bernostalgia akan kenangan terlalu mengintimidasinya 7 tahun silam. Keinginan untuk bertahan sendirian tanpa rongrongan sang appa -walaupun itu berarti harus menuntutnya hidup mandiri-, harus dibuangnya sejauh mungkin. Ayahnya benar. Kejadian buruk itu bisa saja mengancam kembali. Lebih buruk lagi... Dirinyalah yang akan menjadi sasaran selanjutnya.
Terlalu berbahaya untuk hidup sendiri , pikirnya.
"Sekarang , apa kau ingin ikut appa ke Seoul? Anggap saja kau berlibur disana!" Kangin tersenyum hangat agar anak laki2 di hadapannya itu dapat bernafas lega kembali. "Appa usahakan kali ini, appa tak akan memindahkanmu lagi."
Himchan mendongak dari tundukannya dan menatap kedua mata Kangin yang tersembunyi di balik kacamata minusnya. Akankah ia mempercayai janji appanya kali ini?
"Lagipula kau tak usah khawatir. Karena yang menjagamu tidak hanya appa..."
Himchan memiringkan kepalanya tanda bingung.
"kau akan masuk asrama khusus namja."
.
.
.
1 detik
.
.
2 detik
.
.
3 detik
.
.
"MWO?!"
Kangin pun tersentak melihat reaksi kedua Himchan , layaknya deja vu.
.
Yongguk memutar kenop pintunya dengan tergesa gesa ketika ia baru menyadari seseorang memasuki kamarnya.
"Astaga?!"
Yongguk tersentak seketika setelah sebelumnya ia menobrak keras pintunya yang setengah terbuka.
Seorang namja dengan rambut berwarna abu abu, sedang berselonjor di atas ranjang milik Yongguk dan tersenyum sumringah menatap isi dalam majalah yang dibacanya. Ia bahkan tak menyadari sang pemilik ruangan sudah memberikan tatapan 'membunuh' terarah padanya.
"YAK! KIM NAMJOON!"
Yongguk menghampiri cepat Namjoon dan merebut paksa majalah miliknya. Awalnya Namjoon terkejut karena kegiatannya diusik oleh orang lain, walaupun pada akhirnya ia harus menahan tawa ketika ia tau siapa yang mengusiknya tersebut. Namja di hadapannya sedang mendekap keras majalahnya dan -seolah- mengancam Namjoon untuk meninggalkan kamarnya. Atau suatu hal yang buruk akan terjadi.
Terlalu kekanakan eoh, pikir Namjoon.
"Kurang ajar kau, Namjoon! Sampai kapan kau bersikap seenak jidat begini?" gertak Yongguk.
"Kkkkk... Gukkie~ Gukkie~"
"YAK! NAMAKU BANG YONGGUK! JANGAN PANGGIL NAMAKU DENGAN SIKAP SOK MANJAMU EOH!"
Namjoon semakin merasa nyeri di perutnya jika ia terus menahan tawanya. Akhirnya ia terpingkal dan meregang di atas ranjang Yongguk. Alis Yongguk bertautan menunjukkan ekspresi apa-yang-ia-tertawakan-?
"Sikapmu terlalu formal sekali. Padahal yang kau baca tidak ada 'formal2nya' sama sekali. Wkwkwk..." Namjoon menunjuk nunjuk ke arah majalah yang didekap oleh Yongguk. Namja dengan senyum rahang tersebut memandangi majalahnya lama, sampai ia mulai menyadari.
"YAK! SIAPA YANG MENYURUHMU MEMBACA INI?!"
Yongguk hendak melempar buku tebal miliknya yang ia raih dari atas nakas, pada Namjoon. Namun Namjoon segera melindungi diri dan menyembunyikan wajahnya di balik kedua lengannya.
"YA YA YA! KALAU KAU MELEMPARKU DENGAN ITU, AKU AKAN MEMBERITAHU SEISI ASRAMA BAHWA 'SEORANG ATLET LARI , BANG YONGGUK, SUKA MEMBACA MAJALAH~Hmfftttttt"
"Kubunuh kau, jika kau melanjutkan kalimatmu!" Yongguk berhasil menahan mulut Namjoon dengan bekapan kuat tangannya. Tampak tak berdayanya Namjoon kali ini. Bagaimana pun, ia juga harus berhati hati bermain dengan namja kuat di hadapannya. Namun ia begitu senang bermain-main dengan Yongguk. Kalau sudah begini... Bang Yongguk yang terkenal berhati lembut bak malaikat, justru tersembunyi oleh sikap 'disiplinnya'.
"Kalian sedang apa?"
#Sett
Yongguk dan Namjoon seketika menoleh pada satu titik yang sama. Sosok namja bertubuh agak pendek dan bermata sipit, memandang kedua insan yang sedang menindih satu sama lain di atas ranjang.
"KYAAA! Anak 'Nerd' kita!" Namjoon bersemangat mendorong kuat dada Yongguk dari atas tubuhnya sehingga membuat si pemilik dada terjungkal keras sampai jatuh dari atas ranjangnya. Namjoon kini berdadah ria pada namja sipit yang berdiri di depan pintu kamar Yongguk.
"Sejak kapan kau memanggil Jongup 'Anak nerd kita' ? Kau kira aku bapaknya?!" seru Yongguk masih dengan nada tinggi namun berat , dan tentu saja tak lupa dengan ringisan pelan akibat bokongnya yang mencium keras lantai kamarnya.
Namjoon menoleh dan terkikik sebentar melihat kondisi Yongguk. "Kkkk, tentu saja kau bukan bapaknya. Kau itu... IBUNYA!"
Yongguk segera saja melotot dan kepalan tangannya yang timbul urat2 di setiap sudutnya terjulur mengarah ke Namjoon. "Setelah ini, akan kubuat kau jadi alas sepatu lariku." umpatnya yang menimbulkan rasa ngeri tersendiri untuk Namjoon.
Jongup yang sedari tadi dihiraukan, hanya menggeleng kecil. Begitu sulit bergaul dengan namja namja bodoh tersebut.
"Ada urusan apa kau kesini, Jongup-ah?" sebuah ucapan setengah emosi menyapa Jongup. Ia menoleh pada sumber suara berat itu. Rupanya ia tak sepenuhnya dihiraukan.
"Aku hanya disuruh mengecek kamarmu, Yongguk-ssi."
"Mengecek kamarku?" Yongguk menoleh kanan kiri untuk menelusuri setiap sudut kamarnya. Adakah yang salah dengan kamarnya hingga Kepala Sekolah meminta orang lain mengecek kamarnya?
"Mungkin karena kau menyimpan majalah majalah itu, Gukkie! Kau sudah melanggar peraturan! Huahahaha..." ejek Namjoon. Rupanya ia belum jera juga walau diancam dengan seribu bahasa umpatan sekalipun.
Yongguk hanya memandang jengah pada Namjoon sesaat lalu kembali menatap Jongup. "Untuk apa?"
"Akan ada anak baru yang menempati satu ruangan denganmu , Yongguk-ssi. Jadi ia memintaku untuk mengecek kamarmu demi kenyamanan anak baru tersebut."
"Anak baru? Disini? Bersamaku?" Yongguk tampak setengah terkejut. Sebenarnya ia biasa saja kalau memang ada yang ingin menempati kamarnya. Namun tentu saja, ia memiliki syarat tersendiri untuk siapa yang bisa ia bagikan ruangan. Yongguk memang tipe namja 'tak mau berbagi' alias...
"Aku tau kau akan tetap pelit kamar dengan anak baru itu," sambung Namjoon yang sudah kembali menyelonjorkan posisi tidurnya di atas ranjang Yongguk. "Kau selalu menolak untuk menawarkan kamarmu ditempati anak baru. Bahkan saat aku pindah kemari, sekali kau melihat wajahku, kau langsung mengatakan 'oh, kamarku berantakan. Dan aku sangat suka meninggalkan kaos penuh keringat sembarangan di atas ranjang. Kamarku sangat bau sekali' sehingga membuatku ilfil untuk tinggal bersamamu-_-"
"Ta-tapi itu memang kenyataan kok!"
Jongup lagi lagi menghela nafas melihat perdebatan keduanya. Sudah tak banyak waktu, setidaknya ia juga sudah menyampaikan pesan dari kepala sekolah, ia pun langsung beranjak tanpa menunggu si pemilik kamar sekedar berterima kasih padanya.
.
.
Ketika tengah perjalanan kembali ke ruang Kepala Sekolah, tiba tiba...
.
.
.
#BRAKK
"Kemana matamu eoh?! Punya nyali besar ternyata seenaknya kau menabrakku begitu?!" Namja tinggi yang tak jauh dari Jongup berada sedang mencengkeram kuat kerah baju seorang siswa berkacamata. Tampak namja berkacamata tersebut ketakutan dilihat dari reaksi tubuhnya yang bergetar cemas dan berkeringat dingin.
"Ampuni aku, Zelo hoobae! Aku tak akan mengulanginya lagi.." namja berkacamata itu memohon penuh harap dengan suaranya yang tercekat akan kecemasannya sendiri. Tatapan intimidasi milik Zelo rupanya sudah membunuh sepenuhnya nyali namja berkacamata di hadapannya.
Jongup melihat sekumpulan siswa berkumpul mengitari keduanya. Namun keduanya tampak tak berani mencampuri urusan mereka. Hanya sekali berbisik bisik dan ikut mengintimidasi si namja berkacamata itu. Bahkan Jongup menangkap sebuah ucapan 'orang itu pasti mati hari ini. Percayalah!'
Astaga... Apakah mereka semua ini yeoja? Bentak Jongup di dalam batinnya.
Selanjutnya, entah apa yang ada di jalan pikiran Jongup. Namun namja itu segera melangkah maju menghindari sekumpulan namja 'gossip' tersebut kearah Zelo. Ia sedikit meneguk ludahnya. Ini mungkin akan menjadi moment pertama sejak pertama kali bertemu namja tinggi itu. Moment 'berhadapan langsung dengannya'.
"Zelo-ssi, lepaskan namja itu." perintah Jongup dengan nada yang teratur. Rupanya ia bisa menahan rasa takutnya yang padahal sudah membaur dalam batinnya tadi.
Zelo menoleh cepat pada Jongup.
#Degg
Jantung Jongup hendak berhenti.
Bukan! Bukan karena tatapan marah+emosi yang didapatnya.
Melainkan matanya yang tampak lebih indah jika dilihat dari dekat.
Oh jongup, apa yang kau lakukan? Di saat saat seperti ini, kau malah memuji mata seorang preman sekolah!?
"Siapa kau?! Kau temannya?! Kau ingin menemaninya merenggut ajal juga?!" gertak kasar Zelo. Kalimat yang dikeluarkannya cukup ampuh mencekat nafas semua orang yang berada di ruangan itu. 'Merenggut ajal' bukanlah kata yang pantas untuk digunakan seorang namja yang masih duduk di bangku kelas 2 SMA. Apalagi jika ia mengucapkannya di hadapan Jongup, sunbaenya sendiri. Namun apa daya, jika kenyataannya akan seperti itu, Zelo tidak akan bercanda dengan kalimatnya.
"Kau berani berbicara seperti itu pada sunbaemu sendiri?" tiba tiba nada bicara Jongup lebih berwibawa. Tampak tatapan serius dan penuh penghakiman membalas tatapan membunuh milik Zelo. Dihempasnya namja berkacamata itu dari cengkeraman Zelo, dan Zelo langsung berdiri sempurna menghadap Jongup. Betapa tingginya Zelo sehingga Jongup harus setengah mendongak. Pantas saja banyak yang takut padanya karena tubuhnya yang diatas rata rata namja seumuran dengannya.
Zelo melipat kedua tangannya dan memandang angkuh Jongup.
"Jadi disini kau ingin menjadi seorang sunbae ya?" cibir Zelo.
"Aku memang sunbaemu , Zelo-ssi. Dan kau tak boleh berbicara kasar pada sunbaemu sendiri."
"cihh.. Kalian semua bukan sunbae disini. Kalian kekanakan! Pantaskah dipanggil sunbae?!" Zelo menepuk kepala Jongup dengan santainya. "bahkan sunbaeku ada yang bertubuh pendek sepertimu? Percayakah aku memanggilmu sunbae?"
Jongup mencengkeram kuat telapak tangannya. Hendak ia meninju namja manis di depannya saat ini. Namun rasa takut menjalar kembali di hatinya. Ia tak sanggup melukai wajah manis Zelo.
"Aku malas berdebat dengan kalian. Menguras waktuku saja." Zelo merogoh sesuatu dari kantung celananya. Rupanya sebuah bungkusan permen karet. Ia membukanya , dan mulai memakan permen tersebut. Dengan santainya, ia beranjak meninggalkan Jongup. Walaupun banyak tatapan penuh tanya dengan apa yang dilakukan Zelo, mengarah ke satu pusat yaitu Zelo sendiri. Namun Zelo tak peduli. Ia tetap berjalan santai entah mau kemana. Yang pasti hendak meninggalkan Jongup terpaku di tempatnya.
Baru beberapa langkah, akhirnya ia menghentikan langkahnya, dan menoleh kembali ke arah Jongup dengan senyum miring terhias di wajah manisnya.
"Ini belum selesai, Moon Jongup... sunbaenim" kedipan sebelah matanya -yang tentu saja mengarah langsung pada Jongup- sukses membuat semua 'penonton' melongok tak percaya. Tak terkecuali Jongup. Namun ialah satu2nya yang menganggap tindakan Zelo tadi... adalah suatu godaan untuknya.
.
.
.
"Kami akan menjaga baik baik anak anda, Tuan Kangin. Kami pastikan, ia akan merasa nyaman tinggal dan berbaur dengan anak anak dari sekolah ini." ujar Kepala Sekolah pada Kangin. Ia sesekali melirik pada Himchan yang sedari tadi hanya duduk termenung memandangi sepatunya di atas sofa yang tak jauh dari keduanya -Kangin dan Kepala Sekolah- berbicara.
Kangin ikut melirik pada anak kesayangannya itu. Ia tersenyum dengan antusias bahwa anaknya sebentar lagi akan tinggal secara mandiri walaupun harus tinggal di asrama. Ia tau tempat ini bisa memberikan keamanan terjamin untuk Himchan. Serta banyak namja sebayanya yang akan menjadi teman baik untuknya.
"Errr , maaf Kang sanjangnim,"
"Ye?" Kepala sekolah yang dipanggil 'Kang sanjangnim' itu menoleh pada Kangin kembali. "Ada apa Tuan Kangin?"
"Ehmm.." Kangin menginteruksi Kang sanjangnim untuk mendekatkan telinganya. Sepertinya hendak membuat percakapan tersembunyi dari Himchan.
"Anak saya sedikit sensitif dengan suatu hal,"
"s-sensitif? Apa itu tuan kangin?"
Kangin kembali menoleh pada Himchan , memastikan anaknya sedang tidak memasang telinga dan matanya pada percakapan tersembunyi ini.
"Saya akui, ia memiliki wajah yang cantik. Ia sangat sensitif jika ia dipanggil 'namja cantik(yeppeo namja)'. Dia akan mudah emosi. Aku harap hal buruk tidak terjadi."
"eh? Seburuk itukah?" pekik Kang sanjangnim seketika. Yang justru menarik perhatian Himchan yang dari tadi terpaku dengan sepatunya. Kangin menunduk menyembunyikan reaksi terkejutnya dari himchan , sedangan Kang sanjangnim segera membekap mulutnya. Ia baru sadar atas keteledorannya.
"Apa sudah selesai ngobrolnya? Aku lelah , appa!"
Kangin menoleh dan berpura pura tersenyum membalas ucapan Himchan.
"Ya, segera kau akan mendapatkan tempat beristirahatmu, nak."
Kang sanjangnim mengangguk dan mengakhiri pertemuan dengan memberikan bungkukan hormat pada Kangin lalu menuntun Himchan ke kamar tujuannya.
.
.
.
"Ini sudah malam, Kang sanjangnim. Apakah saya akan menganggu teman sekamar saya nanti?" Himchan menerawang pada pintu di hadapannya. Sebuah plang nama bertuliskan Bang Yongguk's room menjadi perhatian. Ini sudah tengah malam, dan Himchan masih ragu untuk memasuki kamar itu sendirian. Bagaimana kalau teman sekamarnya itu jahat? Bagaimana kalau Bang Yongguk itu psikopat? Bagaimana kalau Bang Yongguk itu menyergapnya malam ini? Sekelebat pertanyaan membuatnya ciut memasuki kamar tersebut.
"Bagaimana kalau saya memiliki kamar sendiri saja?"
Kang sanjangnim tersenyum ramah pada namja cantik di hadapannya. Ia memaklumi atas keraguan Himchan. Namun jika dilihat ke depan, nanti juga Himchan serta Yongguk dapat berteman baik. Kang sanjangnim tau betul sifat Yongguk. Anak didikan kesayangannya itu -yang merupakan kebanggaan sendiri untuknya- memiliki sifat sosial yang tinggi serta baik pada siapa saja. Ya terkecuali untuk berbagi kamar. Maka itulah, sampai saat ini Yongguk sendirian di kamarnya.
"Hanya kamar Yongguk-ssi yang masih kosong. Jadi tak ada kamar lain untukmu, Himchan-ssi. Yongguk adalah sosok yang baik dan ramah. Kau akan baik baik saja sekamar dengannya."
Himchan menghela nafas pelan. Tak ada gunanya juga ia berdebat dengan kepala sekolahnya sendiri, jika pada akhirnya memang hanya kamar ini yang tersisa. Mana lagi tenaganya sudah mau habis saking ngantuknya.
Himchan membuka pelan pintu kamar tersebut dengan kunci ganda yang diberikan Kang sanjangnim.
Gelap.
Itu yang dilihatnya setelah sampai di dalam kamar milik Bang Yongguk...ahh... Bang Yongguk dan Kim Himchan lebih tepatnya.
Himchan hendak menyalakan lampu. Namun ia tak mau membangunkan namja bernama Bang Yongguk nantinya.
Jadi ia melangkah pelan dan meraba sekelilingnya untuk menemukan ranjangnya.
"Ahh ini dia!" riang Himchan setengah berbisik. Rupanya ketika ia meraba pelan sebuah benda empuk, ia sadar itu adalah sebuah kasur.
Himchan yang sudah sangat lelah, melepas kedua sepatunya lalu mulai menaiki ranjang tersebut. Memposisikan tubuhnya senyaman mungkin dan mencoba melupakan rasa takut terhadap bayang bayang namja bernama Bang Yongguk. Toh, besoknya juga, ia akan menyapa langsung namja tersebut kan? Kalau ia memang ramah, ia pasti akan membalasnya ramah juga.
.
.
.
.
Keesokan harinya, cahaya mentari sudah timbul menembus jendela kamar milik Yongguk. Seorang namja yang di atas ranjangnya , mulai menggeliat kecil karena cahaya mentari membangunkan tidurnya. Ia mengerjab pelan kedua matanya dengan mantab. Senyum yang terhias menyapa pagi nya saat itu, dan siap melakukan kewajibannya sebagai seorang siswa. Sampai akhirnya...
"Ughh..."
Sebuah suara lembut muncul di belakang punggungnya. Bahkan sedikit gerakan di belakangnya membuat dirinya merinding tak karuan. Ia langsung memutar posisi tidurnya. Dan...
#Deggg
Mata Yongguk dan Himchan bertemu. Keduanya dalam keadaan setengah sadar dan tepat berhadapan.
Di atas satu tempat tidur.
.
.
.
.
.
"KYAAAAAA!"
.
.
.
.
.
.
TBC/END?
Aduh senangnya kembali mengetik FF karena Miyu baru selesai ujian, jadi mau ngilangin stress dulu deh :D
Bagaimana FF ini? Sudah terasa romance nya? Belum? It will be comeback in next chapter ^^ Tapi kalau iya dilanjutin ya! Cuz butuh banyak dukungan dan review.
Oh ya! Btw, karena bentar lagi ultah Appa Yongguk, Miyu makanya bikinin FF Chapter nih! Bisa dibilang, ini FF chapter kedua Miyu! Tapi FF chapter cast BAP pertama yang Miyu buat! Jadi mohon dukungannya! Dan pasti Miyu bakal bikin hadiah buat Yongguk di next chapter ^^
Karena ini FF chapteran, dan Miyu rada sibuk sama tugas sekolah, jadi maaf kalau update nya agak lama. Tapi Miyu berusaha untuk tidak hiatus! Akan makin lama updatenya kalau yang review dikit :D yoyoyoyo ?
.
.
Last but not Less
MAY TO REVIEW?
