Saat aku terlalu terbiasa dengan kesendirian, kau datang bagai topan yang siap memporak poranda kan hidup ku

KUROKO NO BASUKE OF FANFICTION

DISCLAIMER : KUROKO NO BASUKE © FUJIMAKI TADATOSHI

TITLE : BECAUSE IT IS YOU!

AUTHOR : HIMEVAILLE

PAIR : AKASHI SEIJUUROU X KUROKO TETSUYA

GENRE : ROMANCE(?), HURT/COMFORT(?) (baca saja lah hehehe)

RATE : M

WARN! TYPO, GAJE(?), DLL…

HAPPY READING… ENJOY!

CHAPTER 1

Dentuman musik dalam ruangan temaran terasa memekikan telinga. Semua yang disana tampak menikmati tanpa rasa ragu sedikitpun. Berpasangan atau tidak, siapa peduli? Yang dicari ialah kesenangan pelepas gundah.

Akashi Seijuurou seorang CEO muda pemilik perusahaan Akashi Rakuzan yang saat ini tengah naik daun di Negri Matahari Terbit terlihat menikmati semua yang ada disana, alunan music, minuman memabukkan, maupun para gadis yang tengah mengerumuni nya.

Tempat ini milik teman dekatnya, Mibuchi Reo. Padahal dahulu ia seolah jijik dengan tempat beginian, namun setelah tanpa sengaja ia menginjak tempat itu atas bujukan si pemilik, akhirnya tempat ini membuatnya candu.

Masa bodo, pikirnya. Ia sudah berusia 27 tahun, wajar saja jika datang ke tempat begini untuk melepas stress atau mencari kenikmatan. Dan malam ini ia kesana karena merasa butuh hiburan. Dunia nya yang hanya terfokus pada pekerjaan mengharuskan nya sesekali mencari hiburan.

"Akashi-sama, anda sangat gagah, bermainlah dengan ku"

Seorang wanita yang duduk disamping kanan nya disebuah sofa di ujung ruangan mengelus dada nya mencoba membangkitkan gairah si empu.

Akashi Seijuurou mengabaikan nya. Marga Akashi yang disanjung nya tentu bukan marga sembarangan, mana mau dia asal tusuk.

Hiburan yang ia maksud bukanlah asal bermain perempuan, one night stand. Meskipun jelas ia pria normal yang juga sangat bergairah untuk hal berbau seks. Namun harga dirinya tidak serendah itu. Hiburan yang ia cari hanya sekedar menikmati keramaian seperti ini, hidupnya terlalu sepi.

"Sei-chan…"

pemuda pemilik night club tersebut akhirnya datang menghampiri tamu istimewa nya setelah tadi disibukkan dengan pelanggan baru yang ingin beradaptasi dengan tempatnya.

Mibuchi berdiri dihadapan Akashi lalu memberi kode pada wanita wanita yang masih semangat mengerumuninya untuk pergi meninggalkan sofa itu, setelahnya Mibuchi duduk dengan sok elegan disamping Sang Akashi.

"Kenapa tidak bermain dengan salah satunya? Mereka cantik-cantik kan?" Mibuchi mengedip lebay

"Kau bicara sesuatu, Reo?"

"Ehh t-tidak tidak.. hehehe"

Hanya nyegir kuda yang bisa ia beri ketika mata heterokromatik itu menatap nya dengan tajam, daripada memberi nyawa nya dengan gratis kan. Mata itu terlihat begitu dingin dan hampa, seolah mati.

"Sei-chan mau menambah minum?"

"Tidak perlu, aku akan segera pulang"

Dengan begitu, Akashi mengambil jas nya yang tersampir di sandaran sofa, sebelum berjalan keluar ia sempatkan melempar beberapa lembar uang kertas yang entah berapa jumlahnya ke pangkuan Mibuchi, padahal jika ia tak membayar itu juga tidak masalah, tapi apa pedulinya Akashi dengan uang itu?

Mibuchi hanya geleng-geleng kepala dengan sikap teman semasa SMA nya itu.

.

Diluar night club, Akashi berjalan sedikit sempoyongan menuju ke tempat mobil nya terparkir, entah kenapa kepala nya terasa sangat berat, padahal ia hanya meminum 2 botol alkohol.

"Anda tidak apa-apa?" Tanya seorang pemuda yang kebetulan lewat depan bar itu.

Akashi sedikit terlonjak kaget

'Darimana datangnya?' batin nya

Akashi tidak merasakan hawa keberadaan siapapun sejak ia keluar dari sana tapi tiba-tiba seorang pemuda berambut biru cerah telah berdiri disampingnya.

Akashi hanya menggelengkan kepala nya lalu berjalan kembali menuju mobilnya. Saat mesin mobil telah dinyalakan, ia melirik sebentar orang tadi yang masih setia berdiri disana, tanpa memikirkan lebih lama, langsung saja ia melesatkan mobil sport merah yang mengkilat itu dengan kencang.

"Orang aneh" gumam pemuda itu

.

.

20 menit waktu yang dibutuhkan untuk sampai di rumah yang kelewat megah itu, mungkin lebih pantas disebut istana. Mobil sport nya ia pakirkan dengan mulus di bagasi samping rumah, dengan segera ia berjalan menuju kediamannya.

"Kemana saja baru pulang jam segini?"

Baru saja pintu rumah terbuka dan suara khas seorang wanita memasuki indera pendengarannya. Diliriknya jam yang melingkar di pergelangan tangan. 02.15 AM

"Sebaiknya Okaa-sama tidak perlu menungguku"

"Aku menunggu karena khawatir padamu"

Wanita yang dipanggil okaa-sama itu adalah Ibunda Akashi Seijuurou tentunya, Nyonya Besar Akashi, Akashi Shiori. Ia menyuarakan maksud nya, nada suara nya terlihat begitu tegas meski terbesit rasa sayang yang dalam.

"Aku sudah bukan anak kecil lagi, jadi tidak perlu mengkhawatirkan ku" Akashi menjawab ketus.

"Berani sekali kau tidak menghargai kekhawatiran ibu mu?" kali ini suara seorang lelaki paruh baya terdengar di rumah megah yang minim penghuni, terdengar begitu menusuk.

Akashi Seijuurou memandang kehadiran orang itu dengan tatapan tidak suka.

Akashi Masaomi, sang ayah yang usia nya sudah diatas setengah abad berjalan mendekati sang putra semata wayang dan istri tercinta di muka pintu.

"Apa gerangan yang membuat mu pulang sebegini larut?" sang ayah tau perusahaan sedang lancar saja, tidak ada pekerjaan menumpuk yang sulit, meski ia tidak lagi duduk di kursi perusahaan bukan berarti ia tidak tau bagaimana perusahaan itu berjalan. Jadi jelas bahwa putra nya pulang selarut ini bukan karena urusan pekerjaan.

"Bukan urusanmu"

Akashi Seijuurou sudah berniat melangkah pergi dari hadapan dua orang tua itu, namun suara sang ibu kembali terdengar.

"Nanti pagi, keluarga Kuroko yang memiliki hubungan perusahaan dengan kita akan datang berkunjung, dan juga anak laki-laki nya akan mulai tinggal disini karena baru akan masuk kuliah di Kyoto, jadi tolong sambut mereka dengan baik"

"Hah? Tinggal disini? Untuk apa? Kenapa dia tidak cari apartemen saja? Dia punya perusahaan, sudah pasti orang kaya. Kenapa harus numpang hidup? Tch.."

"Seijuurou jaga bicaramu! Apa kau lupa siapa yang membantu membangun perusahaan kita? Tidak ada salahnya kan jika hanya numpang, lagian rumah ini cukup menampung 100 orang lagi jika perlu"

Akashi Seijuurou hanya memicingkan mata nya dengan tajam, ditatapnya dua orang yang dengan seenak jidat mengambil keputusan tanpa minta pendapatnya.

"Dan dia akan tidur dikamarmu, denganmu"

Apa lagi itu? Sudah numpang dirumahnya lalu sekarang numpang kamarnya lagi? Dan apa-apaan orangtua nya itu? Kamar dirumah ini banyak, kenapa harus sekamar?

"Kenap—"

"Dia takut hantu, takut sendirian, jadi tidur denganmu"

Seolah membaca apa yang akan sang anak tanyakan, ibunya dengan cekatan menjawab sebelum pertanyaan itu dilontarkan.

Konyol, pikir Akashi Seijuurou. Seorang lelaki yang sudah akan duduk di bangku universitas takut hantu? Jelaskan pada seorang Akashi Seijuurou, lelucon macam apa itu? Biarkan ia tertawa sekarang.

Akashi Seijuurou menghela nafas, kaki nya ia langkah kan untuk menjauh dari orangtuanya yang tampak tak mengantuk sedikitpun. Ia sendiri sudah lelah, mau berdebat pun sia-sia. Orangtua nya tidak akan menanggapi, jadi biarkan saja mereka berlaku sesuka hati, lagian sudah tua, mungkin tidak lama lagi.

Akashi Seijuurou bukan tidak peduli pada orang tuanya, ia juga bukan anak yang pembangkang, nakal, atau semacam begitu, malah sejak kecil ia sudah terdidik sempurna tanpa cacat sedikitpun, namun sekarang ia hanya sudah memandang orang tua nya rendah. Kepribadiannya sudah tidak sama lagi, ia berubah semenjak saat itu.

Saat ketika perusahaan ayah nya yang sangat di hormati tiba-tiba terancam bangkrut dan hancur hanya gara-gara sebuah perusahaan yang terletak di Akita mulai melonjak naik. Saat itu ia baru berumur 20 tahun. Orangtua nya yang selalu mengajarkan kata menang tiba-tiba akan kalah begitu saja karena hal sepele menurutnya, mana bisa Akashi menaruh rasa segan lagi. Terlebih ketika Akashi secara langsung mengunjungi perusaahan itu, yang ia lihat adalah sang direktur utama dengan badan besar dan tinggi yang jelas-jelas menyinggung tinggi badan Akashi, wajah malas, tatapan ngantuk, dan kerjaan utamanya hanya makan, cemilan berserakkan dimana-mana dalam ruang kerja orang itu.

Dan orangtua nya kalah dengan orang semacem itu? Yang benar saja.

Sejak saat itulah, rasa hormat untuk orangtua nya menurun drastis meskipun semua tata krama yang pernah diajarkan masih tertata rapi dalam dirinya, dan sejak saat itu pula Akashi Seijuurou secara resmi menjadi direktur utama perusahaan keluarganya, mengambil alih seluruh kegiatan perusahaan dan memajukannya menjadi sehebat sekarang ini.

.

Akashi menghempaskan tubuhnya dikasur kingsize yang terletak ditengah-tengah ruang kamarnya yang super luas. Meskipun luas, namun property didalam nya sangat umum saja dan terhitung sedikit seperti kasur, lemari, dan seperangkat property meja kerja. Dindingnya didominasi warna merah, bahkan sprei kasurnya juga. Tidak ada benda apapun yang mengantung atau tertempel di dinding, terlihat mulus jika tidak seksama diperhatikan bahwa hampir seluruh dinding memiliki bekas tusukan. Itu karena kebiasaan buruk seorang Akashi Seijuurou yang apabila tidak pas kepala akan melempar gunting ke sembarang arah. Itu sebabnya tidak ada barang yang penting dikamar pribadinya.

Akashi memejamkan matanya, mencoba tidur namun pikirannya masih dengan jahil menertawakan orangtuanya yang seenak jidat membiarkan oranglain yang tidak ia kenal untuk berbagi kamar dengannya. Akashi tidak mengenal anak dari keluarga Kuroko, mengenal keluarga Kuroko hanya sepintas di bisnis perusahaan, selebihnya tidak ada.

Sebelum benar-benar terjun ke alam mimpi, pikiran nya dengan jernih berfikir apa yang akan terjadi setelah ini? Seseorang yang membawa makna indah atau hanya mengundang kehancuran? Tanpa ia sadari pikiran itu begitu jernih seolah memprediksi masa depan.

.

.

.

Sang Mentari yang mulai menampakkan diri dengan malu-malu memberi tanda bahwa sudah saatnya orang-orang bangun dan memulai aktifitas.

Kediaman keluarga Akashi tampak begitu sibuk pagi ini, para maid mondar mandir mempersiapkan segala sesuatu yang perlu disiapkan, padahal hanya keluarga Kuroko yang mau datang tapi mengapa sesibuk ini? Jawabannya adalah karena keluarga Kuroko sangat berpengaruh pada masa awal kejayaan keluarga Akashi. Jadi ini seperti kata orang tua, tau berbalas budi.

Sang tuan muda, Akashi Seijuurou yang memang sudah terbiasa bangun pagi dengan elegannya sudah duduk ditepi tempat tidur. Sedikit merenggangkan badan sebelum mengambil ponsel untuk mengecek jam. 07.05 AM.

Niat hendak bersiap untuk ke kantor, tapi suara dari luar pintu memputarbalikkan niatnya

"Seijuurou, apa kau sudah bangun?" jika sudah, bersiaplah menyambut tamu kita"

Akashi tidak lupa bahwa ada yang akan datang pagi ini, ia hanya malas berasumsi bahwa ia pun harus ikut menyambut tamu tersebut, meskipun jelas itu yang terjadi.

Yasudahlah, pikirnya. Tata krama ya tata krama, jalani saja lah.

Dengan itu ia pun mempersiapkan diri sesuai sepantasnya.

.

.

08.30 AM. Keluarga Kuroko telah tiba di depan kediaman keluarga Akashi. Para maid menyambut dengan penuh santun dan membantu membawakan barang bawaan yang ada.

Akashi Masaomi dan Akashi Shiori menyambut tepat dimuka pintu dengan penuh senyum, mereka saling jabat tangan dan sekedar pelukan.

Mempersilahkan untuk masuk dan duduk di ruang keluarga yang bergaya Eropa Klasik, para maid mempersiapkan hidangan ala mewahnya.

Mereka bercengkrama hangat sebelum semua mata yang berada diruangan itu menatap pada sosok lelaki tampan dengan kemeja marun dan celana abu-abu memasuki ruangan.

Akashi Seijuurou dengan segala tata sopan santun yang ia junjung tinggi memberi hormat kepada keluarga Kuroko, lalu duduk di sofa yang berhadapan dengan seorang pemuda yang diyakini anak dari pasangan Tuan dan Nyonya Kuroko.

Pemuda itu memakai kemeja biru cerah sama seperti warna rambutnya dan mata nya yang bulat itu.

Akashi Seijuurou sedikit terhenyak, serasa ada kaset memori yang berputar di ingatan nya tentang pemuda yang di hadapan nya saat ini.

'Dia kan… pemuda yang semalam?' batin nya

Sementara pemuda itu pun sama, mencoba mengingat ngingat benarkah yang dihadapan nya ini lelaki yang tampak mabuk semalam?

"Oh iya! Seijuurou belum kenal dengan putra Tuan dan Nyonya Kuroko kan? Ayo kenalan dulu"

Suara nyonya Akashi membuyarkan permainan memori dari keduanya.

Sebagai pria gentle, Akashi Seijuurou mengulurkan tangan ke hadapan si pemuda

"Akashi Seijuurou" katanya dengan nada baritone yang sopan ditambah senyum yang menawan

Pemuda itu menjabat balik tangan yang terulur

"Kuroko Tetsuya" jawabnya dengan senyum yang manis

Kedua nya saling tatap dengan pikiran masing-masing, sampai suara Nyonya Kuroko membuat jabatan tangan itu terlepas dan pandangan mata yang terputus.

"Sepertinya mereka akan berteman baik kan? Maaf jika nantinya banyak merepotkan"

"Tidak apa-apa, bukan masalah" Nyonya Akashi menjawab.

Pertemuan pagi itu dihiasi obrolan dari kedua keluarga yang terasa hangat, walaupun sesekali Kuroko Tetsuya mencuri pandang pada Akashi Seijuurou.

Sebenarnya ia hanya tidak habis pikir, pria yang sempoyongan tadi malam adalah pria menawan saat ini.

Sementara Akashi yang tau sedang diperhatikan pura-pura tidak peduli, dengan PeDe nya ia berfikir karena dirinya memang sangat tampan, wajar lah diperhatikan, meski oleh jenis kelamin laki-laki sekalipun.

Dan dengan pertemuan itulah, Kuroko Tetsuya resmi tinggal di kediaman Akashi selama masa kuliah nya di Universitas Seirin yang terletak di Kyoto.

"Baiklah, saya rasa saya harus segera berangkat ke kantor" Akashi junior mengakhiri pertemuan itu

"Seijuurou, mama rasa kamu tidak perlu ke kantor hari ini, kamu temenin Tetsuya keliling rumah saja sambil membuat dia terbiasa dengan suasana dirumah kita"

Akashi Seijuurou terdiam. Bahkan pekerjaan nya akan terlantarkan akibat seorang bocah biru muda itu? Ok, sekarang terbesit rasa tak suka yang Akashi umbar.

"Kau bisa menyuruh Nijimura untuk mengurus perusahaan hari ini" bahkan ayah tua bangka nya yang jelas saat muda juga mengutamakan pekerjaan lebih dari apapun kini mendukung untuk tidak bekerja demi seorang bocah yang baru kenalan dengan nya beberapa menit lalu

Melihat anak semata wayang nya kebinggungan, si ibu kembali mengutarakan bujukan

"Hanya untuk hari ini saja, Seijuurou"

Akashi Seijuurou benar-benar tidak terbiasa untuk tidak bekerja hanya demi hal yang gak penting.

Dilirik nya pemuda yang masih duduk dengan tenang, tanpa muka bersalah, muka datar tanpa dosa, tanpa ekspresi. Benar-benar memuakkan, rasanya.

"Tetsuya-kun, keliling lah untuk mengenal rumah ini, Seijuurou akan menemani"

Kuroko Tetsuya jalan membuntuti Akashi Seijuurou yang sudah duluan didepan sana

"Jangan terus menatapku begitu" sindir Akashi

"Akashi-kun berada didepan ku, jadi bagaimana bisa aku tidak menatap Akashi-kun?"

Akashi merasa bodoh seketika.

Rasa kesal semakin mencuat, kenapa pula dirinya harus menemani bocah ini.

"Ini ruang makan dan dapur"

"Ini halaman belakang, disana lapangan basket, kolam berenang, dan kolam ikan"

"Itu ruang kerja ayah ku"

"Ini perpustakaan"

Dan begitulah seterusnya Akashi Seijuurou yang tiba-tiba beralih profesi menjadi tour guide memperkenalkan ruangan demi ruangan. Rumah tersebut sungguh luas. Kuroko tampak binggung untuk mengingat terlebih setiap pintu hampir sama, namun karena kemampuan pengamatannya sejak kecil sedikit memudahkan nya untuk mengingat dengan caranya sendiri.

"Ini ruang kamar ku"

Mereka sampai di kamar Akashi yang nantinya juga akan menjadi kamar yang ditempati Kuroko, jujur saja Akashi masih belum rela harus berbagi kamar dengan bocah asing yang satu ini.

Kuroko memperhatikan kamar itu dengan seksama. Benar-benar kamar seorang lelaki, pikirnya.

Akashi yang masih kesal dengan semua ini, tiba-tiba berjalan menuju Kuroko, sontak Kuroko mundur hingga tubuhnya menubruk dinding. Tangan kekar Akashi menghempas ke dinding tepat disamping kepala Kuroko. Wajah keduanya begitu dekat. Kuroko dengan jelas melihat mata beda warna itu.

"Jangan merepotkan ku" tegas Akashi. Nada nya tidak main-main. Penuh intimidasi.

Namun Kuroko tidak bergetar takut, hanya saja jantung nya memompa lebih cepat dari normal.

Akashi keluar dari kamarnya begitu saja, sampai pintu itu tertutup Kuroko terus meliriknya. Dipegang nya dada sebelah kiri tepat dimana jantungnya terlindungi. Degupan yang akhirnya menjadi normal.

'Mungkin karena tadi tiba-tiba' gumamnya.

.

.

.

TBC

.

.

.

Salam kenal semuanya!

Review sangat diharapkan demi kemajuan saya dan fic saya.

Terimakasih~