New life
.
.
Gintama ©Sorachi Hideaki.
.
.
Story ©Aya Ryuuzawa
.
.
SouKagu AU version.
.
.
"China, Kumohon, jika kau masih hidup tolong kembalilah kepadaku. Tetapi, Jika memang semua ini adalah ada benarnya, kumohon, tolong bangunkan aku dari mimpi buruk ini."
pemuda itu duduk bersilah di depan sebuah pusara. Tatapan matanya menengadah menatap langit. Cahaya kehidupan pada iris merah gelapnya nampak meredup.
"Kembalilah, China." Gumamnya berulang kali dengan sorot mata yang menyendu.
Hari ini tepat memasuki minggu awal musim semi. Musim yang indah dengan hiasan bunga sakura bermekaran di setiap penjuru kota. Semilir angin yang berhembus lembut menerbangkan kelopak bunga sakura menerpa wajahnya. Sungguh musim yang ceria, namun kontras dengan perasaan pemuda itu.
Pemuda itu benci musim semi. Sebab, musim ini adalah awal dan akhir bagi pemuda itu kehilangan gadisnya. Gadis yang selalu mengisi hari-harinya, baik sebagai rival dan lebih.
Deretan rantai masa lalu kembali tertarik. Luka-luka tak kasat mata yang bersarang dalam benaknya kembali terbuka. Menyebabkan sensasi sengatan listrik dan ngilu di ulu hatinya kian menyesakan dada. Pemuda itu selalu mengingatnya.
Penyesalannya.
Dan gadis bersurai Vermillion dengan senyuman cerah, yang kini menjadi kenangan baginya.
.
.
Drrt ...! Drrt ...!
Terasa getaran dari balik saku celana, menyebabkan perhatian pemuda itu kembali ke raganya. Dengan malas dikeluarkannya benda flip hitam itu.
'Phone incoming ... 'Mayora brengsek''
Wajah shota itu berkerut ketika melihat nama yang terpampang jelas pada layar ponselnya.
"Cih ... Hijikata sialan." Decihnya, sebelum akhirnya mengangkat panggilan masuk itu.
"Moshi ... moshi ... ada apa, Hijikata-san?" tanyanya ogah-ogahan seraya mengubah posisi duduknya menjadi bersandar menggunakan tangan kiri.
"Oy, Sougo ... teme, kau ada dimana sekarang?" tanya suara diseberang sana. Nada orang tersebut seakan tengah menahan amarah.
"Aku ada dimana itu bukan urusanmu, Hijikata-san." Jawabnya enteng. Sougo sebenarnya tahu kemana arah pembicaraan ini akan berakhir.
"Kau ... teme! Cepat beritahu dimana posisimu sekarang, Bocah sialan! Mitsuba sedari tadi panik mencarimu!" Seru Hijikata dengan nada berat dan mengintimidasi.
Sougo menghela napas lelah. "Sudah kubilang, Hijikata-san, Aku ada dimana dan sedang apa itu semua bukan urusanmu, Mayora sialan." Sougo memijit pangkal hidungnya pelan, sebuah kebiasan ketika moodnya sedang buruk.
"Dan beritahu Aneue, aku baik-baik saja dan jangan khawatir." Sambungnya sebelum memutuskan sambungan telepon secara sepihak. Mengacuhkan segala sumpah serapah yang mungkin saja sedang dirapalkan oleh maniak mayonaise di seberang sana.
Sougo memasukan kembali ponselnya ke saku celana hitamnya. Mengacak kasar surai coklat senada pasir miliknya, kemudian beranjak berdiri dari hadapan pusara tersebut.
"Aku pulang dulu, China." Ucapnya dengan mimik wajah yang kembali menyendu.
Diletakkannya setangkai bunga anyelir pink di depan pusara tersebut.
"Aku tidak akan melupakanmu."
.
.
Sougo berjalan dengan pelan, menuruni setiap anak tangga dengan pandangan yang menatap laut biru di sampingnya.
Sougo menyukai warna biru pada laut lepas. Warna yang sama dengan netra biru gadis itu. perlahan namun pasti, sebuah senyum kecil terlukis di wajahnya yang nampak mulai dewasa.
Saking terhanyutnya dengan pemandang laut lepas, Sougo tak memperhatikan bahwa dari arah yang berlawanan, seorang gadis berhelaian panjang sepunggung, nampak tergesa-gesa menaiki anak tangga tersebut.
"KYAA!"
Sebuah jeritan membuyarkan lamunan Sougo. Netra merahnya menatap terkejut ketika melihat tubuh perempuan itu oleng ke belakang karena kakinya yang terpeleset.
Dengan gerakan cepat, tangan kanan Sougo bergerak menarik lengan kiri gadis itu guna menahannya agar tak terjatuh ke belakang.
Bunyi gedebuk benda jatuh sedikit terdengar jelas. Sougo, dengan tepat waktu, berhasil menarik lengan gadis itu dan menyebabkan tubuh kecil itu menabrak dada bidangnya.
"Aduh!" gadis itu mengaduh kesakitan seraya mengelus pergelangan kaki kanannya yang terpeleset.
Pemuda berhelaian pasir itu nampak tertegun pada tempatnya, gerakannya kaku, dan lidahnya terasa kelu. Netra merahnya nampak mengecil dengan mata yang melebar sempurna.
"Chi-"
"Itu dia!" sebuah teriakan dari bawah memotong perkataan Sougo. Nampak beberapa lelaki berbadan besar menggunakan jas hitam dengan salah satu dari mereka menunjuk ke arah dirinya dan gadis itu, berada tepat di bawah anak tangga tersebut.
"Ojou-Sama!" teriak mereka menggelegar.
Tubuh gadis itu terlihat menegang. Keringat dingin nampak membasahi pelepisnya. Dengan susah payah, gadis itu mencoba berdiri dan kembali berlari. Namun, ringisan kecil terdengar dari mulutnya.
"Kaki sialan aru!" umpatnya ketika menyadari bahwa kaki kanannya nampak terkilir.
"Aru?" gumam Sougo yang nampak masih syok dengan sosok di depannya.
"Ojou-sama, cepat kembali!" teriak para pria berbadan kekar itu seraya berdesakan menaiki anak tangga.
"Hii ..." gadis itu nampak bergedik ngeri ketika melihat ke arah bawah. Wajahnya memucat.
Sougo yang baru saja sadar dari rasa keterkejutannya kembali menarik tubuh gadis itu dan mengangkatnya.
Pemuda itu kembali manaiki anak tangga menuju area pemakaman tadi dengan langkah lebar dan gadis bersurai Vermillion panjang itu di depan dadanya.
.
.
"Ojou-Sama ... Kagura Ojou-sama!" teriak para pria bertubuh kekar tadi. Kelima orang tersebut berpencar ke segala penjuru, guna mencari sosok gadis yang diketahui bernama Kagura itu.
"Kau berhasil menemukannya?" tanya salah satu pria bersurai dark green.
Pria bersurai hitam itu menggelengkan kepalanya, pun dengan rekan-rekannya yang lain.
"Gawat! Jika kita tak bisa menemukan nona muda, tuan besar pasti akan membunuh kita!" seru panik pria tanpa surai.
Mereka berlima tak menyadari bahwa sedari tadi, objek yang mereka cari tengah tertawa kecil di dalam pelukan pemuda bersurai pasir yang tidak dikenalnya.
Sepasang manusia itu tengah bersembunyi di dalam kuil kecil yang terletak tak jauh dari area pemakaman.
.
.
Tiga puluh menit berlalu, para pria tadi nampak menyerah dan memutuskan untuk meninggalkan wilayah tersebut.
"Hahaha ..." tawa ceria gadis itu terdengar begitu familiar di telinga Sougo. "Nee ... terima kasih karena telah menolongku aru." Ucapnya dengan senyuman manis dan netra biru yang sedikit menyipit.
Gadis itu membungkuk hormat ke arah Sougo lalu beranjak hendak meninggalkan pemuda tersebut, sebelum tangannya kembali ditarik dan jatuh ke dalam pelukan pemuda itu lagi.
"Akhirnya kau kembali, China." Ucap Sougo dengan suara yang sedikit bergetar. Aura kerinduan terpancar jelas pada wajah pemuda bertampang Shota itu.
"Aku merindukanmu, Sungguh." Gumamnya seraya menjatuhkan kepalanya ke bahu gadis tersebut.
Kagura-gadis itu, menatap heran kelakuan aneh dari pemuda yang baru saja menolongnya dari kejaran para bodyguard sewaan sang ayah.
Manik birunya mengerjap cepat. Tubuhnya nampak kaku karena keterkejutan. Apa ini? Ada apa ini? Batinnya terus bertanya-tanya akan kelakuan aneh dari pemuda yang nampak menyedihkan itu.
"Anoo ... Apa kita pernah bertemu aru ka?"
Mendengar pertanyaan dari gadis itu membuat Sougo seketika membeku. Dia tidak salah dengar bukan?
"Kau melupakanku, China?" Tanya balik Sougo, pemuda itu melepaskan pelukannya dan beralih mencengkram kedua pundak Kagura. Manik merahnya menatap tak percaya dengan mimik terluka.
Gadis itu menggelengkan kepalanya. Sungguh, Kagura tak mengenali sosok di depannya saat ini.
"Kau pasti bercandakan, China?" Sougo berujar lirih. "Ini aku! Kau melupakanku, Kagura?" sambungnya dengan suara putus asa.
Kagura kembali menggelengkan kepalanya.
"Apa dulu kita pernah bertemu aru ka?"
Sougo semakin terkejut.
Dia tak mungkin salah, kan? Surai vermellion itu, manik Sapphire secerah laut lepas, dan trademark –aru. Sougo yakin, gadis ini adalah China-nya, Yato Kagura-nya!
Sougo sangat yakin akan hal itu.
Namun melihat tatapan asing dari gadis itu, membuat pegangan akan kedua pundak itu terlepas. Kedua lengan kokoh itu jatuh terkulai di samping tubuhnya.
Lagi, Sougo dapat merasakan sensasi nyeri di area sekitar rongga dadanya. Napas pemuda itu memberat dan jantungnya terasa ngilu. Tatapan pemuda itu terlihat rapuh dan cahaya kehidupan di kedua netra merahnya meredup.
Melihat gelagat aneh dan raut wajah yang menyedihkan dari pemuda pasir itu, Kagura kembali berujar.
"Nee ... Namaku memang Kagura aru. Sakata Kagura. Aku sangat yakin bahwa aku tak pernah mengenalmu, jadi ... boleh aku tahu siapa namamu?" tanya gadis itu seraya tersenyum lembut dan mengulurkan tangannya.
Sougo menatap manik Sapphire gadis itu. mencoba mencari celah, siapa tahu gadis itu tengah mengerjainya seperti biasa, tapi nihil. Tidak ada sinar kebohongan di sana. Manik biru cerah itu tetap menatapnya asing.
Tetapi, jika diperhatikan kembali, gadis itu memang sedikit berbada dari gadisnya. Surai Vermillion yang biasa tercepol dua dengan hiasan penutup kepala, kini telah hilang berganti dengan surai panjang yang tergerai. Pakaian khas China berwarna merah gadis itu juga berganti dengan dress hitam selutut. Dan payung yang biasa dia bawa kemana-mana kini telah hilang.
Gadis itu nampak berbeda dengan wajah dan ciri khas yang sama.
Akhirnya, dengan senyuman kecut yang dipaksakan, Sougo menyambut uluran tangan gadis itu.
"Sougo, Okita Sougo." Jawabnya memperkenalkan diri.
"Oki-ta Sou-go ..." Kagura mengeja tiap penggalan kata nama Sougo. Senyuman tipis kembali terukir di wajahnya.
"entah kenapa, mendengarnya membuatku rindu aru." Lirihnya, namun masih dapat tertangkap oleh indera pendengaran Sougo. Manik merah pemuda itu kembali disinari oleh cahaya harapan.
Namun sinar harapan itu kembali sirna ketika Kagura berucap, "Nee, Okita-san, terima kasih karena telah menolongku tadi. Aku harus pergi sekarang. Sekali lagi, terima kasih." Ujarnya seraya membungkuk memberikan salam perpisahan dan berlalu meninggalkan Sougo.
Sougo beralih menatap ke arah Kagura yang tengah berjalan menuju sebuah pusara besar di sudut area pemakaman.
"Sakata, kah?" gumamnya. "Aku akan menyelidikannya." Lanjutnya seraya tersenyum kecut.
Untuk kali ini, Sougo berharap bahwa gadis tadi adalah gadisnya. Yato Kagura-nya, yang menghilang tiga tahun yang lalu. Walaupun harapan itu sangatlah tipis.
Tidak ada salahnya untuk berharap, bukan?
.
.
.
end
.
Hai ... perkenalkan, aku Aya. Author baru di sini. Ini adalah fic pertamaku di dunia FFN dan fandom Gintama. Mohon maaf jika cerita ini rada Gaje dan OOC. Aya lagi belajar untuk membuat sebuah cerita hehehe ...
Jadi, Aya sangat mengharapkan kritikan dan masukan dari para senpai dan reader sekalian.
Salam kenal dan mohon bimbingannya ya semua.
Salam hangat,
Aya Ryuuzawa.
