Disclaimer: Vocaloid © Yamaha Corporation. Tidak ada keuntungan material apapun yang saya dapat dari pembuatan fanfiksi ini.

Warning: BukaLapak!AU, bahasa tidak baku, typo(s).

Summary: Len tidak menyangka akan ditelepon oleh orang segaptek dan se-random Rin.

Derita Ngiklan di TutupLapak oleh reycchi
untuk keumcchi (#HBDkeumCCHINCAY)


.

.

.

Nada dering masih bergelayut di ponsel yang dipegang seorang gadis bersurai kuning tepat di depan telinganya. Gadis itu sedang menunggu seseorang di ujung sana mengangkat telepon, rupanya. Seseorang di ujung sana itu, tidak lain dan tidak bukan, adalah—

"Halo?"

—seorang penjual laptop yang iklannya si gadis lihat di salah satu situs iklan terbesar di Indonesia.

TutupLapak.

Sang gadis berdeham pelan sebelum merespons, "Halo? Mas Len, ya?"

"Iya, benar. Ini siapa, ya?"

"Nama saya Rin, kebetulan saya lihat iklan jualan Masnya di TutupLapak."

"Ooh ... iya, iya. Gimana, Mbak?"

"Iya ... jadi saya ini lagi mau beli laptop bekas."

"Iya, iya."

"Cuma saya rada gaptek, jadi saya mau nanya-nanya banyak ke Masnya. Gak apa-apa, Mas?"

"Eh, saya sih nggak apa-apa Mbak, tapi pulsa Mbaknya?"

"Lagi ada gratisan seratus menit kok, Mas."

"Oh, oke. Silakan, Mbak, silakan."

Rin menghela napas lega. Untung saja orang yang ia telepon kali ini baik hati sehingga tidak keberatan meluangkan waktunya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan Rin yang ... sebagian besar tidak lazim. "Pertama merk nih, Mas. Merk laptop yang Masnya jual di TutupLapak apa, ya?"

"Laptop saya merknya Lenyovo, Mbak, tipe G400s. Warnanya item terus ukurannya empat belas inci. Info ini sih bisa dibaca di situs TutupLapaknya, 'kan?"

"Oh, bener juga." Rin menggaruk kepalanya dengan tangan kiri sambil menggeser kursor laptop-nya dengan tangan kanan. Ponselnya ia jepit di antara telinga dan pundak kiri, berusaha tetap fokus kepada obrolan sambil memerhatikan iklan laptop milik pemuda bernama Len itu. "Lanjut ya Mas, saya sambil lihat iklannya ini. Kalo USB tiga lubang itu maksudnya gimana?"

"Yaa, buat nyolok USB-nya cuma tiga lubang, Mbak, satu di kanan, dua di kiri."

Spontan Rin mengerutkan dahi. "Nyolok USB? USB itu yang kayak gimana, ya?"

"Itu loh, Mbak, kayak kabel mouse, terus flashdisk, hardisk eksternal juga, yang bentuk colokannya persegi panjang gitu."

"Oalah, colokan flashdisk! Bilang dong, Mas, dari tadi!"

"Yah, saya kan gak tau Mbaknya paham dan gak paham di bagian mana."

"Hmm ... bener juga, sih."

"Ada lagi, Mbak?"

"Ada! Ada!" Rin kembali mengerutkan dahinya. "Ini Incel Core i3 maksudnya apa ya, Mas?"

"Itu prosesornya, Mbak. Kalo yang bukan praktisi IT biasanya emang gak paham, sih. Pokoknya i3 itu cukup buat sekadar penggunaan aplikasi standar kayak Word dan kawan-kawannya, aplikasi desain, sama game-game ringan. Kalo buat dipake main Simz 4 mah, mending jangan, Mbak."

Rin tertawa pelan. "Ih, Masnya tau aja saya mau install Simz 4!"

"Insting, Mbak, insting."

"Jadi saya gak boleh install Simz 4?"

"Boleh aja, Mbak, tapi jangan dimainin."

"Sama aja bohong atuh, Mas."

"Kan tadi nanyanya boleh install atau nggak, Mbak, ya boleh aja kalo mau install, mah."

"Iya deh, saya yang salah nanya. Boleh saya nanya yang lain lagi, Mas?"

"Silakan."

Helaan napas pelan keluar dari mulut Rin. Gadis itu kembali bertanya, "Kalo accutype keyboard itu apa, Mas?"

"Itu jenis keyboard-nya, Mbak. Kalo mau lebih jelas sih, Mbak gugling aja. Susah saya ngejelasinnya kalo di telepon mah, mendingan Mbak liat langsung."

"Cuma jenis keyboard aja? Enak dipake ngetik gak?"

"Kalo kata saya enak sih, Mbak, gak berisik dan gak keras."

"Mantap, lah. Lanjut ya, Mas?"

"Silakan, Mbak."

"Kalo ... HDMI dan RGB itu apa, Mas?"

"Itu sambungan buat layar eksternal gitu, Mbak. Kalo HDMI itu biasanya buat disambungin ke TV, kalo RGB itu disambungin ke proyektor. Eh, RGB juga ada sih, di TV. Pokoknya buat nyambungin ke layar lain deh, Mbak. Mbak tahu kan kalo orang presentasi suka ada layar yang isinya Powerpoint gitu? Nah, itu pake HDMI atau RGB, Mbak."

Mulut Rin spontan membentuk huruf O. "Colokan proyektor ya, Mas?"

"Iya, gitu simpelnya."

"Hoo ... sip, sip. Kalo webcam itu apa, Mas?"

"Buat selfie atau ngobrol lewat Skayp kalo di laptop loh, Mbaaak. Kamera laptop."

"Eh? Emangnya di laptop bisa selfie?"

"Bisa dong, Mbak. Mbaknya ke mana aja emang?"

Tiba-tiba mode jayus Rin muncul. "Saya sih, rumah-kantor-rumah-kantor aja, Mas. Hehe."

"... iya, Mbak, oke. Ada lagi yang mau ditanya, gak?"

"Hmm ... ini tuh, banyak istilah yang saya gak ngerti, tapi saya mau nanyanya juga bingung gimana. Ada saran gak Mas, bagusnya gimana?"

"Dibandingin sama laptop Mbak yang sebelumnya aja, sih. Mbak lihat dulu spesifikasinya apa aja, terus bandingin sama spesifikasi laptop saya yang udah saya tulis lengkap di iklan saya. Kalo dirasa spesifikasi laptop saya dengan harganya cocok, baru deh, Mbak beli laptop-nya."

Rin, lagi-lagi, mengerutkan dahi. Bisa-bisa gadis itu keriput di ujung telepon jika terus-terusan mengerutkan dahi hanya karena sepotong kalimat dari lawan bicaranya. "Mas gak perlu ngajarin saya cara pake TutupLapak, saya udah ngerti, kok."

"Iya, Mbak, saya cuma jelasin cara beli laptop yang baik, benar, dan efektif. Saya sering kayak gitu soalnya, dan syukurnya, saya selalu dapat laptop yang tidak merugikan saya."

"Oh, gitu. Emang ada yang suka merugikan Masnya? Mantan, ya?"

"Tolong jangan membahas ke arah sana, Mbak, saya bahkan gak kenal Mbak tapi ini rasanya sakit ya, disinggung begitu."

"Ehe, maaf, Mas, saya cuma bercanda. Saya juga punya mantan kok, lima orang. Yang satu putus gara-gara dianya selingkuh, padahal saya sebegini perhatiannya loh sama dia. Yang dua putus gara-gara dia pindah ke luar negeri terus hilang kontak, pas dia balik, eh, dia malah ngajak putus bukannya ngasih cincin kawin. Yang tiga putus gara-gara dianya psycho. Yang empat—"

"Mbak, maaf motong, tapi kayaknya itu urusan pribadi yang saya gak perlu tahu, deh. Saya bahkan nggak kenal Mbaknya, buat apa Mbak cerita soal ... ehem, mantan, yang belum tentu juga saya kenal?"

Rin menepuk dahinya pelan. Keceplosan! "Eh, aduh ... maaf, Mas. Saya suka kelepasan kalo udah bahas, ehem, mantan. Rasanya asyik aja gitu ngacoblak soal mantan ke orang yang gak dikenal, salah satu cara buat mengakrabkan diri, gitu, hehe."

"Ngacoblak itu apa, Mbak?"

"Ngomong, Mas, ngomong."

"Saya udah ngomong ini, Mbak."

Rin terkekeh. "Maksud saya, ngacoblak itu artinya ngomong, Mas."

"Oh. Hehe, jadi saya yang salah tangkep, nih."

Lagi, Rin dilanda kebingungan. "Eh? Masnya lagi mancing?"

"Lah? Kenapa jadi mancing?"

"Tadi bilang salah tangkep, 'kan? Emangnya yang ketangkep apa? Teri?"

"... maksud saya, saya salah tangkep maksud kalimat Mbak."

"Ooh ... saya juga salah tangkep, Mas, hehe."

"Mbaknya gak lagi mancing, 'kan?"

"Nggak, Mas. Saya lagi duduk di teras rumah saya, hehe."

"Oh, hehe, iya."

"Hehe."

"..."

"..."

"..."

"Jadi gimana, Mbak? Jadi beli laptop saya? Udah bonus tas laptop juga, loh."

"Oh iya, lupa. Tapi saya belum ngebandingin spesifa ... spesiki ... spes—"

"Spesifikasi, Mbak."

Telunjuk tangan kanan Rin spontan terangkat ke atas. "Nah, itu. Saya belum ngebandingin."

"Kalo gitu gini deh, merk dan nomor seri laptop Mbak yang sebelumnya apa?"

"Eh ... bisa tahu darimana ya, Mas?"

"Ambil laptop-nya coba."

Rin menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Gak ada, Mas ..."

"Kok bisa gak ada? Udah dijual duluan?"

"Bukan, Mas, saya gak punya ..."

"... gak punya?"

"Iya, ini saya mau beli laptop buat yang pertama kalinya, makanya gaptek begini, gak ngerti apa-apa."

"..."

"Mas?"

"Harusnya Mbak bilang dong dari awal, jadi saya nggak ngomong panjang-lebar gak guna begini."

"Eh? Guna kok, Mas!"

"Emang Mbaknya ngerti saya ngomongin apa dari tadi?"

"Nggak juga, sih ..."

"Ya udah! Besok kita ketemu aja Mbak, saya jelasin semuanya. Mbak domisili di mana?"

"Di Rodadung, Mas."

"Sama, saya juga Rodadung. Rodadung mananya?"

"Saya di Kecilbage."

"Saya di Pojokberung. Gimana kalo ketemuan di restoran yang ada di sekitar daerah rumah Mbak aja? Saya yang nyamper ke sana deh, saya yang butuh duit soalnya."

"Ih, Masnya pengertian banget! Pingin saya pacarin, deh!"

"... Mbak, meski saya emang lagi jomblo, saya gak akan langsung nembak Mbak gara-gara ini, ya."

"Hehe, bercanda, Mas."

"Ya udah. Besok siang ya Mbak, jam sebelas. Nanti saya kabarin lagi pas saya udah nyampe di sana. Jangan sampe lupa Mbak, sayang laptop-nya."

"Iya, iya, makasih banyak, Mas."

"Sama-sama."

Lalu telepon ditutup, tentunya oleh pihak penjual yang sepertinya sudah tidak tahan dengan kecerewetan Rin yang tiada duanya. Rin juga heran mengapa ia bisa secerewet itu terhadap orang baru, orang baru yang akan ia beli pula barangnya, bukan orang baru sembarangan! Bagaimana kalau akibat dari kekesalan Len terhadap Rin adalah ... Len membatalkan transaksi mereka?!

Rin jadi was-was.

.

.

.

Singkat cerita, akhirnya Rin membeli laptop Len, tanpa negosiasi berarti. Harga sesuai dengan keinginan keduanya, yaitu sama dengan yang tertera di TutupLapak.

Sayangnya, mereka tidak kunjung pacaran.

.

.

.

FIN?


A/N.

#HBDkeumCCHINCAY #HBDKeumcchi #hbdkeumCCHIMOL #HBDRifina #HBDIpin

SELAMAT ULANG TAHUN SI RECEH NAN MASO RIFINA! Semoga kamu senantiasa dapat mengambil segala sisi positif di dalam suatu kejadian! Semoga kamu senantiasa dapat menyikapi segala macam kejadian dengan ke'adem'an yang kamu miliki! Semoga "kebanyakan mikir" yang kamu punya di otak itu berkurang! Semoga kamu makin jago gambar dan ngedesain—dan semakin semangat ngemaso! Selamat kepala dua!

Fanfiksi ini aku dedikasikan kepada kamu yang doyan lagu BukaLapak—informasi ini didapatkan dari Saudari siucchi—dan sedang berulang tahun hari ini! Semoga fanfiksi receh nan geje ini cukup menghibur harimu, ya! Maafin aku yang sengaja gak ngucapin karena mau ngucapin lewat sini ... :"D

Untuk semua yang membaca tulisan ini, mohon maafkan kegejean tersirat saya di dalam fanfiksi ini. Mungkin kalian kecewa karena fanfiksi ini kelewat random, tapi apa daya, random itu menyenangkan. Semoga kalian menikmati tulisan ini selayaknya aku menikmati proses penulisannya. XD

Akhir kata, ditunggu komentarnya!