Tittle : Pearls of Namstar (Chap 1)

Main Cast : Kim Sunggyu

Other Cast : Nam Woohyun, Kim Myungsoo, and other

Entah kenapa akhir akhir ini sering baca ff yang bergenre sekolah dan friendship. Kepingin juga buat untuk versi Woogyu. Mungkin karna saya merindukan masa masa SMA yang sudah seabad lalu saya lewati, kkk~. Judulnya agak aneh, biarin deh. Minim ide soalnya -_-

Happy reading ^^

Author POV

Memasuki musim gugur, suhu udara di Korea Selatan semakin menurun menuju angka minus derajat celcius. Angin musim gugur berhembus, menerbangkan daun daun dari pohon pohon mapple yang mulai melepaskan diri dari batang pohonnya. Dan jangan tanyakan dinginnya cuaca di pagi ini. Daun daun mapple yang berguguran berkumpul di tanah menunggu angin yang datang untuk menerbangkan mereka kembali.

Wuussshhh, tak perlu menunggu lama ternyata karena gerakan cepat seorang pemuda manis bermata hampir satu garis membuat daun daun mapple tersebut berterbangan kembali ke udara. Dilihat dari tingkat kecepatan langkah pemuda tersebut serta angin yang tercipta saat ia melintas dapat dipastikan pemuda tersebut sedang dalam keadaan terburu buru.

"Aku terlambaaaaaatttt" seru pemuda tersebut tanpa mengurangi kecepatan pada langkah kakinya. Sebenarnya pemuda manis tersebut sangat tidak suka olahraga, hanya saat ini situasi sedang dalam keadaan mendesak dan memaksanya untuk mengerahkan seluruh tenaga agar ia bisa datang tepat waktu di hari pertama sekolahnya setelah liburan semester berakhir.

Melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, pemuda manis tersebut semakin cemas. Lima menit lagi dan ia akan benar benar dinyatakan terlambat, bayangan hukuman yang akan diterimanya menari menari dalam benaknya membuatnya semakin ingin menangis.

Hosh hosh, tempo nafasnya cepat dan tak beraturan karena pasokan udara yang semakin menipis. Dari kejauhan ia dapat melihat gerbang sekolahnya yang menjulang tinggi, ia tersenyum penuh kemenangan dan berusaha menambah kecepatan berlarinya.

"Andwae, andwaeeeee" mata sipit pemuda itu berusaha membesar saat gerbang tinggi sekolahnya perlahan lahan menutup.

Kreekkk..

"Sukjin ahjussi, tungguuuu!" ia berteriak dengan suara parau yang hampir habis, jaraknya dengan gerbang itu hanya tinggal sepuluh meter..

Kreekkk,

Kreekkk,

Dan blaammm, pintu gerbang itu menutup sempurna disertai tawa menyeringai sang ahjussi penjaga pintu.

"Hahh, haahh" terlambat, dua detik setelah pintu tertutup, pemuda manis itu tiba dan mengatur nafasnya yang semakin terengah engah. Hanya dua detik, namun ia resmi dinyatakan terlambat bersama beberapa murid yang berlari di belakangnya.

"Kau terlambat Sunggyu yah! Kudengar guru kedispilinan yang baru datang itu senang menggantung murid yang terlambat di tiang bendera" ucap Sukjin dengan sedikit seringaian pada wajah paruh bayanya.

Sunggyu mendongak dan sedikit memanyunkan bibirnya. Ia sangat sebal pada ahjussi penjaga gerbang sekolah itu yang terlihat senang sekali membuatnya dihukum guru kedisiplinan.

"Aku hanya terlambat dua detik, Ahjussi!" Sunggyu merenggut dengan nada suara hampir menangis. Namun tak membuat pria paruh baya dihadapannya luluh apalagi membukakan pintu tersebut untuknya.

"Dua detik juga waktu bodoh, dan jangan pasang wajah sok imut itu. Kau bisa membuat hari seninku bertambah buruk!" sebal, rasanya Sunggyu ingin melempar sepatunya pada pria yang selalu menganggapnya musuh tersebut, namun ia merasa itu sia sia dan memilih tak mengorbankan sepatunya hanya untuk menambah masalah dengan Sukjin ahjussi.

Splaaasshhh, sebuah mobil mewah melintas di hadapan Sunggyu, dan menyemburkan genangan air yang ada di dekatnya menambah kesialan Sunggyu di senin pagi itu. Oh great, cipratan itu membuat celana Sunggyu basah sempurna.

"Yak! Kau tak punya mata?" Sunggyu berusaha membersihkan celananya yang sudah terlanjur basah karena menjadi korban cipratan mobil mewah. Kaca mobil bagian belakang terbuka dan menampakkan wajah seorang pemuda yang tak kalah manis dari Sunggyu, pemuda bermata kucing itu memicingkan matanya dan menyeringai kepada Sunggyu.

"Mianhae Sunggyu yah, supir pribadiku baru lagi dan dia sangat suka mengebut!" dengan santai pemuda bermata kucing itu menjawab teriakan Sunggyu. Huh, lagi lagi dia pamer soal ajudannya yang baru, entah ada berapa pembantu yang dimilikinya, Sunggyu hanya menganggap mereka kumpulan orang orang bodoh yang dipekerjakan Key, -pemuda bermata kucing tersebut.

"Sudahlah.." akhirnya Sunggyu menjauh karena tak mau mencari masalah dengan Key.

"Hei, Ahjussi. Bukakan pintunya untukku!" kali ini Key yang berteriak pada Sukjin. Dan Sunggyu ingin sekali mencekik ahjussi menyebalkan itu karena dengan mudahnya menuruti perintah Key yang menyuruhnya membukakan pintu gerbang.

"Hai anak manis, kenapa terlambat? Cepat masuk, guru kedisiplinan yang baru itu suka mencari masalah dengan muridnya" Oh oh, lihat muka ahjussi itu. Baru saja ia melihat Sunggyu dengan tatapan garang dan ganas namun raut wajah itu berubah 180 derajat saat menyapa Key, membuat Sunggyu mual karena melihat sikap penjilatnya, dasar kakek tua menyebalkan, batin Sunggyu.

"Ahjussi.. kenapa kau membiarkan Key masuk, sedangkan aku tidak" Sunggyu kembali mendekati gerbang sekolah tersebut setelah mobil Key masuk kedalamnya.

"Karena dia manis, sedangkan kau sama sekali tidak manis" jawab Sukjin dengan santai.

"iissshh, dasar mesum!" gumam Sunggyu, "Apa katamu?"

Sunngyu menampakkan senyum lima jarinya dan berjalan mundur. Ia hanya bisa pasrah dan menunggu hukuman apa yang kira kira akan diberikan guru kedisiplinan –yang menurut Sukjin senang menggantung murid yang terlambat- itu kepadanya.

Kreekk, pintu gerbang kembali terbuka dan kali ini seorang pria kisaran umur 30 tahun keluar dengan tampang datar memandang ke arah sekumpulan murid yang terlambat di depan pintu gerbang. Sunggyu baru pertama kali melihat pria tersebut, apa dia guru kedisplinan yang baru itu. Entahlah, wajahnya memang menyebalkan tapi sepertinya dia bukan tipe orang yang tega menyuruh murid murid yang sudah berlari jauh karena kesiangan sepertinya dengan menggantung mereka di tiang bendera.

Ia kembali memandang ke arah murid murid itu seperti melihat sekumpulan kuman.. eerggh, dan itu semakin membuatnya semakin menyebalkan di mata Sunggyu.

"Kaliaaann. Lari keliling sekolah 30 kali" teriaknya lantang.

Dan dalam hitungan detik, Sunggyu menarik kembali kata katanya mengenai orang itu bukan orang yang kejam. Dia lebih dari sekedar kejam.

. . .

Sunggyu berjalan pelan dengan menarik tasnya. Jam pelajaran pertama telah berakhir bersamaan dengannya yang telah menyelesaikan hukuman mematikan itu. Dan kini penampilan Sunggyu tak bisa dikatakan baik lagi. Celana kotor karena tersiram genangan air, kemeja lusuh dan basah akibat berlari keliling sekolah 30 kali dan wajah memerah penuh peluh karena kelelahan.

Bruukkk, Sunggyu menjatuhkan tubuhnya pasrah setelah tiba di kursinya. Ia semakin tak bersemangat karena baru saja melewatkan mata pelajaran kesenian yang sangat disukainya, padahal ia ingin skali menunjukkan sketsa lukisan yang baru dibuatnya pada guru kesenian tersebut.

"Ooii, kau kenapa Gyu? Seperti habis bercinta saja" suara melengking Sungyeol menambah kekesalan Sunggyu pagi ini. Entah kenapa, ia bisa satu bangku dengan murid semesum pria dengan tinggi seperti tiang listrik itu.

"Jangan mengangguku Yeol, aku butuh ketenangan!" sahut Sunggyu, kemudian menelungkupkan kepala di meja, ia benar benar kelelahan..

"Hahaha, sensitif sekali seperti perempuan yang sedang kedatangan tamu bulanan" kali ini ucapan Sungyeol diikuti lemparan buku dari Sunggyu.

"Waahh, kereenn"

"Tidak, dia tampan sekali. Oh tuhann, mataku sakit terkena silau pesonanya?"

"Kurasa banyak yang akan patah hati kalau Myungsoo sudah memiliki kekasih?"

"Jinjja, aku akan berhenti sekolah jika itu terjadi"

Sekumpulan yeoja yang merupakan teman satu kelas dengan Sunggyu, berkumpul di depan jendela kaca sambil memandang keluar jendela memperhatikan lapangan soccer dan berbicara heboh satu sama lain. Tunggu.. mereka menyebutkan Myungsoo! Seketika Sunggyu menegakkan tubuh lesunya seperti mendapatkan energi baru, ia bergerak pindah bangku dekat jendela dan memandang ke arah yang sama dengan yeoja yeoja itu.

Di lapangan sana, kelompok soccer sekolah sedang berlatih. Myungsoo, pria tampan dengan handband berwarna kuning yang menegaskan kalau dia adalah ketua team tersebut terlihat berlari membawa bola di kaki jenjangnya menuju gawang lawan. Dengan gerakan lincah ia berhasil melewati dua orang lawan yang mencoba melakukan sliding tackle, dan kembali berlari menuju gawang di hadapannya. Saat jarak semakin tipis, satu tendangan kuat dilakukannya dan bola tersebut melayang dengan indah, kemudian..

Blassshh, bola tersebut menjadi gol cantik yang dibuatnya setelah gagal ditangkap kiper lawan. Sorak sorai kembali menggema oleh murid murid yang sudah berkumpul di pinggir lapangan, mungkin kelas mereka sedang kosong jam pelajaran hingga memenuhi lapangan untuk menonton latihan sang kapten sekolah. Beberapa cheerleader bahkan telah berkumpul dan melakukan gerakan gerakan mereka, ck.. ini bukan pertandingan resmi kenapa mereka susah payah memakai rok pendek itu seolah mencari perhatian Myungsoo?

Sunggyu merasakan pipinya memerah, kenapa ia harus kesal dengan ulah para cheerleader itu. Ohh ayolaah, ini sangat memalukan. Tapi Sunggyu tak dapat menolak pesona dari seorang Kim Myungsoo. Bahkan saat Myungsoo mengibaskan poni hitamnya yang sedikit basah karena peluh, itu seperti gerakan slow motion di mata Sunggyu dan membuat jantung Sunggyu berdetak dua kali lebih kencang.

"Pipimu memerah Gyu?" Sungyeol kini di sebelah Sunggyu dan menusuk nusuk pipi chubby Sunggyu menggunakan telunjuknya.

"Tampan.." ucap Sunggyu tanpa sadar masih dengan memandang Myungsoo di lapangan soccer.

"Siapa? Aku tampan, aigoo kenapa kau baru menyadarinya sih!" Sungyeol benar benar percaya diri karena mengira Sunggyu berbicara padanya.

"Iisshh, bukan kau Yeol. Tapi Myungsoo sunbae!" kesal Sunggyu namun tak mengalihkan pandangannya dari pemandangan indah di lapangan.

"Ck, apa hebatnya sih dia? Aku jauh lebih tampan!"

"Kau bercanda, tak ada yang dapat mengalahkan pesona Myungsoo sunbae!" Sunggyu kini meletakkan dagunya di kedua tangan yang ia tungkup. Terdengar decakan sebal dari Sungyeol.

"Anak orang kaya manja"

"Yeol kau benar benar berisik. Dan kuberitahu satu hal, dia sama sekali tak manja. Aku tau itu karena dia berteman baik dengan Dongwoo Hyung!"

"Kakak sepupumu yang mesum itu?"

"Kau jauh lebih mesum Yeol!"

"Aarrgh terserah. Daripada mengejar cinta kapten sepakbola yang tak jelas itu lebih baik kau menerima cintaku saja. Bagaimana Gyu, hm hm?" Sungyeol mendekatkan wajahnya ke wajah Sunggyu sambil menaikturunkan kedua alisnya. Sunggyu terdiam melihat kelakuan Sungyeol, kemudian menghela nafas panjang sebelum akhirnya beranjak meninggalkan pria jangkung itu setelah memberi sebuah jitakan di keningnya.

. . .

Hari pertama sekolah, tetapi murid murid Namstar High School sudah dihadapkan dengan jam belajar malam. Kini tepat pukul sembilan malam, jam pelajaran terakhir baru saja dilewatkan Sunggyu. Dengan lesu ia memasukkan buku buku pelajaran dalam tasnya, kemudian berjalan keluar kelas untuk segera pulang. Perutnya berbunyi tak karuan, ia ingin segera pulang dan makan malam bersama ayahnya.

Sunyi dan gelap, Sunggyu bahkan ragu untuk berjalan pulang. Ia sedikit menyesal menolak ajakan Sungyeol untuk pulang bersama menggunakan motornya.

"Kau sendirian?" sebuah tepukan pelan Sunggyu rasakan, ia menoleh ke belakang untuk melihat orang yang menyapanya dan sedikit terkejut saat mendapati Myungsoo yang ternyata menganggunya. Mengganggu? Ini sebuah keajaiban ia bisa sedekat ini dengan orang yang dikaguminya. Terima kasih Tuhan, batin Sunggyu sembari tersenyum senyum tak jelas.

Myungsoo terkekeh melihat Sunggyu yang tersenyum senyum tak jelas sambil melihat ke arah langit malam.

"Kau baik baik saja? Kurasa ada yang salah dengan senyumanmu?" tanya Myungsoo hanya sekedar memastikan orang di hadapannya dalam kondisi baik baik saja.

"Ehmm, M-Myungsoo s-sunbae, kau juga baru pulang?"

Myungsoo mengangguk.

"Aku baru saja selesai rapat dengan teamku membahas strategi untuk pertandingan antar kota nanti"

Kali ini Sunggyu yang mengangguk, jujur ia merasa bingung bagaimana membuat percakapan dengan sunbae di hadapannya. Lidahnya terasa kelu, belum lagi paras tampan Myungsoo benar benar menghipnotis Sunggyu hingga tanpa sadar Sunggyu memperhatikan Myungsoo lama seperti orang bodoh.

"Mau kuantar pulang?"

"Nde? akh tidak usah sunbae. Nanti kau terlalu malam sampai rumah kalau mengantarku dulu" mati saja kau Kim Sunggyu, kenapa melewatkan sebuah kesempatan emas yang jarang hadir dalam hidupmu?

"Kalau begitu aku duluan. Hati hati di jalan ya Gyu. Anyeong" Myungsoo melambaikan tangannya dan berjalan menuju sebuah mobil berwarna hitam yang sudah menunggunya. Sunggyu membalas lambaian tangan Myungsoo dengan tatapan kosong, kemudian membenturkan kepalanya berulang kali pada dinding gerbang sekolah merutuki kebodohannya.

"Dasar gila"gumam Sukjin yang tak sengaja melintas dan melihat adegan pembenturan kepala Sunggyu.

. . .

"Ayah, kau tau siapa penghuni rumah besar yang ada di perempatan jalan" Sunggyu tengah menikmati makan malam bersama ayahnya. Ia hanya tinggal berdua dengan ayahnya –yang menurut Sunggyu sedikit konyol- karena ia memang anak tunggal dan ibunya sudah meninggal sejak Sunggyu berusia sepuluh tahun.

"Rumah besar bercat putih itu?"

Sunggyu mengangguk, kemudian menyeruput sup ayamnya.

"Entahlah, mereka baru saja pindah seminggu yang lalu. Aku belum begitu mengenal mereka. Memangnya kenapa? Apa ada wanita cantik disana?" tanya Ayah Sunggyu dengan mata berbinar. Sunggyu terlihat komat kamit dengan bibir tipisnya, dan Ayah Sunggyu bersumpah kalau itu terdengar seperti sebuah kutukan.

"Hehehe, aku hanya bercanda Sayang. Tak mungkin aku mengkhianati ibumu" ucapnya dengan kikuk setelah mendapat deathglare dari Sunggyu.

"Bukan wanita cantik yang kulihat, tapi aku rasa rumah itu ada hantunya"

"Ckck, harusnya aku tak membiarkan Dongwoo meracunimu dengan koleksi film horornya!"

"Aku serius Ayah! Sewaktu berjalan pulang tadi, saat melewati rumah itu, aku mendengar suara dentingan piano. Dan lagu yang dimainkan seperti lagu lagu di pemakaman, benar benar membuatku merinding" Sunggyu bergidik ketika teringat kembali lagu yang ia dengar saat melintasi rumah besar itu. Selama ini rumah itu selalu terlihat kosong, dan tak pernah menampakkan tanda tanda kehidupan.

"Kau terlalu banyak berkhayal. Carilah kekasih agar kau tak pulang sendirian lagi" Sunggyu kembali komat kamit setelah mendengar celetukan Ayahnya.

"Apa hubungannya kekasih dengan rumah horor itu?" gumamnya.

"Aku selesai, kau yang cuci piring ya. Aku mau tidur cepat, besok harus berangkat lebih awal. Dan kau.. jangan terlambat lagi" Ayah Sunggyu menunjuk putranya dengan sendok yang ia genggam kemudian beranjak dari duduknya.

"Yak, aku tak akan terlambat kalau Ayah tak memasukkan jam wekerku ke bak kamar mandi" teriaknya namun hanya membuat sang Ayah terkikik geli dan masuk ke dalam kamarnya.

"Tuhann, bisakah kau kirimkan Ayah lain yang lebih normal darinya?" keluh Sunggyu.

. . .

Pagi itu keadaan sekolah tak seperti biasanya, lebih ramai dan lebih banyak orang berkumpul di pelataran parkir. Sunggyu yang hari ini tak datang terlambat terlihat keheranan dengan kumpulan orang tersebut dan berjalan menuju sumber keramaian. Setelah mendekat ia dapat melihat sebuah mobil Lamborghini merah terparkir sempurna di atas lapangan lahan parkir tersebut dengan sebuah mobil hitam yang mengikuti di sebelahnya. Ada apa dengan mobil itu? Itu memang mobil mewah, tapi Sunggyu rasa bukan hal itu yang menyebabkan kerumunan yang lebih didominasi yeoja ini berkumpul. Sunggyu semakin melangkah mendekat, saat jaraknya semakin dekat, pintu mobil Lamborghini terbuka ke atas dan seorang pemuda keluar dari mobil tersebut.

Pemuda tampan dengan rambut hitam dan kacamata hitam yang menghiasi matanya. Dari mobil hitam di sebelahnya keluar dua pria berjas hitam pula yang menggunakan earphone. Gelagat mereka seperti bodyguard yang melindungi pria tampan berkacamata hitam itu.

"Omo, Nam Woohyun semakin tampan saja!" teriak seorang yeoja yang berada disebelah Sunggyu.

Siapa Nam Woohyun? Rasanya Sunggyu tak asing dengan nama itu, ia berusaha membuat otaknya bekerja mengingat sebuah nama yang sudah hampir diingatnya. Namun ia menyerah, ia mecolek pundak yeoja yang berteriak itu dan dihadiahi tatapan mendelik yang diselingi gerakan mulut 'apa' pada Sunggyu.

"Siapa Nam Woohyun?" tanya Sunggyu dengan setengah berteriak keras karena suara teriakan teriakan para penggemar Woohyun masih membahana di pelataran parkir tersebut.

"Kau bodoh atau apa sih? Woohyun itu cucu pemilik sekolah ini. Aigoo, Sunggyu yah kau pantas dicoret dari daftar murid sekolah ini!"

Sunggyu mencibir, akhirnya ia ingat dengan artikel dari internet yang pernah diperlihatkan Sungyeol mengenai pemilik Namstar High School yang memiliki seorang cucu dan kini tengah bersekolah di London. Ia seangkatan dengan Myungsoo sunbae dan Dongwoo hyung.

Lalu kenapa ia kembali di tahun terakhir sekolahnya? Bukankah lebih baik tetap disana dan melanjutkan kuliah di negara yang terkenal dengan universitas terbaiknya itu. Sunggyu mengendikkan bahunya, tak mau tahu lebih banyak lagi. Ia berjalan menjauhi kerumunan, namun seseorang menabraknya hingga Sunggyu terjatuh tak elegan dengan bokong menyentuh tanah terlebih dahulu.

"Aww" Sunggyu meringis dan semakin kesal saat mendapati Key dan para 'partner in crime'nya, Hoya dan Kwanghee berdiri dengan angkuh di hadapan Sunggyu.

"Kalau jalan lihat lihat!" teriak Sunggyu, adegan Key yang membuat Sunggyu terjatuh membuat perhatian para yeoja penggemar Woohyun teralihkan sejenak kepada Sunggyu. Termasuk sang bintang utama, Woohyun melepaskan kacamata hitamnya dan memandang ke arah pemuda manis yang masih mengelus bokongnya tersebut.

"Kau melihat sesuatu Kwanghee yah?" tanya Hoya santai.

"Tidak, tapi aku melihat hamster besar dan gemuk baru saja terjatuh" Kwanghee tersenyum melecehkan ke arah Sunggyu diikuti gelak tawa audience yang setia menonton acara pembullyan gratis di pagi hari tersebut.

Key berjalan mendekati Woohyun dan menyikut bahu Sunggyu saat melewatinya. Sunggyu berdecak tak percaya.

"Dasar kumpulan orang bodoh tak berguna!" umpatnya kemudian berjalan menjauhi kerumunan tersebut sambil terus mengelus bokongnya yang masih terasa sakit. Kepergian Sunggyu diikuti manik mata Woohyun, pria tampan itu memicingkan matanya sambil menatap terus ke arah Sunggyu yang telah pergi menjauh.

"Hyuuunnn, lama tak jumpa. Aku merindukanmu" ucap Key dengan manja. Namun Woohyun terlihat tak peduli, ia kembali memakai kacamata hitamnya dan berjalan menuju ke dalam bangunan sekolah diiringi dua bodyguard yang setia mengikutinya dan para fans yang terus meneriakkan namanya.

"Ck, ternyata dia masih menyebalkan" keluh Key.

. . .

"Terus terang saja, apa yang membuatmu memanggilku setelah bertahun tahun membuangku ke London" Woohyun, pemuda tampan yang berstatus cucu sang pemilik Namstar High School itu duduk dengan angkuh di hadapan kakeknya. Ia terlihat memasang tampang malas dan enggan memandang ke arah pria tua di hadapannya.

"Sopanlah sedikit, apa ibumu tak pernah mengajarimu sopan santun?"

Woohyun berdecak, ia memutar bola matanya malas semakin enggan memandang ke arah kakeknya.

"Jangan membawa bawa Ibu, aku sudah lama tak berkomunikasi dengannya" jawab Woohyun dengan ketus. Setelah ayahnya meninggal, ibu Woohyun yang merupakan menantu kakeknya menikah kembali dengan pria keturunan Kanada dan menetap di negara tersebut setelah menikah, sedikit terdengar kejam karena ia terlihat seperti menelantarkan putra semata wayangnya. Namun Woohyun sama sekali tak mempermasalahkan hal tersebut karna toh ayahnya sudah lama meninggal. Berbeda dengannya, kakek Woohyun menganggap ibunya sebagai pengkhianat dan mengambil alih hak asuh atas Woohyun. Ia mengirim Woohyun untuk bersekolah ditempatnya dulu bersekolah agar kelak pemuda tampan tersebut dapat meneruskan bisnis keluarga Nam.

Kakek Nam menghela nafas dengan panjang. Bertahun tahun tinggal di London, namun Woohyun masih menganggapnya seperti musuh.

"Baiklah, aku tak akan berbasa basi lagi denganmu. Alasanku memanggilmu kembali tentu saja agar kau bisa segera meneruskan bisnis keluarga sebagai pemilik tunggal Namstar Corp. Aku akan menempatkanmu sebagai presdir menggantikanku, sedangkan aku akan focus dengan sekolah ini.."

"Kau kan tau aku belum menyelesaikan sekolahku?" Woohyun mendelik.

"Hanya tinggal setahun, lanjutkan sekolahmu disini dan setelahnya kau tak perlu kuliah. Aku akan langsung menempatkan posisi presdir dengan namamu.."

"Slalu sesukamu jika berbuat sesuatu! Terserah saja.." Woohyun beranjak dari duduknya, hendak meninggalkan pria tua tersebut saat kata kata kakeknya selanjutnya membuat ia terpaku pada posisinya.

"Dan aku berniat menjodohkanmu dengan anak rekanku.." lanjut sang kakek.

. . .

"Gyuyieee, boleh aku pinjam buku tugasmu?" Sungyeol memaksakan diri melakukan sebuah aegyo dengan mengedipkan matanya berulang kali ketika teringat ia belum mengerjakan tugas yang diberikan guru matematika mereka. Aegyo yang gagal sebenarnya, karena Sunggyu terlihat mual setelah melihat wajah Sungyeol namun tetap memberikan buku catatannya kepada pemuda setinggi Namsan Tower tersebut.

"Kau yang terbaik!" mata Sungyeol berkaca kaca, terlihat sedikit mendramatisir keadaan.

"Euuhhh, menjauh sana!" kesal dengan kelakuan Sungyeol, Sunggyu melayangkan pandangannya ke arah luar jendela. Sepintas penglihatannya menangkap sosok seorang pria yang tengah memperhatikan murid murid yang sedang berlari mengelilingi gedung sekolah. Pria itu, guru baru kedisplinan yang membuat Sunggyu harus berlari sebanyak 30 kali gedung sekolah, dan membuatnya hampir pingsan di hari pertama semester baru.

Ia mendengus, kemudian bertanya kepada Sungyeol.

"Yeol. Kau tau guru itu?" tanya Sunggyu, ia mengarahkan ibu jarinya kepada guru kedisiplinan di bawah sana.

Sungyeol mendongak kemudian memperhatikan arah ibu jari Sunggyu.

"Kim Hee Chul, guru kedisplinan yang baru. Kedengar ia merangkap menjadi wali kelas Key juga" sahut Sungyeol. Sunggyu menautkan kedua alisnya, whoaaa guru baru itu cocok dengan Key! Sama sama menyebalkan, pikirnya.

. . .

Sunggyu menatap makan siangnya tak bersemangat. Sebenarnya menu siang ini cukup menggugah selera hanya saja Sunggyu merasa sangat mengantuk akibat beberapa hari ini tidur larut karena tugas yang terlalu menumpuk. Ia meletakkan kepalanya di atas meja kantin, tidur selama beberapa menit akan sangat membantunya.

"Oi Gyu, semangatlah!" Dongwoo duduk di sebelah Sunggyu dengan membawa nampan makanan, ia tak sendiri, Myungsoo di belakangnya dan duduk tepat di sebelah Dongwoo diringi tatapan kagum para penggemarnya yang ada di kantin sekolah tersebut. Tubuh Sunggyu menegak saat radarnya merasakan kehadiran Myungsoo di dekatnya.

"Oh, Dongwoo Hyung! Aku hanya mengantuk" jawabnya kikuk, Dongwoo tersenyum lebar sambil melirik ke arah Myungsoo yang juga sedang tersenyum.

"Hari ini kau ada kelas malam?" tanya Dongwoo sambil mulai menikmati makan siangnya.

"Ya, selama beberapa hari ke depan aku masih harus mengikuti kelas malam? Wae?"

"Paman Kim mengirimi aku pesan tadi pagi agar mengantarmu pulang jika kau ada kelas malam. Dia bilang kau mulai paranoid dengan hantu!" Sunggyu memutar malas bola matanya, ayahnya terlalu berlebihan.

"Aku hanya sedikit heran dengan rumah besar yang ada di perempatan menuju rumahku!" dengan malas akhirnya Sunggyu mulai memakan nasinya karena perut yang mulai berbunyi.

"Ada apa dengan rumah itu?" kali ini Myungsoo yang bertanya.

Sunggyu menelan makanannya dengan susah payah karena ingin segera menjawab pertanyaan Myungsoo.

"Ehm, setiap kali aku pulang malam, selalu terdengar dentingan piano di rumah itu, Sunbae. Dan herannya hanya di malam hari saja, sedangkan jika siang hari rumah itu selalu kosong!"

Myungsoo mengangguk, dan ucapan yang meluncur dari mulutnya kemudian membuat Sunggyu merasa terbang ke langit ke tujuh.

"Kalau Dongwoo sedang tak bisa mengantarmu, aku bersedia menemanimu pulang" Sunggyu rasanya ingin menangis saat melihat senyuman indah tersebut terpatri di wajah tampan Myungsoo, dan Myungsoo bersedia menemaninya pulang jika ia ada kelas malam? Adakah yang lebih indah dari ini.

"Dia mulai gilanya!" bisik Dongwoo kepada Myungsoo saat Sunggyu masih belum menghilangkan senyum mengerikan dari wajah manisnya sambil menatap penuh cinta ke arah Myungsoo.

"Kau ini.."

. . .

Sunggyu sedang berada di ruangan loker sambil memasang sepatunya saat Key, Hoya dan Kwanghee melintas di depannya.

"Hei Sunggyu yah, kudengar kau makan siang dengan Myungsoo Sunbae siang ini?" tanya Key dengan menyilangkan kedua tangan di dadanya. Sunggyu malas menanggapi mereka dan lebih memilih untuk tak menjawab pertanyaan Key.

"Berhentilah berharap terhadap Myungsoo Sunbae. Kau tak pantas untuknya!" ejek Key kembali namun Sunggyu masih tak bergeming untuk tak menanggapi ocehan Key.

"Dia bisu?" bisik Hoya kepada Kwanghee.

"Bisa jadi, bisa jadi.." Kwanghee menganggukkan kepalanya.

"Atau tuli?" tanya Hoya kembali.

Ck, Sunggyu menghela nafas panjang. Dan melayangkan tatapan yang ia buat seseram mungkin ke arah tiga manusia menyebalkan di hadapannya.

"Berhentilah menganggu orang lain jika kalian tak mau terkena kutukan" ucapnya ketus.

"Aku hanya berkata yang sejujurnya. Kau benar benar tak pantas untuk Myungsoo Sunbae! Kalian bagaikan bumi dan langit yang tak mungkin bersatu" kalimat Key kali ini menohok Sunggyu lebih dalam. Seburuk itukah jika Sunggyu dan Myungsoo dipersatukan? Sunggyu tau, ia dan Myungsoo berasal dari kalangan yang berbeda. Bahkan Sunggyu bisa masuk ke sekolah inipun berkat beasiswa yang didapatnya dengan susah payah, tak seperti Myungsoo, Key dan yang lainnya yang memang berasal dari kalangan atas, dan dapat dengan mudah masuk ke sekolah dengan tarif biaya tinggi ini.

"Bahkan ayahmu yang hanya pekerja kantoran biasa tak mungkin bisa membuatmu sebanding dengan Myungsoo Sunbae" Ok, Key sudah membuat amarah Sunggyu mencapai puncaknya. Ia menggenggam sebelah sepatu yang belum dipasangnya dengan bergetar.

"Jangan bawa bawa ayahku" ujar Sunggyu pelan.

"Wae? Kau malu memiliki ayah yang tak bisa mencari istri lagi setelah lama menduda.." kalimat Key sempat terhenti saat sepatu yang awalnya Sunggyu genggam sudah melayang di udara menuju ke arahnya.

"Berhenti mengoceh Key" bentak Sunggyu.

Key berhasil menghindar dari lemparan sepatu Sunggyu. Namun sepatu tersebut mendarat sempurna di kepala seorang pemuda yang tak sengaja melintas di ruangan loker tersebut. Pemuda tersebut memandang ke arah Sunggyu dengan kening yang memerah disertai tatapan tajam mematikan. Sunggyu menggigit bibir bawahnya, takut.

"Nam Woohyun. . ." ujarnya lirih, sungguh indah. Ia baru saja melempar sepatu ke kepala cucu pemilik Namstar High School, dan Sunggyu tak dapat memastikan apa yang akan terjadi pada hidupnya setelah ini. Sepertinya mati lebih baik. Ia hanya bisa merutuki Key yang kini tengah memasang senyum kepuasan, seolah mendukung jika Woohyun membalas Sunggyu dengan menenggelamkannya di laut Karibia. Tuhan, tolong sentuh aku dengan jemari anugerahmu kali ini, batin Sunggyu ..

TBC

Segini dulu yaa, kalo respon bagus dilanjut, kalo engga tergantung jiwa muda saya masih berkobar atau engga, hehehe. Kamsahamnida ^^