FAMILY (two shoot)

Cast: Ryeowook, Donghae, Sungmin

Rated: T

Genre: Romance

Disclaimer: semua yang ada dalam ff ini adalah fiktif saja.

*selamat membaca*

~o~

Seorang ibu muda tengah menyiapkan sarapan untuk suami dan anaknya. Sang suami bersiap untuk berangkat ke kantor, sedangkan sang anak yang masih berumur enam tahun, bersiap untuk berangkat ke TK yang tak jauh dari rumahnya. Suasana meja makan terasa kaku. Kehidupan mereka memang bisa dibilang harmonis, apalagi didepan anak semata wayangnya itu. Namun, jauh didalam lubuk hati sang istri, dia tidak pernah merasakan adanya cinta dari sang suami kepadanya. Setiap hari suaminya yang bernama Donghae itu selalu menyibukan diri dengan segudang rutinitas di kantor. Sedangkan dia sendiri dengan senang hati memilih mengurus anaknya tercinta yang bernama Dongwook. Dongwook adalah nama yang ia pilih sebagai bukti dari kecintaanya pada sang suami, Donghae dan Ryeowook. Suaminya sama sekali tidak memprotes apapun yang dilakukan istrinya. Baginya, tinggal bersamanya itu sudah cukup. Tidak perlu memberikan sesuatu yang lain.

~o~

Sudah dua hari ini, Donghae tidak pulang kerumah, membuat Ryeowook merasa sangat cemas. Walaupun hal ini menjadi kebiasaan baru dari suaminya. Terkadang, berhari-hari Donghae menginap di kantor. Ryeowook termenung sambil menatap foto pernikahannya yang tergantung indah di dinding ruang tamu. Dongwook baru saja pulang sekolah, lalu memeluk eomma yang sangat ia sayangi.

"emmh… aegya eomma sudah pulang? Bagaimana tadi di sekolah?" tanya Ryeowook sayang.

"eomma... aku menunggu eomma menjemputku, tapi eomma tidak datang" jawab Dongwook merengut manja.

"aiisshh… mianhe sayang, eomma tadi ada keperluan. Emh, besok kan kamu libur, bagaimana kalau seharian ini kita bermain?" tawar Ryeowook.

"bermain? Aku ingin ke Lotte World" teriak Dongwook senang..

"baiklah. Kita kesana ya sekarang…" angguk Ryeowook.

"horeee… eomma, apakah Appa akan ikut?" tanya Dongwook sambil tersenyum senang.

Mendapat pertanyaan dari anak semata wayangnya, membuat Ryeowook tersenyum miris.

"Appa masih sibuk di kantor sayang, kita bersenang-senang berdua saja ya!" kata Ryeowook sambil berlutut dan memegang bahu Dongwook.

"baiklah…" angguk Dongwook.

"sekarang, kamu ganti baju dulu. eomma akan menyiapkan mobil sebentar" perintah Ryeowook.

"baik eomma…" jawab Dongwook sambil berlalu ke kamarnya.

Ryeowook sedikit tertegun. Selama ini, mereka bertiga tidak pernah jalan-jalan bersama. Terkadang hanya Ryeowook dan anaknya, atau Donghae dan Dongwook saja.

Tak berapa lama, mobil Ryeowook meninggalkan rumah untuk menuju tempat bermain paling besar di Korea, Lotte World. Hampir satu jam mereka di perjalanan, dan selama di perjalanan Dongwook tidak hentinya berceloteh tentang kegiatannya di sekolah dan Ryeowook dengan senang hati mendengarkan kata-kata putranya itu.

Akhirnya mereka sampai di Lotte World. Mereka berdua menghabiskan waktunya disana. Ryeowook tersenyum bahagia melihat tawa ceria dari mulut anaknya. Mereka mencoba berbagai wahana yang ada disana. Ryeowook melihat stand photobox, segera dia mengajak Dongwook untuk masuk kedalamnya.

"ayo, kita berfoto…" kata Ryeowook sambil menarik tangan Dongwook.

"asiik… foto… eomma, aku juga ingin berfoto dengan Appa…" kata Dongwook pelan.

"emh, tentu saja. tapiii… sekarang kan Appa sedang tidak disini, jadi kita berdua saja ya yang berfoto" kata Ryeowook sambil mengelus kepala Dongwook.

"hmmh, kenapa Appa sangat sibuk. Aku juga ingin bermain dengan Appa…"

"heey… nanti ketika Appa sudah tidak sibuk, eomma janji akan meminta Appa agar kita bertiga pergi berlibur. Sekarang senyum dulu ya… masa mau berfoto tapi wajahmu seperti ini" Ryeowook mencubit pelan pipi tembem Dongwook. Dongwook hanya tertawa kecil. Akhirnya anak itupun dapat melupakan Donghae sejenak. Bersama dengan Ryeowook mereka bepose imut.

Waktu menunjukkan pukul satu siang. Perut Dongwook berkriuk-kriuk tanda kekurangan asupan makanan.

"eomma… ayo kita makan. Aku lapaarr…" rengek Dongwook.

"aish… jinja… ayo, kita cari tempat makan sayang!" ajak Ryeowook sambil menuntun Dongwook menuju sebuah restoran disana.

Seorang pelayan restoran menyambut kedatangan Ryeowook. Tepat ketika ia berdiri di dekat meja kasir, Ryeowook mengelilingkan pandangannya mencari tempat yang nyaman untuk mereka duduki. Tiba-tiba matanya melihat pemandangan yang membuat hatinya teriris. Bagaimana tidak, dia melihat Donghae sedang duduk disana bersama dengan seorang yeoja. Dan dengan penuh kasih sayang mereka saling menyuapi satu sama lain. Donghae tersenyum lepas seolah tidak ada beban dalam dirinya. Berbeda ketika dia bersama Ryeowook, hanya wajah tertekan yang bisa Ryeowook lihat. Dia teringat sudah dua hari Donghae tidak pulang ke rumah.

"mungkinkah dia bersama dengan yeoja itu?" tanya Ryeowook dalam hati.

Tubuh Ryeowook lemas, kalau tidak ingat dia sedang bersama Dongwook, Ryeowook lebih memilih pingsan dari pada menyaksikan hal yang sangat membuatnya terluka. Dengan cepat, Ryeowook menghalangi Dongwook agar tidak melihat Appanya yang berada tak jauh disana.

"maaf nyonya, silahkan pesanannya!" kata sang pelayan.

Ryeowook tersenyum kearah pelayan.

"maaf, kami tidak jadi makan disini. Aku baru ingat ada acara yang sangat penting sekarang. Maaf… permisi" Ryeowook membungkukan badan, lalu meninggalkan tempat itu, Dongwook memandang heran.

"eomma, kenapa? aku lapar eomma…" rengek Dongwook.

"iya sayang. Sebentar ya, makanan di restoran tadi tidak enak. Kita cari tempat makan yang lain saja ya!" ajak Ryeowook segera memacu mobilnya menuju restoran yang lain.

Dongwook hanya menganggukan kepala, lalu dia meraih mainan robot yang ada di dashboard dan memainkan mainannya hingga mereka tiba di tempat tujuan.

Setiba di restoran, Ryeowook memesan satu porsi samgyetang. Dia hanya memesankan makanan untuk Dongwook. Dirinya tidak berselera makan. Melihat Dongwook makan dengan lahap membuat Ryeowook tersenyum. Selama ini dia merasakan sikap dingin Donghae padanya, namun karena kehadiran Dongwook, hatinya merasa sedikit terhibur. Melihat kelucuan sikap Dongwook membuat Ryeowook kuat menghadapi apapun dalam hidupnya, termasuk sikap suaminya.

Tes

Setetes airmata mengalir di pipi lembut Ryeowook. perlahan diusapnya kepala Dongwook dengan sayang.

"eomma…. Eomma kenapa menangis?' tanya Dongwook kaget melihat Ryeowook mengeluarkan airmata.

"aniya… eomma tidak menangis. Kamu mau eomma suapi?" tanya Ryeowook lembut.

Dongwook menggelengkan kepala.

"kalau begitu teruskan makanmu ya…" Ryeowook menatap sayang pada Dongwook.

~o~

"Bbrrmm bbrrmmm" Dongwook menirukan suara mobil-mobilan di tangannya, dia asik bermain mobil-mobilan di ruang tengah. Sementara Ryeowook tengah mencuci buah dan sayuran di dapur.

Ceklek

Pintu depan terbuka.

"Appaaaa…" teriak Dongwook sambil menghampiri orang yang baru saja datang kerumah.

" eeeh… Dongwook sayang… sini…" Donghae dengan lembut meraih kepala Dongwook lalu mencium kepala anaknya itu.

"Appa bawa apa?" tanya Dongwook sambil melihat kotak yang dibawa Donghae.

"itu ayam goreng kesukaanmu… bukalah!" perintah Donghae.

"assiiikkk" Dongwook berloncat-loncat girang. Lalu dibawanya kotak itu ke dapur, dan menyerahkannya pada Ryeowook.

"eomma… Appa membelikan ayam goreng. Horeeee…" Dongwook masih tertawa senang dan dengan tidak sabar meminta Ryeowook membukanya.

"Appamu sudah pulang? Sini biar eomma siapkan sebentar. Kamu tunggu di meja makan ya!" perintah Ryeowook.

Donghae menghampiri Ryeowook lalu mengambil segelas air. Ryeowook melirik sebentar lalu tersenyum.

"tunggulah sebentar, makan malam sebentar lagi siap" kata Ryeowook sambil melirik sekilas.

Donghae lalu duduk di meja makan bersama Dongwook. Ryeowook mengambil dua buah gelas, lalu mengisinya dengan orange juice, kemudian menaruhnya di hadapan Donghae dan Dongwook.

"Appa… tadi aku dan eomma pergi ke Lotte World. Seru sekali Appa…" kata Donghae bersemangat.

Donghae yang tengah menyeruput orange juicenya hampir saja tersedak, matanya melotot kaget lalu melirik kearah Ryeowook yang tengah membelakanginya, dia masih mencuci sayuran.

"benarkah? Lalu Dongwook main apa saja?" tanya Donghae mencoba menenangkan suaranya.

"banyak. Aku main kuda-kudaan. Oh iya tadi aku berfoto juga dengan eomma. Ini fotonya" kata Dongwook sambil menyerahkan selembar foto ke tangan Donghae.

"kamu lucu sekali siiihh…" Donghae mencubit pelan pipi Dongwook.

"Appa… besok kita bermain ya… aku, Appa dan eomma" pinta Dongwook.

"iya nanti, kalau Appa sudah tidak sibuk, kita main bersama" kata Donghae sambil tersenyum.

"sudah, ngobrolnya kita teruskan nanti ya… sekarang, waktunya makan…" kata Ryeowook sambil membawa sepiring ayam goreng yang tadi dibawa Donghae. Lalu menata makanan yang lainnya di meja. Donghae melirik sekilas pada Ryeowook namun yeoja itu tidak menunjukkan hal aneh. Donghae tersenyum lega.

Ryeowook lalu mengambilkan nasi dan lauk ke piring Donghae, juga Dongwook.

"kamu tidak makan?" tanya Donghae heran.

"aku belum lapar. Makanlah yang banyak Oppa… pekerjaan di kantor semakin sibuk kan?" tanya Ryeowook.

"hmh…" Donghae hanya mengangguk sebagai jawaban.

Ryeowook menatap Dongwook yang sedang memakan sepotong paha ayam.

"Dongwook-ah, sini eomma suapi ya!" kata Ryeowook sambil mengambil alih piring Dongwook lalu menyuapi anaknya perlahan.

Donghae menatap Ryeowook, entah mengapa hatinya berdesir aneh, sedikit rasa bersalah ia rasakan sekarang. Dia menghabiskan makannya tanpa selera, hanya menghargai apa yang telah Ryeowook sajikan padanya.

~o~

Malam itu, Ryeowook sudah terbaring di ranjang. Donghae masih berada di kamar mandi. Sedangkan Dongwook sudah sejak tadi tidur nyenyak di kamarnya. Walaupun Ryeowook dan Donghae berstatus sebagai suami istri, namun Donghae jarang sekali melakukan kewajibannya sebagai suami pada Ryeowook. Bahkan tidak jarang berhari-hari Donghae tidur di kantor tanpa pulang ke rumah. Ryeowook hanya bisa bersabar menghadapi sikap Donghae, dirinya berharap suatu hari nanti suaminya dapat menerima dirinya dengan hati terbuka.

Ceklek

Pintu kamar mandi terbuka. Ryeowook segera memejamkan matanya, pura-pura tidur.

"aku tahu, kamu masih belum tidur. Bangunlah, kita bicara sebentar" kata Donghae.

Ryeowook membuka matanya perlahan. dilihatnya wajah suaminya dari balik cermin. Raut wajahnya memancarkan perasaan bahagia. Senyum simpul tercetak di bibir suaminya itu., menambah ketampanan dari wajahnya. Namun Ryeowook menyadari bahwa senyuman suaminya bukanlah untuknya. Terbayang kembali bagaimana akrabnya Donghae dengan yeoja yang bersamanya di restoran tadi. Ryeowook menarik nafas panjang dan membuangnya perlahan.

"ada apa Oppa? apa yang ingin Oppa bicarakan?"

"minggu depan, aku akan berangkat ke Jepang untuk urusan bisnis. Aku akan berada disana selama dua minggu" kata Donghae.

"Jepang? Bisnis?" tanya Ryeowook.

"iya… emmh… presdir memintaku untuk mengawasi proyek disana. Jadi selama dua minggu aku akan tinggal disana." Terang Donghae.

Seeerrr

Hati Ryeowook kembali teriris. Dirinya tahu bahwa Donghae tengah berbohong saat ini.

"benarkah Oppa?" tanya Ryeowook.

"te… tentu saja…. kamu tidak percaya?" nada suara Donghae sedikit kaget.

"aniyo, aku percaya Oppa. mana mungkin Oppa membohongiku…" Ryeowook tersenyum samar, kembali wajah yeoja itu terbayang diingatannya. Mata Ryeowook sedikit berkaca-kaca.

"aku baru ingat, tadi siang Dongwook agak demam. Aku akan tidur dikamarnya saja" kata Ryeowook terburu-buru meninggalkan Donghae.

Setiba di kamar Dongwook, Ryeowook segera memeluk anaknya. Airmata yang sedari tadi ditahannya melucur begitu saja membasahi pipi anaknya yang tertidur lelap.

"kenapa dia harus berbohong? aku bisa melihatnya dengan jelas, Oppa sampai kapan aku harus seperti ini? Kapan kau akan menerimaku sebagai istrimu? Hiks…" ratap Ryeowook dalam hati. Dia menggigit bibirnya, mencegah agar isak tangisnya tidak terdengar.

~o~

Pagi di hari minggu.

Dongwook bermain di halaman rumah. Donghae duduk di beranda sambil mengetikkan sesuatu di laptopnya. Tiba-tiba Dongwook menangis sambil memanggil Ryeowook.

"eomma… hiks… eomma…" Donghae hanya melihat sekilas lalu sibuk lagi dengan pekerjaannya.

"ne Dongwook-ah ada apa?" tanya Ryeowook lembut sambil menghampiri anaknya.

"hidungku eomma… hiks… berdarah…" ketika mendengar jawaban Dongwook, Ryeowook tersentak kaget. Segera dia mengambil sapu tangan lalu menyeka darah yang keluar dari hidung anaknya.

"dongakkan kepalamu sayang… nanti pasti berhenti" Ryeowook menepuk-nepuk kepala Dongwook pelan. Sekilas dia melirik Donghae yang masih asik dengan laptopnya. Dia menatap dengan kesal.

"Oppa… setidaknya melihat anakmu yang mimisan seperti ini, tolonglah sebentar" keluh Ryeowook.

"mian, aku sedang sibuk" Donghae tidak beralih dari layar laptopnya.

Ryeowook hanya menggeleng. Dia tidak menyangka Donghae akan setega itu pada anaknya.

"Dongwook-ah ayo kita masuk kedalam sayang" ajak Ryeowook.

"makanya kamu jangan terlalu lama bermain, jadinya mimisan seperti ini" kata Ryeowook.

"ne eomma…" jawab Dongwook pelan lalu duduk di meja makan sambil memperhatikan Ryeowook yang sedang memasak.

~o~

Malam harinya Ryeowook kembali tidur bersama Dongwook. Perasaannya sedikit aneh dengan ananknya itu.

Ryeowook menatap Dongwook yang tertidur lelap.

"kenapa dengan Dongwook? Akhir-akhir ini dia sering sekali mimisan. Kulitnya pun semakin pucat. Nae aegya… tidur yang nyenyak ya sayang" Ryeowook mengusap rambut Dongwook. Dan ketika tangan Ryeowook menyentuh kening anaknya terasa sangat panas sekali.

"hhmmhh… eommaaa…" Dongwook tiba-tiba menggigil keringat membasahi dahinya.

"aigoo, Dongwook-ah kamu kenapa sayang. Tenang eomma ada disini…" Ryeowook segera mengambil sapu tangan dan membasahinya dengan air, kemudian dia mengompres kening Dongwook agar suhu tubuhnya menurun.

"eomma… hiks… sakit eomma…" lirih Dongwook.

"mana yang sakit sayang? Beritahu eomma…" Ryeowook sedikit cemas.

Tiba-tiba Dongwook menjerit histeris. Seluruh tubuhnya mengejang.

"tuhaann… apa yang terjadi pada Dongwook?" Ryeowook panik dia segera memeluk tubuh anaknya. "bertahanlah Dongwook-ah, kita ke rumah sakit sekarang ya!" tenang Ryeowook.

Tidak lama kemudian, Donghae memasuki kamar. dia melihat Ryeowook yang menangis sambil memeluk Dongwook.

"Dongwook kenapa?" tanya Donghae kesal.

"Oppa… tolong antarkan aku ke rumah sakit" pinta Ryeowook sambil menangis.

~o~

Ryeowook duduk menunggui Dongwook yang tertidur pulas. Dokter sudah memberinya obat penenang. Donghae hanya melihat dari balik pintu, entah mengapa kakinya terasa berat untuk menemui Dongwook.

"Tuhan, aku mohon, lindungi anakku. Jangan biarkan dia merasakan rasa sakit, pindahkanlah rasa sakitnya padaku, aku mohon sembuhkan Dongwook" doa Ryeowook sambil menggenggam erat tangan putranya.

Semalaman Ryeowook tidak bisa tidur. Dia hanya menunggui Dongwook. Sedangkan Donghae, meninggalkan dirinya sendiri di rumah sakit karena besok dia masih harus bekerja dan mempersiapkan keberangkatannya ke Jepang.

"Oppa… setidaknya temani aku disini… kenapa kamu malah meninggalkan aku sendiri?" ratap batin Ryeowook pilu, airmatanya mengalir perlahan di kedua pipinya.

~o~

Sudah dua hari Dongwook dirawat di rumah sakit. Keadaannya semakin melemah, tubuhnya semakin kurus dan kulitnya sangat pucat. Setiap malam, dia akan menangis sambil menjerit merasakan sakit yang luar biasa di seluruh tubuhnya. Melihatnya seperti itu, membuat Ryeowook sangat tersiksa. Dia tidak rela anak kesayangannya harus kesakitan begitu.

Pagi itu, Ryeowook hendak menemui Donghae. Selama Dongwook di rawat, tidak sekalipun Donghae datang menjenguk anaknya. Hari itu dia memutuskan untuk menemui Donghae di kantor. Dengan menggunakan taksi, ia tiba di kantor Donghae. Segera dia menuju lantai delapan, yang merupakan lantai tempat Donghae bekerja. Dia segera menemui sekertaris yang duduk di meja kerjanya.

Melihat kedatangan Ryeowook, dia tersenyum manis, lalu mengangguk hormat.

"anyeong hasimnika Nyonya Lee" sapa sekretaris itu ramah.

"ne, annyeonng… aku ingin bertemu dengan suamiku. Apa dia ada?" tanya Ryeowook.

"maafkan saya Nyonya, Tuan Lee baru saja keluar. Katanya mau pulang ke rumah" jawab sang sekretaris.

"benarkah? Aah seharusnya aku tidak kemari" Ryeowook bersiap untuk meninggalkan tempat itu. Namun dia seperti mengingat sesuatu, lalu menanyakannya pada sang sekretaris.

"emmh… apakah suamiku akan pergi ke Jepang minggu ini?" tanya Ryeowook penasaran.

"Jepang? Ooh bukan Nyonya. Ada tugas selama dua hari di Taiwan bersama dengan Direktur Lee Sungmin" jawab sekretaris.

"Direktur Lee Sungmin?" Ryeowook baru sekali ini mendengar namanya.

Tiba-tiba seorang yeoja manis datang menghampiri keduanya.

"Nona Park, nanti tolong ambilkan berkas dari ruangan Presdir untuk proyek di Taiwan" perintah yeoja itu pada sekretaris itu.

Ryeowook menatap sekilas, tiba-tiba jantungnya berdetak sangat cepat.

"bukankah dia… yeoja yang bersama Donghae Oppa?" tanya Ryeowook dalam hati.

Sebelum meninggalkan meja, dia tersenyum sekilas pada Ryeowook.

~o~

Ryeowook berada dalam taksi menuju rumahnya. Sepanjang perjalanan dia terus mengingat yeoja yang bernama Lee Sungmin itu. Senyumnya, ya, dia sangat mengingatnya dengan jelas. Senyum yang yeoja itu berikan pada suaminya Lee Donghae.

"mereka berdua ditugaskan ke Taiwan, tapi kenapa Oppa harus membohongiku? Ada hubungan apa diantara mereka?" pikir Ryeowook penasaran.

~o~

Setiba di rumah, Ryeowook langsung mencari keberadaan Donghae. Dicarinya Donghae di setiap ruangan, namun ia tidak menemukannya. Kemudian dia menuju kamarnya di lantai dua.

Katika ia membuka pintu tampaklah Donghae sedang mengemas pakaiannya kedalam koper.

"Oppa… sedang apa?" tanya Ryeowook sambil menghampiri Donghae lalu duduk di ranjang.

"keberangkatanku dipercepat. Besok aku berangkat" jawab Donghae sambil melipat bajunya.

"kemana? Ke Taiwan atau Jepang?" tanya Ryeowook tajam

Deg

Sejenak Donghae menghentikan aktifitasnya.

"Taiwan? Kemarin aku bilang ke Jepang kan" Donghae melirik Ryeowook sejenak.

"iya, Jepang. Lalu bagaimana dengan proyekmu yang di Taiwan bersama Direktur Lee Sungmin?" tanya Ryeowook sedikit emosi.

"itu bukan urusanmu, lagipula sejak kapan kamu menjadi mata-mata untuk urusanku? Apakah semua yang aku lakukan harus kulaporkan padamu?" kata Donghae sengit.

"Oppa, tapi sekarang Dongwook sedang sakit. Tidak bisakah Oppa membatalkan kepergian Oppa? anak itu sangat membutuhkan ayahnya sekarang" pinta Ryeowook sedikit melembut.

Donghae menarik nafasnya lalu menghembuskan pelan.

"kau urus saja dia sendiri. Lagipula dia bukan anakku" Donghae berkata sambil memegang bahu Ryeowook.

JEDEEERRR

Bagaikan mendengar petir di siang hari, Ryeowook membeku mendengar perkataan Donghae. Jantungnya seolah terlepas dari tempatnya.

"ma…maksud Oppa apa? Bagaimana mungkin Oppa mengatakan hal seperti itu? Dongwook anakmu Oppa" kata Ryeowook sedih, airmatanya memenuhi pelupuk matanya.

"sudah cukup. Kesabaranku cukup sampai disini. Kau tahu, dulu aku sangat mencintai seseorang, tapi karenamu aku harus mengubur cintaku. Dan sekarang, aku ingin bahagaia bersama dengan orang yang kucintai. Dan… dan bukan kehidupan aneh seperti yang selama ini aku jalani bersamamu" terang Donghae sambil menatap mata Ryeowook.

"kehidupan aneh? Hiks… Oppa… apa yang Oppa katakan?" Ryeowook terisak

"kau tahu, alasanku menikahimu? Aku hanya merasa kasihan pada anakmu, seandainya ia lahir tanpa seorang ayah. Dan kalau bukan paksaan dari kakakmu, aku tidak akan menikahimu. Bahkan aku tidak tahu siapa ayah dari anak itu. Apakah sudah jelas sekarang?" tanya Donghae dingin.

Plaaakkk

Tangan Ryeowook terangkat lalu menampar pipi kanan Donghae dengan keras.

"berani sekali kau bicara seperti itu? Sadarlah Lee Donghae, Dongwook adalah anakmu. Hiks" airmata Ryeowook mengalir deras.

"aku tidak pernah melakukannya padamu sebelum kita menikah" kata Donghae sambil berlalu membawa kopernya.

"Oppa… Donghae Oppa… tunggu…" Ryeowook panik, ia segera menyusul Donghae

"Oppa… aku mohon jangan seperti ini. Dongwook sangat membutuhkanmu" Ryeowook mencoba memegang tangan Donghae, namun namja itu selalu menepisnya.

"berhentilah. Sampai kapanpun aku tidak akan pernah mengakui Dongwook sebagai anakku" Donghae meninggalkan rumah dengan mengendarai mobilnya.

"hiks… Oppa… hiks… hiks…." Ryeowook bersimpuh di teras rumah menatap mobil Donghae yang semakin menjauh.

To Be Continue

*mian kalau gaje-nya teramat sangat. ^^

*mohon reviewnya ya…

~gamsahamnida~