Pairing: Akashi x Readers/OC/TERSERAH DEH YA
Caution: ceritanya aneh, kagak jelas, gilak dan tentunya dikerjakan dalam waktu yang cukup lama karena kemalasan sang (m)author /dihajar/ dan kemungkinan lanjutannya ni fict bakal lama *pundungdipojokan*
.
.
who's the king
berasal dari imajinasi sang (m)author dikala menjelang tidur /plakk/
dan sebagai fanfict kedua sang (m)author, jadi kalau jelek maafkan! /duak/
.
chapter 1
Seperti biasa, ini adalah jam pelajaran Mat Exclusive yang ditujukan pada murid-murid berprestasi dan berkedudukan tinggi disekolahku. Hampir setiap pelajaran ini adalah jam pelajaran kosong. Aku memasuki kelas ini karena kedudukanku sebagai ketua kelas dan tentunya sebagai murid berprestasi.
Aku pernah mendapat juara tingkat kota pada mata pelajaran Mat dan Fisika. Selain itu, aku juga pernah mendapat mendali emas karena mengikuti lomba lari Sprint dan meraih penghargaan karena memenangkan lomba kerajinan tangan.
Prestasi yang sudah aku torehkan sudah diakui oleh sekolahku. Teiko-gakuen. Walaupun begitu, aku termasuk anak yang sering melanggar peraturan. Aku pun pernah dipanggil masuk ruang guru karena sering membolos jam pelajaran. Murid nomor satu pun pernah menegurku. Aku sering membantah nya. Dan karena itu, dia membenciku dan mempermalukan ku di depan umum.
Dulu aku menyukainya. Sangat menyukainya. Menurutku dia adalah laki laki terhebat, terpintar, dan sangat prefeksionis. Dan aku yakin semua berpikir begitu. Tapi semenjak aku memiliki masalah dengannya, aku jadi membencinya. Amat membencinya. Dan aku semakin membencinya setelah aku mendapat kan kelas yang sama dan terus bersaing dengannya.
-Start flashback-
" Argh! Terlambat terlambat! Apa apaan aku ini?! hari ini kan awal kenaikan kelas! Bodohnya aku bisa terlambat seperti ini! "
Aku berlari menuju sekolahku. Jalanan sudah mulai sepi dan ya, ini sudah jam 07.20. Aku terlambat 20 menit pada awal kenaikan kelas. Dan hal yang kupikirkan pada saat aku menuju sekolah adalah, aku akan ditertawakan teman teman. Dan tentunya guru yang mengajar akan memarahiku tepat didepan kelas yang akan aku tempati selama setahun kedepan.
BRAKK
Aku membanting pintu kelas dengan sangat keras. Semua mata tertuju padaku. Aku melihat ekspresi mereka. Ada yang heran dan ada juga yang menahan tawa. Dan tentu saja. Guru yang sedang mengajar dikelas baruku, guru Biologi, memandangi ku dengan tajam. Seakan dia sudah berpikir hal ini akan terjadi dan akan memberiku hukuman yang selayaknya aku terima.
" Selamat Pa—"
"Jangan membanting pintu saat kamu terlambat pada awal kenaikan kelas [name]!"
"Hahaha, maaf bu" aku memaksakan tawaku sendiri. 'Aghh.. kenapa harus dikelas baru ini?!' batinku ringan.
"Jangan hanya tertawa! Cepat duduk dibangku kosong itu sekarang!"
Aku menoleh kearah bangku yang ditunjuk oleh guru biologi ku. Untunglah, aku mendapat bangku yang sesuai dengan keinginanku setiap saat. Yup, bangku yang ada disudut kiri belakang dan berada dekat dengan jendela adalah bangku yang selalu kuharapkan. Tempat yang paling aman untuk melakukan berbagai macam aktivitas pada saat pelajaran berlangsung karena berderetan dengan meja guru.
Aku berjalan dengan senang ke bangku baruku walaupun harus menahan malu karena terlambat disaat yang 'tepat' seperti ini. Aku mengamati siapa saja yang ada disekitar bangku baruku itu. Dan tepat disebelahku ada seorang—
DEG
Aku berhenti melangkah. Tatapan mataku terhenti pada seseorang yang duduk disebelahku nantinya. Jantungku berdentum lebih keras selama beberapa kali yang membuat perasaanku menjadi tidak nyaman. Aku akan duduk disebelahnya. Laki laki yang selalu membuat perasaanku menjadi bimbang. Dan membuatku tak mengerti pada perasaanku sendiri.
Aku mencoba melangkahkan kaki dengan sedikit paksaan karena entah mengapa kakiku tiba tiba terasa berat untuk terangkat. Mataku terus memperhatikan laki-laki itu. Rambutnya yang berwarna merah itu terhembus oleh angin musin semi yang mebuat helaian helaian rambutnya terlihat lebih jelas. Matanya terus berfokus pada buku pelajaran baru yang ia miliki. Tatapannya yang lurus, jernih dan begitu fokus itu lagi lagi membuatku merasa bingung pada perasaanku sendiri.
'Tidak! Jangan pernah kamu menyukainya lagi! Dia hanya laki laki kejam yang tak memiliki persaan! Jangan pernah sedikit pun kamu menaruh hati bodoh!' Batinku.
Seseorang yang membuatku bisa seperti ini adalah seorang ketua. Baik dibidang olahraga maupun pelajaran. Dia adalah murid kebanggaan sekolahku. Seorang kapten tim basket dan ketua OSIS Teiko-gakuen ini. Dia memiliki ciri khas yang amat mencolok. Mata hetroktom miliknya adalah salah satu ciri khas nya. Dia juga keturunan keluarga yang amat sukses dikota ku ini. Namanya keluarga Akashi.
Akashi Seijuro
Itulah nama yang ia gunakan untuk memperkenalkan dirinya kepada semua orang. Dan aku akui, nama itu cukup bagus digunakan seseorang yang biasa dikenal sebagai murid nomor satu disekolah ini.
Aku duduk dibangku baruku yang berada tepat bersebelahan dengannya. Entah sejak kapan aku mengepalkan tanganku dan badanku pun terasa berkeringat. Hal itu membuatku benar benar merasa tidak nyaman.
Aku mengeluarkan buku biologiku dan segera mencatat apa yang tertera dipapan tulis. Jujur saja, aku tak dapat berkonsentrasi sama sekali. Aku tak dapat mengalihkan pandanganku dari tangannya yang terus menerus digunakannya untuk menulis. Aku tak berani menatap wajahnya. Dan itu tidak mungkin.
Tanganku terus menggenggam erat pensil yang kugunakan untuk mencatat. Ya, aku ragu. Aku sangat ragu untuk duduk bersebelahan dengannya. Mungkin bukan hanya karena ragu. Tapi mungkin juga karena takut. Dan ya,takut adalah hal yang mendominasi pikiranku saat ini. Bukan takut karena dia adalah monster yang kejam. Tapi karena aku takut jika hal memalukan yang pernah terjadi antara aku dan dia terulang kembali dan rumor yang telah terhapus dari otak mereka terkuak kembali karena masalah sepele. Karena aku duduk disebelahnya.
"Akashi Seijuro, tolong bacakan halaman 13 dengan lantang!" Ujar guru Biologiku pada laki laki yang duduk disebelahku.
Ia berdiri dan membacakan beberapa paragraf bacaan yang terdapat dibuku yang ada dihadapan nya. Ia membacakan dengan suara yang cukup lantang. Suara nya terdengar cukup tegas tetapi juga dengan lekukan suara yang pas untuk menjelaskan suatu hal. Suara yang amat indah dan nyaman untuk didengar
Aku melihat kearahnya. Seketika aku mengamati wajahnya. Lagi lagi, mata hetroktom nya sangat fokus pada buku yang ada dihadapannya. Banyak yang menyebut mata nya sebagai emperor eye. Mata yang menandakan bahwa ia mengetahui apa yang akan terjadi kedepannya.
Aku mengamati lagi wajahnya. Lekukan hidung dan mulut yang ia miliki sangatlah sempurna. Hidungnya yang mancung dan bibirnya yang berwarna peach itu sangatlah sempurna seperti sebuah lukisan nyata. Dan—
'Tidak! Kau tidak boleh melebih lebihkan dirinya!' aku begumam dalam hati sembari menggelengkan kepala pelan.
"Akashi Seijuro, sudah cukup, silahkan duduk" ujar guru biologi tersebut.
Ia pun duduk kembali dengan tenang. Postur tubuhnya saat duduk pun sangatlah berwibawa. Tegak, ditambah dengan tatapan matanya yang benar benar fokus dan tak berkeliaran kemana-mana.
"(Name)! Tolong bacakan kelanjutannya" ujar guruku mengagetkan.
Aku tesentak dan segera mencari bacaan terakhir yang dibaca olehnya. "Maaf bu, aku tidak tau"
"Bagaimana bisa?! Kalau begitu nanti saat istirahat siang kamu datang ke ruang guru" ujarnya sembari membelalakan mata kearahku. "Hey, kau yang disana cepat bacakan kelanjutannya!" Ia mengarahkan jarinya ke arah siswi yang berada disudut depan kiri.
Perempuan itu pun berdiri sembari mengibaskan rambut light pink nya yang tergerai panjang lalu membacakannya. Perempuan itu bisa dibilang adalah sahabatku. Dia adalah manager tim basket Teiko.
Momoi Satsuki.
Dia memiliki pribadi yang baik dan manis, ditambah lagi dengan wajahnya yang rupawan serta badannya yang berisi. Ia memiliki beberapa penggemar laki-laki. Tapi entah kenapa, ia memilih seorang Kuroko Tetsuya yang bisa dibilang memiliki keberadaan lemah dan memiliki wajah yang sangat innocent. Aku tak tahu apa yang ada dipikirannya.
Setelah ia selesai membaca, ia pun duduk sembari lagi-lagi mengibaskan rambutnya kebelakang. Ia pun menoleh ke arahku lalu berbisik padaku.
"Dia memang kejam..."Ia tertawa pelan walaupun kulihat alis matanya sedikit turun.
Ia menoleh kembali. Pelajaran pun berlangsung dengan sewajarnya. Dan ledekan terus-menerus dilontarkan padaku, walaupun bukan secara frontal. Tapi tetap saja aku merasa(!).
Bel pun berdentang, aku pun berjalan gontai ke ruang guru. Yang ada dipikiranku hanya ada satu. Kenapa aku berada sekelas dengan bocah sialan itu?! Apa ini yang disebut takdir? Apa ini yang disebut dengan kesialan? Apa ini yang disebut dengan... pertautan nasib...?
'Pertautan nasib...'
Nggak mungkin. Ini nggak mungkin terjadi. Aku tidak akan mau memiliki pertautan nasib dengannya. Ini tidak mungkin. Seandainya saja aku memiliki pertautan nasib dengan orang lain, orang lain itu bukanlah dia! Bukan Akashi Seijuro! Dan yang pasti, jika aku memiliki pertautan nasib dengannya, aku akan segera lari dari nasib itu dan membuangnya jauh-jauh!
'Ya! Lari dari nasib dan akan kubuang jauh-jauh nasib itu. Pasti!'
Akhirnya aku pun sampai didepan pintu ruang guru. Hal-hal seperti ini sudah biasa bagiku. Dipanggil keluar-masuk tempat ini bagaikan keseharianku. Walaupun ya, kali ini aku merasa sedikit takut, karena guru yang akan memarahiku kali ini dikenal sangatlah kejam. Lihat saja kejadian tadi pagi. Baru saja awal masuk sekolah, aku sudah diberi hukuman. Dia memang dikenal sebagai guru tanpa ampun. Dia selalu memberi hukuman pada siapa saja yang bersalah. Dia tidak mengenal kedudukan. Dia hanya mengenal keadilan dan kesetaraan.
Aku memasuki ruang guru. Suasana disana riuh dengan suara mesin fotocopy dan gelak-tawa guru-guru yang sedang beristirahat. Tapi guruku satu ini tidak suka bercanda. Ia menungguku sembari mengoreksi pekerjaannya yang terlihat tinggal sedikit. Aku berjalan kearahnya. Setelah sampai didepannya ia menoleh kearahku. Matanya seketika membentuk sebuah tatapan mengintimidasi. Ia pun langsung to the point pada kesalahanku dan langsung mengintrogasiku secara frontal.
"Apa yang kamu pikirkan saat pelajaran tadi?!"
"Ma-maaf bu, tapi aku tidak memikirkan apa-apa"
"Lantas kenapa kamu tidak tahu halaman yang sedang dibaca oleh Akashi?!"
"Maaf bu, itu-"
GREKKK
Pintu ruang guru terbuka. Suasana ruang guru yang tadinya riuh mendadak hening, tak ada suara sedikit pun. Semua terdiam sembari melihat kearah seorang siswa yang membawa sebuah fortofolio yang bertuliskan 'Angket OSIS'. Ia berjalan kearah guru biologi yang ada didepanku dengan tenang. Ia adalah seseorang yang paling aku tidak mau temui saat ini. Ia adalah seseorang yang berpangkat sebagai seorang 'King' diantara seluruh murid sekolah ini. Seseorang yang sekarang menjadi teman sekelasku. Lagi-lagi aku bertemu dengannya disaat yang tidak tepat. Akashi Seijuro.
Ia memberikan portofolio itu pada guru yang sedang mengintrogasiku. "Ini bu, saya sudah laksanakan apa yang diperintahkan oleh anda. Saya sudah mengumpulkan data-data siswa yang anda minta."
"Terima kasih Akashi, kau memang anak yang bisa diandalkan!" ujarnya sembari tersenyum menggoda.
'Dasar penjilat!' Batinku lirih.
Setelah itu mereka sedikit berbincang-bincang tentang hal yang sama sekali aku tak tahu. Terkadang aku ingin menyela pembicaraan mereka, tapi aku tidak mau mendapatkan hukuman lebih lagi. Setelah berbincang-bincang selama beberapa lama, Akashi pun membungkuk lalu pergi meninggalkan ruang guru dengan tenang. Saat Akashi Seijuro menutup pintu, keadaan ruang guru kembali riuh-bising dan tatapan guru biologi ku kembali seperti semula. Ia kembali menceramahiku dengan semangat(?)Nya.
"Kamu harus meniru perilaku Akashi! Lihat dia! Dia teladan yang amat baik untuk ditiru! Kamu harus meniru perilakunya! Mengerti?!"
"Iya bu, maafkan saya. Saya tidak akan mengulanginya lagi," ujarku dengan lirih.
Ia menceramahiku lama sekali. Entah apa yang dipikirkannya ia menceramahiku begitu lama hingga melewati bel istirahat selesai. Jadi, aku membolos jam pembelajaran karena hal ini. Dan akhirnya pun ia menyuruhku kembali ke kelas.
"Kalau begitu cepat kembali! Sudah 30 menit lebih kau berada disini! Kau tidak boleh mengulanginya lagi!"
"Iya bu, permisi."
Aku berjalan gontai keluar dari ruang guru. Pikiranku terganjal oleh dia lagi-lagi menemukanku pada saat terlemah ini. Dan kenapa aku harus dibandingkan dengannya? Kenapa tak orang lain saja? Sial sekali hari ini.
Aku membuka pintu ruang guru sehingga menimbulkan bunyi berderek. Aku melangkahkan kaki ku keluar lalu menutup pintunya. Aku menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya pelan. Badanku pun kurenggangkan dengan perlahan. Cukup melelahkan berdiri selama 30 menit diruang guru sambil menahan malu.
"Hmm, bagaimana kalau aku duduk sebentar diatap? Aku malas mengikuti pelajaran kali ini," gumamku pelan.
Aku berjalan menuju keatap dengan perlahan. Mencoba merasakan hembusan angin musim semi yang bertiup dingin. Saat aku berjalan beberapa langkah. Suara seseorang menghentikanku. Suara yang amat familiar ditelingaku.
"Kata siapa kau boleh untuk berada diatap?" Ujar seseorang dari kejauhan dengan suara yang tegas.
Aku menoleh kebelakang, dan terdiam sejenak,"ah, Akashi ya? Ada apa? Ada masalah?"
Ia berjalan maju sembari menyeringai ke arahku,"Kau tidak merasa bersalah sama sekali ya?"
"Memangnya aku punya salah ya?" Jawabku santai, menelengkan kepala.
"Ternyata IQ mu rendah sekali. Bagaimana mungkin kamu tidak bisa membedakan antara yang salah dengan yang benar? Dasar bodoh." Ia menatapku dengan tatapan intimidasinya.
"Hah? Bodoh katamu? Bodoh kok mengatakan yang lainnya bodoh. Kekanak kanakan sekali kamu," aku berkacak-pinggang.
"Tch, kekanak-kanakan kok mengatakan yang lainnya kekanak-kanakan? Konyol sekali" jawabnya sembari terkekeh pelan.
"Apa masalahmu, Akashi?!" Aku berjalan mendekati Akashi.
"Banyak sekali, lucu sekali, ternyata kau masih saja mempertahankan sifat bodohmu itu" Ia kembali terkekeh, meremehkan
"Hah?! Apa katamu?!" Aku meremas kerah Akashi.
"Aku bilang kau bodoh."Ia menatapku dingin sembari melepaskan tanganku.
"Kamu sendiri tidak merasa kalau kau itu bodoh?" Tanganku yang sudah terlepas dari kerahnya langsung menunjuknya tepat didepan mukanya.
"Tidak."Ia memalingkan muka, ya, dia tidak nyaman.
"Buktikan kalau kau tidak bodoh, Akashi!"
"Tidak, Tidak perlu kubuktikan, kau pasti tahu kalau aku bukan orang bodoh, kan?"Ia mendekatkan wajahnya kepadaku.
"Hah? Apa maksudmu?"
"Kau tahu kan kedudukanku disekolah ini? Dan aku yakin kau juga mengakuiku berada dikedudukan itu. Coba katakan padaku, kedudukan yang aku punya" ia menyeringai padaku.
"A-apa-"
"Katakan. Kedudukanku. Sekarang." Paksanya.
Aku terdiam sejenak "Hmm, aku tahu, seorang ketua OSIS, benarkan? Tapi yang kumaksud bukan kebodohan otakmu, Akashi" ujarku dengan tenang.
"Apa maksudmu?"
"Tapi kebodohan sikapmu selama ini" aku membalas seringainya. "Sudah berapa lama kau ingin membebaskan diri dari kekangan tekanan pikiranmu itu?"
"Tunggu, apa yang sebenarnya kamu bicarakan?" Ia menelengkan kepala.
"Sudah berapa lama?"
"Hmm, Aku tidak pernah merasa seperti itu," Ia memicingkan matanya.
"Benarkah? Lalu kenapa kau ingin menjadi yang terdepan?" Aku mendorong badannya yang semakin mendekat kearahku.
Ia menangkap tanganku dan mencengkramnya dengan kuat,"Kau sendiri juga ingin menjadi yang terdepan kan?"
"Ya, memang. Aku ingin berada diatasmu, Akashi. Aku ingin kau berada dibawahku, sehingga kamu tidak bisa mengaturku lagi."Aku melepas cengkraman tangan Akashi pada pergelangan tanganku.
"Begitu ya? Kalau begitu, mulai sekarang, siapa yang berada ditingkat lebih tinggi boleh mengatur yang lain" ia menantangku
"Haha, boleh saja. Terserah apa katamu. Mulai sekarang mari kita bersaing satu sama lain." Aku menerima tantangannya.
"Oke, kita mulai dari sekarang dan yang pasti aku tidak akan kalah darimu" ia menyeringai tajam kearahku
.
.
"Jangan pernah berharap perjanjian ini dapat dilupakan olehku, mengerti?" Ia memalingkan badan dan berjalan menjauh dariku.
.
.
"Tidak akan pernah, Akashi. Tidak akan pernah."
.
.
-End Flashback-
Setelah hari itu kita berdua saling bersaing untuk mendapatkan nilai ataupun kedudukan yang lebih tinggi. Aku semakin rajin belajar dan mengikuti les yang awalnya sangat kubenci. Tapi tetap saja, aku tidak bisa menyaingi orang itu.
"Haaaaaahhh, lagi-lagi rankingku lebih rendah dari dia, aku ini bodoh sekali mengiyakan perjanjian itu! Aku kan sudah jelas akan kalah.." Aku membuang nafas kesal.
"Hey, bodoh! Cepat kesini! Aku punya tugas untukmu." Ujar si surai merah dari kejauhan.
'Hah?! Dia lagi?! Sial, bisa tidak sih dia melepaskanku sebentar saja?!' Batinku lirih sembari berjalan ke arahnya. "Kenapa?." Tukasku padanya.
"Kau, cepatlah datang ke ruang OSIS, ada angket yang harus kau kerjakan. Sekarang kau ini sudah jadi wakil, kenapa kau tak pernah datang?!"
"Ck, iya. Aku kesana. Aku kan juga punya urusan untuk mengatur kelas!"
Ia berjalan pergi seakan tak peduli pada apa yang aku katakan, tapi tak lama kemudian ia menoleh "Ah, iya, belikan aku teh hijau. Kau harus membawanya dalam keadaan panas dan pastikan kau menaruhnya diatas meja dengan benar."
"Tidak. Mau." Elakku padanya.
"Kau tidak ingat perjanjian itu? Cepat pergi sekarang. Aku tidak mau saat aku masuk ke ruang OSIS nanti, semua yang kuperintahkan belum kau kerjakan."
"Ck, dasar! oke. Akan aku bawakan. Asal kau tidak melempariku dengan gunting seperti kemarin! Itu mengerikan!"
"Penakut."
"Biar saja!"
salam hangat ^_^''
Arggghhh! Akhirnya selesai juga ni Fanfict! (۳˚Д˚)۳
Setelah sekian lama gw nulis ini, kira-kira satu bulan, dengan penuh pengorbanan, akhirnya sang (m)author bisa menyelesaikannya! HOHOHOOOO!
Gw ngelanjut bikin fanfict ini waktu perjalanan ke Solo lokh :3 siapa nih yang tinggalnya dikota solooo? /prak/
Eh btw buat ELU, sekali lagi ya.. ELU! Yang udah minta gw buat bikin nih fict udah puas kan?! Udah kan?! Kagak? Bodo amat lah ye...
Gw cuma bikin segini doang buat pembukaan, isinya cuma flashback seehh... Tapi ini bagian terpentingnya!/prak/ah!bo'ong amat lu ye?!/
Ta-tapi sebenernya gw males *pundung dipojokan*
BANYAK TYPO YA?! HAHAHA! TYPO NYA TULIS DI REVIEW YAA! SOALNYE TATA BAHASA GW KURANG BENER! KAGAK MAU?! IDIH PELIT AMAT NIH YE JADI ORANG /dihajarreaders/
Oiya gw tekankan ni fanfict bakal ada Akashi POV nya.. Gw pingin nekenin apa yang dipikirin dia tentang lu.. Tapi jangan kegeeran dulu... Akashi milikkuuuu.../duak/ /kagaklahye/ gw sukanya sama si kise kok.. Tenang ajhhhee... /muehehe/
Aku butuh banget riview! Jadi tulis Okee? Pleaseee *kissbye*
