~You and him~
Ansatsu Kyoushitsu
Rated : T
Pair: KaruIto atau KaruNagi? Tunggu saja-
Genre : Romance, Hurt/Comfort, etc.
Disclaimer:
Ansatsu Kyoushitsu milik Matsui Yuusei-sensei. Saya hanya meminjam tokohnya saja.
Warning:
Jika kalian tidak menyukai Yaoi/BL, maka silakan lambaikan tangan ke kamera. Ralat, silahkan menekan tombol back. Memang tertulis bahwa genre fic ini Romance, namun jika tidak berkenan di hati Anda, saya minta maaf. Jika anda tidak suka fic saya, sekali lagi silahkan menekan tombol back.
Summary :
Itona Hirobe merebut semuanya. Aku tidak membencinya. Aku tidak berbuat hal yang membuat dia begitu membenciku. Tapi, mengapa ... kau merebut Akabane Karma dariku? Terinspirasi dari Ansatsu Kyoushitsu S2 Episode 4. Request by Ratu Dilla.
Chapter 1
Itona Hirobe.
Sudah tiga kali dia menyerang Koro-sensei, dan akhirnya dia bergabung dengan kami, kelas 3-E, kelas pembunuhan... Dengan tujuan membunuh guru kami, Koro-sensei.
Hari-hari dimana Hirobe Itona memulai kelasnya ...cukup menyenangkan, menurutku. Bertambahnya teman baru membuatku senang dan juga cemas, mengingat kelakuannya yang kurang bersahabat dari kami sejak awal.
Dimulai dari membuat rencana pembuatan tank, yang awalnya bertujuan untuk membunuh Koro-sensei yang berubah tujuan berkat beberapa gadis yang memancing naluri lelaki. B-Bukannya aku tidak terpancing, namun aku tidak tertarik.
Pembuatan tank ini sangat menyenangkan. Mulai dari kemesuman, membunuh dan merakit sesuatu. Dia dapat mengumpulkannya menjadi satu yang memanfaatkannya untuk berbaur dengan seisi kelas. Kurasa, aku tidak perlu mencemaskannya lagi.
Ikatan ini pun akan dimulai ...
Tidak... Aku tidak membenci Itona. Aku mengkhawatirkannya jika dia tidak mampu bersahabat...
"Yosh! Kita akan menggunakan benda ini untuk mengintip rok wanita!"
Pernyataan Okajima di waktu yang tidak tepat itulah yang menjadi awal dari semuanya. Perempuan di kelas kami mendengarnya dan mulai menyalahkan Okajima. Ya, suasana sedikit ricuh dan aku hanya bisa tertawa datar sekaligus sweatdrop dengan apa yang terjadi.
"Ada apa ini?"
Aku menoleh ke arah kiri, dimana pemuda bersurai merah baru saja memasuki kelas dengan gaya memasukkan tangan ke saku dan tas disandang. Aku tersenyum melihatnya.
"Semacam kasus pelecehan."
"Hmm..."
Aku suka itu.
Gaya bicaranya itu, seperti "Heee~" atau "Hmm..." Suaranya kedengaran keren. Wajahnya yang tampak datar dengan suasana ricuh di kelas, tampak tampan di mataku.
Kemudian, lamunanku terbuyar ketika melihat Itona berada di depan kami.
"Karma, hari ini aku ingin bolos. Tunjukkan tempat yang bagus."
.
.
.
Hah?
"Oh, ternyata kau bisa bicara!" Aku dapat menangkap senyuman dari Karma-kun. "Baiklah."
Keduanya pergi. Ya, berencana membolos. Hei, apa kalian tidak sadar tengah memperbincangkan itu di depan mataku?
"Ternyata, Itona-kun lebih kuat dari yang kami kira..."
Ya, lebih kuat dan berani dari yang kukira.
Dia berani sekali mengajak Karma-kun. Bahkan aku perlu berpikir berkali-kali menanyakan itu setiap kali membayangkan betapa terkejutnya wajah Karma jika aku memintanya membolos.
Dia kuat. Dia meninggalkan teman-temannya yang tengah berada di bawah penyiksaan wanita, sementara dia pergi membolos. Berarti, dia juga pintar ... Sama seperti Karma sehingga berani membolos.
Jadi, mereka akan membolos berdua? Bermesra-mesraan di luar sana?
Tidak, jangan berpikiran negatif, Nagisa!
"Nagisa, tolong kami, oiy!"
Terpaksa, aku meninggalkan mereka ...
. . .
"Ne, Karma."
Karma yang berjalan mendahului Itona itu berhenti sejenak, kemudian berbalik. Menemukan wajah datar dari orang yang sedikit lebih pendek darinya.
"Hmm, apa?"
"Bukit belakang ini," Mata Itona berputar melihat sekeliling, "benar tempat yang bagus?"
"..." Karma terdiam, kemudian terkekeh pelan. "Jadi, menurutmu aku akan membawamu ke game center, atap sekolah atau gimana, gitu?"
Karma menghela napas, kemudian meletakkan tasnya di bawah pohon. Kemudian duduk di atas batu besar yang ada di depan mereka.
"Berharap kita memiliki atap sekolah? Pfft, lucu sekali- Game Center, ya? Itu kalau kau ingin pulang, bukannya kembali lagi ke sekolah. Menurutku, bukit ini tidak buruk juga bukan?"
Itona masih memasang ekspresi datar, kemudian mengangguk. "Ya, kau ada benarnya. Jadi, menurutmu ini?"
Karma mengangkat bahu, "Setiap orang memiliki selera masing-masing. Seluruh tempat ini kesukaanku. Yang mana kesukaanmu ...," Karma berbaring di atas batu itu, "cari sendiri."
Seringaian khas mulai muncul dari wajah iblisnya.
"Aku mengerti." Itona berjalan perlahan mengelilingi area yang ditunjukkan Karma. Karma mengangguk dan menghela napas. Bangun dari batu besar itu, kemudian memanjat sebuah pohon dengan lincahnya.
"Aku tak perlu mengawasinya, 'kan?" Karma bersandar pada ranting pohon besar itu, "Toh dia bukan anak kecil..."
Perlahan, gumaman tidak jelas itu terdiam. Menandakan bahwa yang bergumam daritadi sudah tertidur pulas.
. . .
"Karma-kun... Hei, Karma-kun!"
"Hoiy, Karma!"
"Karma, bangun dong. Dasar!"
Teriakan-teriakan itu sama dengan alarm bagi Karma, namun terlalu berisik. Ini pembangunan secara paksa, bukan secara halus. Ok, dia mengigau karena baru bangun tidur.
"Ngg?" Karma mengucek matanya dan melirik ke arah bawah, ya karena dia masih berada di atas pohon.
"Nagisa-kun, Sugino, Kayano-chan ..., ya?" Karma menghela napas sebelum mendarat mulus di tanah.
"Apa yang kaulakukan, Karma?! Mana Itona? Koro-sensei sampai ribut, lho!"
"Hah?" Keterangan dibawah : "Belum bangun sepenuhnya."
"Sugino, hajar wajahnya dengan tongkat bisbol!"
"Hoiy, Minna...," Karma menggaruk kepala yang tidak gatal, "tenanglah. Apa yang terjadi, sih?"
"Hari sudah sore, Karma-kun," Nagisa memilih untuk menjelaskan. "Kau dan Itona-kun tidak kembali daritadi pagi. Koro-sensei sempat panik dan mencari kalian."
"Hah? Itu 'kan hanya bolos biasa. Lagipula, Itona bukan anak kecil yang harus kujaga dan dia pasti sadar juga. Dia 3 SMP,lo." Ucapan asal Karma yang baru bangun tidur itu membuat yang lainnya terdiam. Termasuk Nagisa.
"Jadi, bagaimana ini? Tasnya masih tinggal di dalam kelas dan orangnya belum kembali."
"Bagaimana jika kita berpencar?" Yang lainnya mengangguk dan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka mencari Itona dengan arah yang berbeda.
"Lagipula, kan ada ponsel... Kenapa kalian tidak menghubunginya, sih?" Lagi-lagi Karma protes.
"Karma-kun kebanyakan mengomel daritadi, ya? Kesal karena dibangunkan?"
Langkah kaki Karma terhenti mendengar suara lembut tersebut.
"Are, Nagisa-kun ... Kau tidak berpencar,huh?"
Nagisa tersenyum lembut pada Karma, "Habis, kau tampak seperti orang idiot karena baru bangun."
"Hah? Kau mengejekku?"
"Itu fakta, Karma-kun. Ditambah lagi kalau kau mengantuk."
Karma terdiam, kemudian mengusap kepalanya sendiri, "Ya, kau benar, sih. Aku ngantuk."
"Ah," Raut wajah si biru langit berubah, "bagaimana jika kau beristirahat saja?"
"Mana mungkin aku bisa beristirahat jika Itona belum ditemukan. Aku tak apa-apa."
Deg.
Nagisa tersentak. Bukan karena dorongan kejut secara tiba-tiba secara fisik. Hatinya tiba-tiba terasa sakit. Apa perkataan itu berarti bahwa Karma mencemaskan Itona sampai memaksakan diri? Apa perkataan itu berarti bahwa Karma ingin bertemu dengan Itona dan menemukannya dalam keadaan utuh? Tidak. Jangan berpikiran negatif, Nagisa. Karma membantu mencari Itona karena ini merupakan tanggung jawabnya karena dia telah membawa Itona untuk membolos (walau dengan permintaan Itona).
Bertanggungjawab?
Benarkah bertanggung jawab?
"Hoiy, Nagisa-kun. Nanti kutinggal,lo."
Atau...? Apa?
"Iya. Tunggu aku, Karma-kun."
Ada apa dengannya hari ini?
. . .
"Itona!"
"Hoiy, Itona!"
"Itona-kun!"
"Ya ampun," Karma menggaruk kepala, "kita seperti mencari anak kecil yang tersesat."
"Yah, mau bagaimana lagi..."
"Kenapa Koro-sensei tidak langsung mencarinya, huh?"
"Entahlah..." Kayano menghela napas dan memijit lututnya, "Sulit berjalan menggunakan rok. Ah! Aku lelah!"
Sugino memperhatikan sekitar sebelum pada akhirnya menghela napas panjang, "Kau yakin hanya menunjukkan Itona tempat ini, Karma?"
"Iya."
"Bagaimana jika kita kembali saja?" Kayano langsung menanggapi pertanyaan Nagisa, "Ya, kita laporkan dengan Koro-sensei."
Akhirnya mereka memutuskan untuk kembali menuju gedung sekolah. Dan menemukan lapangan mereka retak akibat empat kali pukulan, tidak ...tiga kali.
"Itona ditemukan membolos di game center di dekat sini."
Pernyataan itu membuat Nagisa, Sugino serta Kayano berteriak frustasi karena terlalu panik dan serius menelusuri nyaris seluruh bukit belakang yang luas itu.
"Bukannya dia sendiri yang mengatakan game center tempat yang bagus untuk membolos?" Itona melirik Karma.
"Karma!/Karma-kun!"
"Kenapa aku yang salah lagi? Aku hanya menawarkan, lo." Karma diserbu oleh beberapa orang sekaligus.
"Jadi ...," Koro-sensei menjeda ucapannya, "Karma-kun dan Itona-kun! Hari ini kalian dihukum membersihkan peralatan latihan karena membolos!"
"Hee? Biasanya kan tidak..." Itona hanya memasang wajah datar, walau sebenarnya ingin protes.
Nagisa kembali berdecik. 'Mengapa Karma-kun selalu berduaan dengan Itona-kun hari ini?'
...
"Dia sengaja..."
"Diamlah."
"Pasti sengaja."
"Kenapa kau tidak bisa diam, Karma?"
"Ini menyebalkan, Kurang Ajar!" Karma setengah berteriak. "Baru pertama kali aku dihukum karena membolos. Padahal mereka selalu menganggap hal ini hal biasa..."
"..." Itona hanya diam dan mengerjakan pekerjaannya. "Lalu, kau akan menyalahkanku, begitu?"
"Heh, siapa? Aku bukan perempuan." Itona hanya meresponnya datar dan mengangkat beberapa peralatan menuju gudang.
"Hari sudah mulai larut. Karma-kun, Itona-kun, sudah selesai?"
"Yang disini sudah," lapor Karma dan Itona hanya mengangguk.
'Tak akan kubiarkan kalian ...'
"Kalau begitu, kalian boleh pulang~" Koro-sensei mengulas senyum yang sebenarnya sudah terbentuk dari awal. "Hati-hati di jalan, ya~" lanjutnya.
Karma menghela napas dan segera mengangkat tasnya. Diikuti oleh Itona.
"Karma."
"Apalagi?"
Begitu menoleh, Karma menemukan lelaki itu tepat di sampingnya. "Bisa mengantarku ke tempat Muramatsu? Aku belum makan malam."
Karma mengedipkan mata dua kali, "Oh, kau mau makan ramen busuknya, ya?"
"Ya, begitulah."
"Maaf saja, tapi aku tidak tahu," Karma menoleh ke belakang. "Nagisa-kun, kau tahu?"
Deg!
Itona mengikuti gerakan mata Karma dan memutar tubuhnya ke belakang. Menemukan lelaki bersurai biru langit yang masih belum sadar karena diberi efek kejut tiba-tiba.
"Belum pulang?"
"A-Ahaha," Nagisa tertawa datar, "ada barang ketinggalan... Hehe..."
'Bohong...'
"Hee, begitu. Mau bagaimana lagi, hari ini kutraktir."
Itona terbelalak mendengar ucapan Karma, "Kau ... yakin?"
Karma mengangguk pelan, "Hm, sekalian aku juga ingin makan malam. Nagisa-kun juga ikut?"
'Kenapa kalian selalu ...?'
"Eh, aku? Aku ...,"
'Apakah aku mulai membenci Itona-kun?'
"Hm? Bagaimana, Nagisa-kun?"
'Kenapa kalian selalu berdua hari ini?'
Itona menunggu.
'Kebersamaan kalian membuatku ...,'
"Hmm... Gimana,ya?" Nagisa terkekeh pelan.
'Tapi, kenapa aku harus cemburu?'
"Mungkin lain kali,ya. Terimakasih tawarannya, Karma-kun!"
'Toh, aku bukan siapa-siapanya Akabane Karma ... yang tak berhak cemburu dengan kebersamaannya dengan yang lain.'
-TBC-
Minggu ini minggu terakhir anak kelas 9 liburan. Untuk ke depannya, kami tidak bisa menikmati libur panjang lagi. Sebelum saya menderita, saya ingin menulis dulu wkwkwkk!
Chapter depan kuusahakan minggu depan dann... entahlah /dilempar/
Salam,
Ivy-chan9
