Seven Days and Fall in Love
Meanie Couple—Seventeen
Coffey Milk
Rate T+
OOC, Boys Love, RnR
.
.
"Bagaimana kalau kita taruhan?"
Mingyu dan Soonyoung melirik kearah Seungcheol yang berkacak pinggang dan seringai di wajahnya.
"Taruhan? Apa?"
Seuncheol duduk mendekat, "Tahu Jeon Wonwoo?" tanyanya.
Soonyoung dan Mingyu mengangguk, "Siswa aneh pendiam itu kan?"
Seungcheol berdecak senang, "Yap."
"Memangnya kenapa?"
Seungcheol melempar tumpukan kartu ke atas meja, "Ayo main." Kedua sahabatnya menatapnya bingung.
"Hey. Hey. Seungcheol. Aku tidak mengerti." Ucap Soonyoung.
Seungcheol menyeringai, "Yang menang main ini… harus berpacaran dengan siswa aneh itu."
Soonyoung dan Mingyu terkejut, "Tidak mudah untuk kalah bermain ini!" protes Mingyu.
Soonyoung mengangguk mengiyakan, "Lagian setiap bermain itu carinya yang menang bukan yang kalah!"
Seungcheol terkekeh, "Ya sudah, kalau begitu menanglah dan pacaran dengannya." Ucapnya enteng.
"Lalu bagaimana kalau kau yang menang?" tanya Mingyu ke arah Seungcheol.
"Ya sudah," Jawab Seungcheol, "tinggal lakukan, beres."
"Jeonghan kau kemana kan?" celetuk Soonyoung.
Seungcheol tergelak, "Kenapa serius sekali? Ini hanya untuk kesenangan."
"Bilang saja sebetulnya kau ingin berpacaran dengan siswa itu. Tak perlu ajak kami bertaruh." Ucap Mingyu.
"Aku sudah bilang ini untuk kesenangan, Gyu. Aku bahkan tidak tertarik padanya," balas Seungcheol lalu terdiam, "atau kau takut untuk taruhan ini?" ia menyeringai lebar.
"A—APA?! Aku tidak takut!"
"Ya sudah ayo main." Ucap Seungcheol lalu mengocok kartu dan membagikannya.
"Soonyoung, protes dikit kek."
Soonyoung tersenyum miring, "Tidak perlu, aku sudah terlalu sering kalah main ini."
"Ya—mungkin saja nanti kau punya keberuntungan untuk menang." Ucap Mingyu.
Soonyoung menggeleng, lalu tertawa.
Mingyu duduk gusar di kursinya, pasalnya ia selalu menang dalam bermain kartu melawan mereka dan ia selalu bersemangat dengan itu, karena yang kalah akan mentraktir yang menang, tapi sekarang, yang menang lah yang harus berpacaran dengan siswa aneh itu, jelas ia tidak mau. Sangat-sangat tidak mau.
"Kenapa harus yang menang? Biasanya kan yang kalah." Ucap Mingyu.
"Sudah terlalu mainstream, Gyu." Balas Seungcheol sambil terkekeh.
"Kalian tidak sedang menjebakku kan?" tanya Mingyu tidak terima.
"Sudah sudah, ayo mulai."
.
.
Mingyu mengerang. Ia menang. Bagaimana pun dia mencoba untuk kalah, tangannya selalu memilih kartu yang bagus. Seungcheol dan Soonyoung tergelak sambil bersorak dan high five senang. Keduanya lalu menyeringai melihat Mingyu yang kini menatap mereka dengan muka di tekuk kesal.
"Katakan kalian memang melakukan ini untuk menjebakku."
Soonyoung menggeleng, "Aku bahkan protes juga pertama kali tadi, tidak ingat?"
"Bisa saja kau cuma akting."
"Untuk apa?" Soonyoung melongo.
Mingyu mengerang lagi kali ini melempar kartu itu ke wajah dua sahabat kejamnya.
Seungcheol berdehem, "Ekhem. Oke, kalau begitu kau harus memacari Jeon Wonwoo."
"Tidak mau." Ucap Mingyu.
"Ah, kau tidak asik, Mingyu, ayolah." Desak Soonyoung.
"Berapa hari rekor paling sebentar kau memacari orang?" tanya Seungcheol.
"Apa? Kenapa kau bertanya begitu?" tanya Mingyu.
"Jawab saja."
"Tiga hari." Ucap Mingyu.
"Paling lama?" tanya Seungcheol.
"Enam hari." Jawab Mingyu.
Seungcheol berdecak, "Kau pria kejam. Playboy cap kadal."
"Punya cermin nggak?" desis Mingyu tersinggung.
Seungcheol tergelak.
"Kenapa?" tanya Soonyoung.
Mingyu meliriknya, "Tidak ada yang menarik dan mereka menyebalkan." Jawabnya.
"Oh my."
"Oke, kalau begitu pacari dia selama tujuh hari." Ucap Seungcheol.
"Kenapa tujuh hari?"
"Karena dia paling lama enam hari, maka pecahkan rekor itu."
Mingyu terdiam dan memasang pose berpikir.
"Kita lihat apa kau tahan berpacaran dalam kurun waktu tujuh hari? Kalau kau tahan, aku akan memberimu hadiah." Ucap Seungcheol menyeringai.
"Baiklah, kalau lebih dari itu, aku juga akan memberimu hadiah." Sambung Soonyoung setelah jeda beberapa saat.
Mingyu menaikkan alis, mendengar kata 'hadiah' menggugah hatinya.
"Apa hadiahnya?" tanya Mingyu.
"Apapun yang kau mau." Jawab Seungcheol menyeringai.
Mingyu teringat ada sesuatu yang dia inginkan. Ia lalu menyeringai perlahan, "Oke. Hanya tujuh hari bukan? Itu mudah. Setelah itu aku hanya akan memutuskannya bukan?"
Seungcheol mengangguk.
"Kapan aku harus mulai?"
"Terserah dirimu."
^^0^^
Wonwoo menarik napas. Ia mendengar semuanya. Sejak permainan kartu atau apapun itu selesai. Ia mendengar semuanya.
Ia tadi berniat untuk mengambil tasnya yang di sangkutkan di atas pohon oleh beberapa siswa dan tidak sengaja melihat mereka di balik dinding. Awalnya, ia tidak begitu peduli—dan lebih peduli dengan tasnya, tapi mendengar namanya di sebutkan, mau tidak mau ia menguping.
Ia mengurut dada sabar, sudah setiap hari diusili sekarang dia di jadikan bahan taruhan? Sungguh kejam hidup ini.
Dengan cepat dia berbalik, diam-diam meninggalkan tempat itu, dengan kepala penuh dengan pikiran bagaimana harus menghadapi hal itu nantinya.
^^0^^
Jeon Wonwoo.
Kalau Mingyu boleh jujur, ia sama sekali tidak mengenal siswa itu. Ada keinginan untuk kenal pun tidak. Ia hanya mendengar tentang nama itu sesekali dan pernah bertemu dengan orang itu sekali, dan waktu itu bahkan ia tidak melihat wajah siswa itu sama sekali karena siswa itu berjalan sambil menunduk dan membaca buku. Mingyu menebak seperti apa wajah siswa itu. Jelek kah? Penuh jerawat kah? Bibir ndower kah?
Mingyu menghela napas, menenggak bir kalengan sampai habis, lalu meraih remote dan mengganti channel berkali-kali. Ia kembali berpikir.
Ia tidak ingin ada yang mengetahui dia berhubungan dengan siswa itu. Mau ditaruh mana wajah tampannya?
Ia lalu berpikir lagi. Lalu tersenyum tipis.
Tak perlu rumit memikirkan hal ini, hanya tujuh hari, ia yakin bisa mengatasinya. Dan ia tak ingin membuang waktu. Lebih cepat lebih baik. Besok ia akan memulainya.
Ini sesuatu yang mudah, ya, mudah.
TBC or End?
.
.
